2. Discourse Prctice
Analisis Discourse Prctice memusatkan perhatian pada bagaiman produksi dan konsumsi teks. Teks dibentuk lewat suatu praktik diskursus, yang menentukan
bagaimana teks tersebut di produksi.
15
Discourse Practice merumuskan bagaimana produksi teks dari awal pencarian hingga penyiaran atau hasil akhir percetakan. Ini berkenaan dengan
kegiatan setiap hari dari media tersebut. Tak ubanhnya di media, hasil dari kerja media adalah proses kerja tim, di mana melibatkan banyak orang, banyak
pendapat dan hampir tidak bisa utuh atas keputusan sendiri. Hubungan antara pribadi dengan pihak eksternal orang lain, dengan pihak organisasi atas rutinitas
kerja yang setiap kalinya dilakukan. Seseorang yang membuat teks yang akan diajukannya kepada penerima
teks, dalam hal ini mendeskripsikan teks lisan ucapan penyiar kepada para pendengar yaitu bagaimana teks tersebut yang diucapkan dapat memusatkan
perhatian untuk menyampaikan maksud tertentu, sehingga pendengar sebagai konsumsi teks dapat memahami dan merepresentasikan sama apa yang
dimaksudkan oleh penyiar. Analisis praktik kewacanaan dipusatkan bagaimana pengarang teks
bergantung pada wacana aliran-aliran yang ada untuk menciptakan suatu teks dan
15
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: Lkis, 2012 h. 316
bagaimana penerima teks menerapkan aliran dan wacana yang ada dalam mengkonsusmsi dan menginterpretasikan teks.
16
3. Sosciocultural Practice
Analisis Sosciocultural Practice didasarkan pada asumsi bahwa konteks sosial yang di luar media memengaruhi bagaimana wacana yang muncul dalam
media. Ruang redaksi atau wartawan bukanlah bidang atau kotak kosong yang steril, tetapi sangat ditentukan oleh faktor diluar dirinya. Sosciocultural Practice
ini memang tidak berhubungan langsuung dengan produksi teks, tetapi ia menentukan bagaimana teks diproduksi dan dipahami.
17
Pada lingkup sosciocultural practice, godaan-godaan dalam produksi teks ini muncul. Seperti yang dikatakan tadi bahwa dalam produksi sebuah teks
keputusan atas teks yang akan disiarkan atau diterbitkan bukan murni atas keputusan diri sendiri. Faktor-faktor diluar yang menghantui dalam produksi teks
bukanlah tidak mudah untuk ditaklukan. Ketundukan atas sisi organisasi atau institusi media misalnya, mengharuskan teks dibuat dalam kerangka yang tidak
menyinggung atau merusak kredibilitas media tersebut. Atau keadaan-keadaan yang sangat mempengaruhi dalam produksi teks, yang mengakibatkan susunan
dari teks dapat saja berubah karena situasi yang sedang terjadi saat itu, sekecil apapun.
16
Marianne W. Jorgensen dan Loise J. Philips, Analisis Wacana Teori dan Metode, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h. 128
17
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: Lkis, 2012 h. 320