Manajemen lanskap permukiman Telaga Golf Sawangan, Depok

(1)

DEPOK

MUTIAH NURJANNAH

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(2)

MUTIAH NURJANNAH, Manajemen Lanskap Permukiman Telaga Golf Sawangan, Depok. Dibimbing oleh WAHJU QAMARA MUGNISJAH.

Meningkatnya jumlah penduduk kota menjadikan tempat tinggal sebagai salah satu kebutuhan utama yang terus meningkat, terutama bagi kalangan kelas menengah ke atas. Permukiman Telaga Golf Sawangan menyediakan rumah idaman berkelas menengah ke atas yang mampu menjadi identitas diri bagi pemiliknya. Selain itu, permukiman juga menyediakan lingkungan yang aman, nyaman, dan asri dengan berbagai fasilitas di dalamnya untuk memuaskan pengguna. Kegiatan pemeliharaan dilaksanakan untuk menjaga dan merawat lingkungan permukiman dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya sehingga kondisi tetap baik dan sesuai dengan tujuan desain awal.

Kegiatan magang pada bagian pemeliharaan lanskap di permukiman Telaga Golf Sawangan secara umum bertujuan memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru di dunia kerja serta memperluas wawasan dan keahlian mahasiswa di bidang arsitektur lanskap. Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah mempelajari segala aspek pengelolaan lanskap di permukiman Telaga Golf Sawangan oleh PT Cisadane Perdana.

Kegiatan magang di permukiman Telaga Golf Sawangan, Depok, dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan Mei 2011, meliputi kegiatan lapang dan kegiatan administrasi. Kegiatan lapang meliputi partisipasi aktif, survei lapang yang disertai dengan wawancara, dan penyebaran kuisioner. Kegiatan administrasi meliputi perencanaan anggaran biaya pemeliharaan. Keseluruhan data yang dikumpulkan terdiri dari data yang berhubungan dengan teknik pengelolaan lapangan dan teknik administrasi di permukiman Telaga Golf Sawangan. Analisis yang dilakukan meliputi analisis deskriptif terhadap pelaksanaan pemeliharaan fisik lanskap di Telaga Golf Sawangan, analisis karakteristik dan persepsi dengan responden penghuni dan pengelola berdasarkan data kuisioner, dan analisis SWOT (Strength-Weakness-Opportunity-Threat) terhadap faktor internal (strength dan weakness) dan eksternal (opportunity dan


(3)

langkah-langkah manajemen yang sesuai dalam menyusun program pengelolaan lanskap berkelanjutan.

Berdasarkan analisis deskriptif terhadap pemeliharaan fisik, program pemeliharaan yang tersusun baik direalisasikan dengan dibentuknya struktur organisasi program pengelolaan. Pengelolaan lanskap di permukiman Telaga Golf Sawangan dikelola dan diawasi oleh Divisi Lanskap yang dipimpin oleh Estate Manager. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan Estate Manager

dibantu oleh seorang landscapesupervisor dan seorang pengawas lapang senior. Kegiatan pemeliharaan lanskap dilakukan bekerja sama dengan pihak kontraktor untuk area public goods dan Badan Pemelihara Lingkungan untuk area lingkungan cluster dengan kedua pihak tersebut bertanggung jawab terhadap kegiatan pemeliharaannya masing-masing.

Tingkat pemeliharaan yang dilakukan berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya. Area public goods seperti welcome area, dan jalan boulevard

(median jalan, jalur hijau di bahu jalan, dan axis bundaran) merupakan beberapa lokasi dengan pemeliharaan yang intensif. Konsep pemeliharaan lanskap yang diterapkan di permukiman Telaga Golf Sawangan adalah melaksanakan pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik yang mendasar pada prinsip dan standar pemeliharaan yang telah ditetapkan oleh pengelola. Kegiatan pemeliharaan fisik yang dilaksanakan meliputi pembersihan area permukiman, pemeliharaan hard material, pemangkasan, penyiraman, pemupukan, penyiangan gulma (weeding), penyulaman, dan pengendalian hama dan penyakit. Area pemeliharaan dibagi menjadi tiga wilayah utama pemeliharaan berdasarkan kuantitas dan waktu pekerjaan pemeliharaan.

Secara keseluruhan pelaksanaan pemeliharaan lanskap yang berlangsung di kawasan Telaga Golf Sawangan telah berjalan dengan cukup baik. Hal ini terlihat dari kualitas lanskap yang terdapat di permukiman, kapasitas dan efektivitas tenaga kerja, dan persepsi responden. Berdasarkan perbandingan perhitungan kapasitas di lapang dengan pustaka menyatakan bahwa kapasitas kerja di kawasan ini sudah cukup baik bahkan beberapa jenis pemeliharaan lanskap memiliki nilai di atas standar pustaka. Kapasitas yang baik disebabkan


(4)

ditetapkan oleh perusahaan dan jumlah tenaga kerja yang sesuai pada jenis pemeliharaan tersebut. Namun, masih terdapat tiga jenis pemeliharaan yang memiliki nilai kapasitas di bawah standar, yaitu pemupukan, pemangkasan rumput, dan penyiangan gulma. Kapasitas kerja yang bernilai rendah disebabkan oleh kurangnya pengetahuan pemeliharaan tenaga kerja, kurangnya kedisiplinan, serta tenaga kerja yang kurang pada jenis pemeliharaan tersebut. Hal ini dapat diperbaiki dengan memberikan pengarahan rutin pemeliharaan, memberikan motivasi kedisiplinan, dan mengitung kembali kebutuhan tenaga kerja dengan perhitungan HOK.

Berdasarkan analisis karakteristik dan persepsi pengunjung, sebanyak 67% penghuni menyatakan kebersihan area permukiman dalam keadaan cukup baik, 70% menyatakan aspek keamanan cukup baik, 67% menyatakan kondisi fasilitas dalam keadaan cukup baik, pelayanan pengelolaan pemeliharaan cukup baik, 60% responden penghuni menyatakan bahwa permukiman Telaga Golf Sawangan memiliki lanskap yang sangat baik, 73% penghuni sangat puas terhadap permukiman Telaga Golf Sawangan, 60% responden menyatakan pemeliharaan

soft dan hard material sudah dilakukan dengan baik, dan 70% karyawan menyatakan kinerja tenaga kerja pemelihara pihak pengelola sudah baik. Kegiatan pengelolaan yang sudah berjalan dengan baik diharapkan dapat dijaga dan dilanjutkan dengan lebih baik di masa depan oleh pengelola.

Faktor internal yang terdapat di Telaga Golf Sawangan terdiri dari faktor kekuatan dan faktor kelemahan. Faktor kekuatan yang ada di Telaga Golf Sawangan adalah hunian dengan konsep Green Real Estate, kapasitas dan efektivitas kerja cukup baik, pembagian wilayah pemeliharaan, pelayanan yang baik, dan dukungan aktif warga, sedangkan faktor kelemahannya berupa kurangnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja pada pemeliharaan tertentu, lokasi yang relatif jauh dari kota, dan kurangnya pemeliharaan pada fasilitas tertentu. Faktor peluang yang ditemukan adalah adanya akses tol Jagorawi-Cinere dan pasar peminat rumah yang masih terbuka, sedangkan faktor ancamannya adalah persaingan dengan developer permukiman di sekitarnya, faktor iklim dan cuaca yang tidak menentu, dan gangguan keamanan dari lingkungan sekitar.


(5)

ke dalam matriks SWOT sehingga dihasilkan delapan strategi manajemen program pengelolaan yang sesuai untuk mendukung keberlanjutan permukiman Telaga Golf Sawangan, yaitu 1) mempertahankan kualitas pelayanan pengelolaan yang baik dan kerja sama dengan penghuni demi kenyamanan dan keamanan penghuni; 2) memajukan konsep Green Real Estate dengan mempertahankan kualitas program pengelolaan yang berjalan dan tetap melakukan pengawasan rutin; 3) meningkatkakan pengelolaan tenaga kerja yang berkualitas dengan kuantitas yang tepat sesuai dengan perhitungan HOK berdasarkan kapasitas dan luas area pemeliharaan sehingga mampu bersaing dengan permukiman lain; 4) melakukan promosi dengan mengungkapkan segala keunggulan yang dimiliki dan mengikuti kegiatan pameran perumahan yang diadakan oleh event organizer di suatu acara; 5) memberi fasilitas transportasi bus menuju akses tol ke arah kota sehingga memudahkan akses penghuni dan calon pembeli untuk mencapai lokasi hunian; 6) memperhatikan kualitas pengawasan pemeliharaan fasilitas dan keamanan sistem cluster dari ancaman luar karena berbatasan langsung dengan perkampungan; 7) mempertahankan pelaksanaan event yang dapat meningkatkan keharmonisan antara pihak penghuni dengan pengelola dan sebagai ajang promosi bagi calon pembeli rumah; 8) mempertahankan kualitas SDM dengan memberikan penghargaan positif atau negatif, pendidikan dan pelatihan, serta motivasi.


(6)

SAWANGAN, DEPOK

MUTIAH NURJANNAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(7)

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Manajemen Lanskap Permukiman Telaga Golf Sawangan, Depok” adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguran tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini.

Bogor, Agustus 2011

Mutiah Nurjannah A40070017


(8)

® Hak Cipta Milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(9)

Judul : Manajemen Lanskap Permukiman Telaga Golf Sawangan, Depok

Nama : Mutiah Nurjannah

NRP : A44070017

Program Studi : Arsitektur Lanskap

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr. NIP 19491105 197403 1 001

Menyetujui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP 19480912 197412 2 001


(10)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 04 Februari 1990 dari ayah Jono Haryadi dan Ibu Rahmi. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Penulis memulai pendidikannya pada tahun 1994 hingga 1996 di TK Dian Didaktika, Cinere. Tahun 2002 penulis lulus dari SD Harapan II, Medan, dan melanjutkan pendidikannya di SMPI Asyafi’iyah, Sukabumi, hingga tahun 2005. Selanjutnya, pada tahun 2007 penulis lulus dari SMA International Islamic Boarding School, Lippo Cikarang,

Tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan jurusan studi Arsitektur Lanskap (HIMASKAP). Selama menjadi mahasiswa Arsitektur Lanskap, penulis juga mengikuti kegiatan di luar akademik seperti menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap, menjadi panitia di bidang humas pada acara Masa Perkenalan Departemen (MPD) tahun 2009, serta mengikuti pameran lukisan yang diselenggarakan oleh komunitas seni di IPB pada tahun 2010. Selain itu, penulis juga mengikuti seminar yang mendukung kegiatan akademis.


(11)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah manajemen lanskap pemukiman Telaga Golf Sawangan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat lulus pada Program Studi Arsitektur Lanskap Jenjang Sarjana Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih sebesar-sebesarnya penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr. selaku pembimbing skripsi, pimpinan dan karyawan Telaga Golf Sawangan yang telah membantu penulis selama kegiatan magang berlangsung, keluarga, teman, dan semua pihak yang telah turut membantu dalam proses pembuatan skripsi.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat di masa yang akan datang.

Bogor, Agustus 2011


(12)

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

1.4 Kerangka Pikir Magang ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Permukiman ... 4

2.2 Lanskap Permukiman ... 5

2.3 Manajemen Lanskap Permukiman ... 6

BAB III METODOLOGI ... 9

3.1 Lokasi dan Waktu Magang ... 9

3.2 Metode Magang ... 10

3.3 Tahapan Magang ... 10

3.4 Batasan Studi ... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

4.1 Kondisi Umum ... 20

4.1.1 Letak, Luas, dan Aksesibilitas ... 20

4.1.2 Kondisi Biofisik ... 21

4.1.2.1 Tanah dan Topografi ... 21

4.1.2.2 Iklim ... 21

4.1.2.3 Vegetasi ... 23

4.1.2.4 Ruang Terbuka Hijau ... 23

4.1.3 Sarana dan Prasarana... 25

4.1.3.1 Sirkulasi ... 25


(13)

4.1.3.3 Utilitas ... 27

4.1.4 Sosial Ekonomi ... 29

4.1.5 Organisasi Manajemen Pemeliharaan Lanskap ... 30

4.1.5.1 Struktur Organisasi PT Cisadane Perdana ... 30

4.1.5.2 Manajemen Lanskap Telaga Golf Sawangan ... 31

4.2 Manajemen Pemeliharaan Lanskap... 34

4.2.1 Sistem Pemeliharaan ... 34

4.2.2 Pembagian Area Pemeliharaan ... 37

4.2.3 Pengelolaan Tenaga Kerja... 39

4.2.3.1 Tenaga Kerja ... 39

4.2.3.2 Kapasitas dan Efektivitas Tenaga Kerja ... 41

4.2.3.3 Jadwal Pemeliharaan ... 44

4.2.4 Pengelolaan Alat dan Bahan ... 45

4.2.5 Biaya Pemeliharaan ... 46

4.2.6 Pelaksanaan Pemeliharaan Lanskap Permukiman Telaga Golf Sawangan ... 48

4.2.6.1 Pemeliharaan Permukiman... 48

4.2.6.2 Pemeliharaan Jalan Utama ... 49

4.2.6.3 Pemeliharaan Taman Lingkungan... 50

4.2.6.4 Konsep Pemeliharaan ... 51

4.2.6.5 Pemeliharaan Ideal ... 52

4.2.6.6 Pemeliharaan Fisik terhadap HardMaterial ... 53

A. Pembersihan Area Permukiman ... 53

B. Saluran ... 55

C. Perkerasan ... 56

D. Kolam ... 57

E. Lampu, Rambu dan Tempat Sampah ... 58

4.2.6.7 Pemeliharaan Fisik terhadap SoftMaterial ... 60

A. Penyiraman ... 60

B. Pemangkasan... 61

C. Pengendalian Hama dan Penyakit ... 64


(14)

E. Pendangiran dan Penyiangan Gulma (Weeding) ... 67

F. Renovasi Tanaman ... 68

G. Persepsi Responden ... 70

4.2.7 Pengawasan Pemeliharaan ... 74

4.2.8 Alternatif Strategi ... 76

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 87

5.1 Simpulan ... 87

5.1 Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Pikir Magang ... 3

Gambar 2. Peta Telaga Golf Sawangan, Depok ... 9

Gambar 3. Matriks Total Skor (IFE dan EFE) ... 17

Gambar 4. Lokasi Permukiman Telaga Golf Sawangan. ... 20

Gambar 5. Grafik Iklim Sawangan Depok Tahun 2004-2008 ... 22

Gambar 6. Ruang Terbuka Hijau pada Lingkungan Permukiman ... 25

Gambar 7. Jalan Sirkulasi Utama Permukiman ... 26

Gambar 8. Aquatic Fantasy... 27

Gambar 9. Masjid Al-Amin ... 27

Gambar 10. Struktur Organisasi PT Cisadane Perdana ... 30

Gambar 11. Struktur Organisasi Lanskap ... 31

Gambar 12. Wilayah Area Pemeliharaan ... 38

Gambar 13. Kegiatan Penyapuan di Lingkungan Cluster ... 49

Gambar 14. Kegiatan Pemangkasan Gulma di Median Jalan Utama ... 50

Gambar 15. Kegiatan Penyapuan di Taman Lingkungan Cluster... 50

Gambar 16. Kegiatan Penyapuan Kavling Kosong... 53

Gambar 17. Kegiatan Penyapuan Jalan Sirkulasi Utama ... 53

Gambar 18. Mobil Pengangkut Sampah ... 54

Gambar 19. Kegiatan Pembersihan Saluran di Lingkungan Cluster ... 55

Gambar 20. Konstruksi Filter dan Rembesan pada Setiap Rumah ... 56

Gambar 21. Laguna di Lingkungan Permukiman ... 57

Gambar 22. Kegiatan Pembersihan Kolam ... 58

Gambar 23. Kegiatan Penyiraman Median Jalan ... 61

Gambar 24. Kegiatan Pemangkasan Rumput di Welcome Area ... 62

Gambar 25. Kegiatan Pengangkutan Sampah Pemangkasan Pohon ... 62

Gambar 26. Hama Kambing ... 66


(16)

Gambar 28. Kegiatan Penyulaman Tanaman ... 69

Gambar 29. Diagram Pendapat terhadap Kebersihan Area Permukiman ... 70

Gambar 30. Diagram Pendapat terhadap Keamanan Area Permukiman ... 71

Gambar 31. Diagram Pendapat terhadap Fasilitas Area Permukiman ... 71

Gambar 32. Diagram Pendapat terhadap Pelayanan Pemeliharaan ... 72

Gambar 33. Diagram Penilaian Penghuni terhadap Lanskap Permukiman ... 72

Gambar 34. Diagram Tingkat Kepuasan Penghuni... 72

Gambar 35. Diagram Pemeliharaan Soft dan HardMaterial ... 73

Gambar 36. Diagram Kinerja Tenaga Kerja Pemeliharaan ... 73


(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jenis Data, Sumber, Cara Pengambilan Data, dan Analisis ... 12

Tabel 2. Formulir Tingkat Kepentingan Internal ... 14

Tabel 3. Formulir Tingkat Kepentingan Eksternal ... 15

Tabel 4. Formulir Pembobotan Faktor Internal Dan Eksternal ... 15

Tabel 5. Skala Penilaian Peringkat untuk Matriks InternalFactorEvaluation (IFE) dan ExternalFactorEvaluation (EFE) ... 16

Tabel 6. Formulir Skor Pembobotan InternalFactorEvaluation (IFE) ... 17

Tabel 7. Formulir Skor Pembobotan ExternalFactorEvaluation (EFE) ... 17

Tabel 8. Matriks SWOT ... 18

Tabel 9. Rangking Alternatif Strategi ... 19

Tabel 10. Tarif Dasar IPL ... 32

Tabel 11. Pembagian Wilayah Pemeliharaan Telaga Golf Sawangan ... 39

Tabel 12. Tenaga Kerja Pelaksana Pemeliharaan Lanskap ... 40

Tabel 13. Kapasitas Kerja Tenaga Kerja Telaga Golf Sawangan ... 41

Tabel 14. Kebutuhan HOK Pemeliharaan Lanskap TGS dalam Satu Tahun .. 43

Tabel 15. Jadwal Pemeliharaan ... 45

Tabel 16. Peralatan Pemeliharaan ... 46

Tabel 17. Perhitungan Dasar Biaya Satuan Pemeliharaan ... 48

Tabel 18. Tingkat Kepentingan Faktor Internal Telaga Golf Sawangan ... 80

Tabel 19. Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Telaga Golf Sawangan... 81

Tabel 20. Pembobotan Faktor Internal ... 81

Tabel 21. Pembobotan Faktor Eksternal ... 81

Tabel 22. Skor Pembobotan InternalFactorEvaluation (IFE) ... 82

Tabel 23. Skor Pembobotan ExternalFactorEvaluation (EFE) ... 82

Tabel 24. Matriks SWOT ... 84


(18)

LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuisioner ... 92

Lampiran 2. Siteplan Telaga Golf Sawangan ... 96

Lampiran 3. Surat Perjanjian Kerja ... 97

Lampiran 4. Tabel Checklist Pemeliharaan Lanskap ... 102


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih menghadapi permasalahan besar dalam perkembangan kota-kotanya. Fenomena urbanisasi yang terjadi di kota-kota besar mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan ruang kota, seperti fasilitas permukiman sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia.

Dengan meningkatnya jumlah penduduk kota, kebutuhan akan papan (tempat tinggal) menjadi salah satu kebutuhan utama yang terus meningkat terutama bagi kalangan elite. Setiap permukiman tidak hanya menyediakan tempat tinggal, tetapi juga menyediakan lanskap yang meliputi taman bermain dan taman lingkungan yang berfungsi untuk memfasilitasi kebutuhan penghuninya serta mampu mengatasi masalah lingkungan yang ada.

Jakarta merupakan wilayah perkotaan yang penuh dengan aktivitas, kebisingan, bahkan penuh dengan udara yang berpolusi. Sebagai penghuni yang merasakan kelelahan sepulang bekerja, masyarakat berkeinginan untuk menikmati kenyamanan dan ketenangan dari tempat tinggal yang ditempati. Telaga Golf Sawangan mengembangkan konsep hunian bernuansa resort green real estate

yang menawarkan keindahan alam serta udara sejuk tanpa polusi.

Proyek permukiman yang dikembangkan oleh PT Cisadane Perdana yang tergabung di dalam Sinarmas Grup ini sangat memperhatikan penataan lingkungan. Pemandangan luas yang hijau dibangun untuk menciptakan suasana yang mampu memanjakan mata. Oleh karena itu, kawasan ini diarahkan dengan pemandangan langsung ke arah lapangan golf Sawangan yang hijau.

Permukiman ini memiliki ruang terbuka hijau yang luas dan lingkungan asri dan segar dengan sebuah lapangan golf 18 hole serta danau alami di sekitarnya. Penghuni yang tinggal di Telaga Golf Sawangan seperti berada di sebuah resort dengan kenyamanan udara yang sejuk seperti berada di dataran tinggi. Telaga Golf Sawangan yang merupakan permukiman menengah atas sangat yang tertata lingkungannya, di dalamnya terdapat air jernih yang mengalir


(20)

dan membelah cluster membentuk laguna yang indah sebagai sarana edukasi, rekreasi, dan konservasi dengan tumbuhan dan biota air yang tumbuh dan berkembang biak secara alami.

Kebutuhan manusia terhadap tempat tinggal harus disesuaikan dengan kebutuhan terhadap alam. Kawasan Telaga Golf Sawangan pada awalnya merupakan daerah hutan rawa yang kemudian direklamasi menjadi kawasan permukiman. Permukiman Telaga Golf Sawangan sedapat mungkin menyelaraskan kebutuhan tersebut dengan menyediakan lanskap di setiap kawasannya. Permasalahan yang dihadapi permukiman Telaga Golf Sawangan diduga berasal dari aspek manajemen lanskapnya sehingga diperlukan adanya manajemen pemeliharaan yang berbasis ekologi terhadap taman yang ada di lingkungan permukimannya agar sumber daya lanskap yang ada terawat dan berkelanjutan. Menurut Simonds (1983), manajemen adalah pengelolaan yang menjaga integritas lanskap berupa bentuk (form), kekuatan (forces), dan keistimewaan (features) kawasan permukiman sebagai kawasan yang ideal.

1.2 Tujuan

Tujuan umum kegiatan magang pada bidang arsitektur lanskap di kawasan permukiman Telaga Golf Sawangan adalah memperluas wawasan dan keahlian mahasiswa di bidang arsitektur lanskap.

Tujuan khusus magang adalah sebagai berikut:

1. mengetahui sistem manajemen dan organisasi perusahaan yang menangani pemeliharaan lanskap;

2. menganalisis manajemen pemeliharaan lanskap yang berlangsung, seperti kapasitas dan efektivitas kerja, kebutuhan tenaga kerja, persepsi responden dan faktor internal-eksternal secara kualitatif dan kuantitatif

3. menghasilkan alternatif strategi manajemen lanskap permukiman.

1.3 Manfaat

Kegiatan magang ini bermanfaat dalam menambah ilmu pengetahuan di bidang manajemen lanskap permukiman dan menyediakan alternatif bagi


(21)

pengembang untuk tetap melaksanakan kegiatan pemeliharaan lanskap secara berkelanjutan.

1.4 Kerangka Pikir Magang

Permukiman Telaga Golf Sawangan merupakan permukiman yang memiliki konsep Green Real Estate dengan berbagai potensi besar di dalamnya seperti aspek biofisik, sosial ekonomi, dan manajemen. Sistem manajemen yang baik sangat dibutuhkan oleh Telaga Golf Sawangan untuk menjaga kualitas lanskap yang ada, memenuhi kepuasan penghuni dan pengunjung, dan mempertahankan keberlangsungan kawasan.

Pada pelaksanaan magang dilakukan tahap analisis dan sintesis terhadap beberapa aspek potensi di dalam Telaga Golf Sawangan sehingga menghasilkan rekomendasi yang baik untuk keberlanjutan kawasan permukiman. Kerangka pikir kegiatan ini secara ringkas diuraikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka Pikir Magang Manajemen lanskap permukiman

Telaga Golf Sawangan

Pengumpulan data Aspek sosial ekonomi: a) penghuni kawasan Aspek manajemen:

a) manajemen pemeliharaan fisik

b) struktur organisasi c) pelaksanaan administrasi d) faktor internal dan

eksternal Telaga Golf Sawangan

Aspek fisik dan biofisik: a) letak, luas, dan

aksessibilitas b) tanah dan topografi c) iklim

d) vegetasi

e) sirkulasi, utilitas, fasilitas Analisis kualitatif Sintesis Analisis kualitatif dan kuantitaif (kuisioner)

Analisis kualitatif dan kuantitaif (kuisioner dan

SWOT)


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Permukiman

Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1992 merumuskan pengertian dasar terhadap perumahan dan permukiman. Perumahan merupakan tempat untuk menyelenggarakan kegiatan bermasyarakat dalam lingkup terbatas. Permukiman berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian untuk mengembangkan kehidupan dan penghidupan keluarga. Permukiman merupakan wilayah yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan, dan tempat kerja yang memberikan pelayanan dan kesempatan bekerja terbatas untuk mendukung perkehidupan dan penghidupan. Penataan ruang dan kelengkapan prasarana dan sarana lingkungan dan sebagainya dimaksudkan agar lingkungan tersebut sehat, aman, serasi, dan teratur serta berfungsi sesuai dengan harapan.

Menurut Doxiadis (1971), permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung baik kota maupun desa yang berfungsi sebagai tempat kegiatan yang mendukung kehidupan. Doxiadis mendefinisikan permukiman lebih dalam pada konteks permukiman manusia atau human settlement, yaitu permukiman yang dihuni oleh manusia yang terdiri atas content atau isi, yakni terdiri dari manusia baik secara sendiri-sendiri maupun dalam suatu kelompok masyarakat, dan container atau wadah, yaitu permukiman fisik yang berisi unsur-unsur alami dan buatan. Untuk dapat dikatakan sebagai permukiman, kedua unsur tersebut harus ada. Manusia baik sendiri maupun berkelompok jika tidak menetap atau settle tidak dapat dikatakan membentuk permukiman. Demikian juga, alam atau nature tanpa manusia tidak dapat dikatakan sebagai permukiman jika tidak terdapat manusia sebagai isinya (content).

Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dengan melakukan aktivitas sehari-harinya (Subroto, 1983). Permukiman dapat diartikan sebagai suatu tempat (ruang) atau suatu daerah tempat penduduk terkonsentrasi dan hidup bersama menggunakan lingkungan


(23)

setempat, untuk mempertahankan, melangsungkan, dan mengembangkan hidupnya. Pengertian pola dan sebaran permukiman memiliki hubungan yang sangat erat. Sebaran permukiman membincangkan hal terdapat atau tidaknya permukiman dalam suatu wilayah, sedangkan pola permukiman merupakan sifat sebaran, lebih banyak berkaitan dengan akibat faktor-faktor ekonomi, sejarah, dan budaya.

2.2 Lanskap Permukiman

Tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar manusia yang terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah membangun berbagai sarana permukiman yang layak bagi masyarakat.

Simonds (1983) mengidentifikasi permukiman terdiri dari kelompok-kelompok rumah yang memiliki ruang terbuka hijau secara bersama-sama serta merupakan kelompok yang cukup kecil untuk melibatkan keluarga dalam suatu aktivitas, tetapi cukup besar untuk menampung semua fasilitas umum seperti tempat berbelanja, lapangan bermain, serta daerah penyangga. Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995), bentuk kawasan permukiman dengan model park housing complex merupakan lingkungan hunian yang akan memberikan lingkungan yang baik bagi warganya dalam arti memuaskan, aman, dan juga menyenangkan. Lingkungan lanskap permukiman yang seperti ini dapat menunjang setiap kegiatan individu yang bermukim di dalamnya.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 Tahun 2007 mengenai Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) menyatakan bahwa perkembangan dan pertumbuhan kota/perkotaan yang disertai dengan alih fungsi lahan yang pesat telah menimbulkan kerusakan lingkungan yang dapat menurunkan daya dukung lahan dalam menopang kehidupan masyarakat di kawasan perkotaan. Oleh karena itu, perlu diupayakan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan melalui penyediaan ruang terbuka hijau yang memadai sebanyak 20% dari luas kawasan, yang dalam kasus ini meliputi peningkatan kualitas lanskap permukiman melalui proses manajemen pemeliharaan.


(24)

2.3 Manajemen Lanskap Permukiman

Menurut Parker dan Bryan (1989), setiap lingkungan hunian manusia memerlukan proses manajemen yang harus dilakukan yang meliputi setting

terhadap objek lanskap, perencanaan pengoperasian, penempatan setiap area kegiatan pemeliharaan, pemantauan terhadap kegiatan pemeliharaan, dan perencanaan kembali sesuai tujuan dan kepentingan awal.

Menurut Stoner dan Freeman (1992), pengelolaan atau manajemen adalah suatu proses merencanakan (planning), mengoperasikan (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling) anggota organisasi dan proses menggunakan semua sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

1. Merencanakan (Planning)

Planning merupakan proses menetapkan sasaran dan tindakan yang diperlukan untuk mencapai sasaran, menetapkan kebijakan dan tata cara pelaksanaan, dan merumuskan rencana jangka pendek dan rencana jangka panjang. Rencana mengarahkan tujuan organisasi dan menetapkan prosedur terbaik untuk mencapainya.

2. Mengorganisasikan (Organizing)

Organizing merupakan proses mengatur dan mengalokasikan pekerjaan, wewenang, dan sumber daya di antara anggota organisasi sehingga dapat tercapai sasaran organisasi. Pengorganisasian menghasilkan struktur hubungan dalam sebuah organisasi, dan melalui hubungan yang terstruktur ini rencana masa depan akan tercapai.

3. Memimpin (Leading)

Leading merupakan proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok atau seluruh organisasi. 4. Mengendalikan (Controlling)

Controlling merupakan proses untuk memastikan bahwa aktivitas yang dikerjakan sesuai dengan aktivitas yang direncanakan. Fungsi ini mencakup pengawasan terhadap standar kerja dan metode pelaksanaan yang dilakukan, juga mengawasi apakah semua berjalan sesuai dengan tujuan dan kebijakan yang telah ditetapkan. Fungsi controlling juga mencakupi pelaporan, evaluasi yang


(25)

berkelanjutan, serta pengambilan langkah-langkah yang tepat dalam melakukan perbaikan atau antisipasi program jika diperlukan.

Menurut Arifin dan Arifin (2000), organisasi yang baik menghasilkan efisiensi dan efektivitas penggunaan tenaga kerja, peralatan, bahan, dan waktu. Sistem organisasi dalam pemeliharaan taman senantiasa dilakukan oleh pemelihara taman skala besar, seperti pengelolaan taman permukiman real-estate, taman perkantoran, taman umum milik pemerintah, dan taman rekreasi. Menurut Sternloff dan Warren (1984), pengelola seharusnya dapat merencanakan program pemeliharaan dengan pengorganisasian yang baik, yaitu sebagai berikut.

1. Fasilitas dan peralatan taman yang harus dipelihara perlu diinventariasi dan diidentifikasi.

2. Pemeliharaan rutin direncanakan meliputi: (a) penyusunan standar pemeliharaan fasilitas dan peralatan taman; (b) pengidentifikasian dan pembuatan daftar kebutuhan tugas pemeliharaan rutin secara spesifik untuk mencapai standar pemeliharaan; (c) penjelasan prosedur metode yang paling efisien untuk menyelesaikan tugas pemeliharaan rutin; (d) penentuan frekuensi tugas pemeliharaan pada setiap jenis pekerjaan; (e) penentuan kebutuhan tenaga kerja untuk menyelesaikan tugas tersebut; (f) penentuan kebutuhan bahan dan peralatan yang digunakan untuk setiap tugas tersebut; (g) penetapan perkiraan waktu pelaksanaan tugas yang tepat.

3. Alat-alat yang digunakan untuk pemeliharaan tidak rutin atau yang bersifat insidental direncanakan.

4. Jadwal dan cara pemeliharaan pencegahan untuk mengatasi keadaan yang mungkin mempercepat kerusakan taman direncanakan.

5. Jadwal tanggung jawab penugasan untuk setiap pekerjaan yang meliputi penugasan perorangan, kelompok, atau penyerahan tugas kepada kontraktor dibuat.

6. Pengawasan terhadap sistem pekerjaan perencanaan dan perancangan, ketepatan jadwal pekerjaan pemeliharaan, serta kapasitas pekerjaan dilakukan. 7. Sistem analisis biaya pemeliharaan dibuat.

Sternloff dan Warren (1984) menyatakan bahwa tujuan pemeliharaan adalah untuk menjaga taman dan area rekreasi beserta fasilitas dalam keadaan atau


(26)

mendekati aslinya. Untuk mencapai hasil yang diharapkan, terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan oleh pihak pengelola, yaitu (a) menetapkan prinsip-prinsip operasi, (b) mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan, dan (c) memelihara fasilitas berdasarkan standar pemeliharaan yang telah ditetapkan.

Efektivitas pekerjaan pegawai pemeliharaan taman menurut Arifin dan Arifin (2000) sangat ditentukan oleh motivasi kerja dan keterampilan pegawai, sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan, ketersediaan alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan, tingkat pengawasan kerja di lapang, dan kelancaran komunikasi pimpinan dengan para mandor serta mandor dengan pegawai pemeliharaan taman di lapang.


(27)

BAB III METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Magang

Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

Gambar 2. Peta Telaga Golf Sawangan, Depok

Sumber: Anonim 2010. http://telaga-golf.com/ diakses 15 Februari 2011

U


(28)

Magang ini dilaksanakan pada bagian Divisi Staff Landscape yang

dipimpin oleh Divisi Estate Management, dalam kurun waktu selama 3 bulan dimulai pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2011, dengan prosedur jam kerja magang selama 7 jam per hari.

3.2 Metode Magang

Kegiatan magang meliputi kegiatan pada Bagian Staff Landscape. Metode kerja untuk kegiatan manajemen lanskap di permukiman Telaga Golf Sawangan meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Partisipasi aktif dalam kegiatan administrasi kantor manajemen Telaga Golf Sawangan.

Pekerjaan kantor yang dilaksanakan meliputi pembuatan rencana-rencana pemeliharaan, surat perjanjian kerja dan anggaran biaya pemeliharaan terhadap lanskap permukiman, seperti berbagai fasilitas publik, taman, dan ruang terbuka hijau. Kegiatan ini ditujukan untuk mempertahankan keberlanjutan lanskap permukiman Telaga Golf Sawangan.

2. Pengamatan dan pekerjaan langsung di lapangan

Pengamatan dan pengawasan langsung pada setiap pekerjaan pemeliharaan di lapangan, serta melakukan evaluasi langsung terhadap pelaksanaan administrasi dan pelaksanaan fisik lanskap, yang disertai dengan melakukan wawancara dan penyebaran kuisioner dengan penghuni dan karyawan perusahaan. Setelah hasil data terkumpul dilakukan analisis hasil data yang dibahas secara kualitatif dan kuantitatif.

3.3 Tahapan Magang

Pelaksanaan studi terdiri dari beberapa tahapan proses magang, yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap analisis, dan tahap sintesis. Tahapan kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, menganalisisnya hingga akhirnya mendapatkan hasil atau output yang diinginkan sesuai dengan tujuan magang.


(29)

1. Tahap Persiapan

Tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan data yang lengkap guna mendukung penyusunan skripsi dengan mencari studi pustaka yang berkaitan dengan lanskap permukiman. Untuk menghasilkan data yang lengkap dan akurat, aspek yang perlu diperhatikan adalah kondisi permukiman Telaga Golf Sawangan, dengan melakukan kunjungan awal lokasi. Tahapan persiapan ini diawali dengan pembuatan proposal dan perolehan izin kegiatan magang kepada pihak pengelola. 2. Tahap Pengumpulan Data

Tahapan pengumpulan data meliputi pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui survei yang meliputi data aspek biofisik, aspek manajemen lanskap (struktur organisasi, pemeliharaan dan pelaksanaannya, aspek faktor internal dan eksternal, dan data administratif). Data primer juga dapat diperoleh dari data sosial ekonomi berdasarkan penyebaran kuisioner (Lampiran 1) dan wawancara terhadap pihak pengembang dan penghuninya. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur yang berkaitan dengan proses pemeliharaan dan pelaksanaan lanskap, data dari perusahaan dan dinas serta perkuliahan di Departemen Arsitektur Lanskap (Tabel 1). Waktu pengumpulan data sekunder disesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangan pada saat magang berlangsung.

Pengambilan sampel responden kuisioner dalam kegiatan magang dilakukan dengan menggunakan metode non-probability sampling yang pemilihan elemen populasinya dilakukan berdasarkan pertimbangan tertentu dengan kategori judgement sampling. Kategori judgement sampling dilakukan dengan pengambilan sampel dengan sengaja sesuai dengan tujuan awal yaitu manajemen lanskap permukiman. Untuk mengetahui hasil dari proses manajemen lanskap permukiman Telaga Golf Sawangan, Estate Manager, karyawan, dan penghuni digunakan sebagai sampel penyebaran kuisioner karena dianggap memiliki banyak informasi mengenai manajemen lanskap yang berlangsung di kawasan. Penyebaran kuisioner dilakukan dengan menggunakan 40 responden yang terdiri dari 30 penghuni dan 10 karyawan di kantor teknik untuk mengetahui proses manajemen lanskap yang berlangsung di permukiman. Penyebaran kuisioner dilakukan dengan mendatangi rumah warga bersama dengan staff


(30)

lanskap Ibu Wuri, sehingga penghuni tidak merasa hal canggung ataupun takut akan perizinan dari pihak pengelola.

Tabel 1 Jenis Data, Sumber, Cara Pengambilan Data, dan Analisis

Keterangan: BMKG= Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika SWOT = Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat

TGS = Telaga Golf Sawangan

No. Jenis Data Sumber Cara Pengambilan Analisis

A. Fisik dan Biofisik

1. Letak, Aksessibilitas Lapangan Studi Pustaka, Survei

Kualitatif (deskriptif) 2. Tanah Dan Topografi Lapangan Studi Pustaka,

Survei

Kualitatif (deskriptif)

3. Iklim BMKG Studi Pustaka,

Survei

Kualitatif (deskriptif) 4. Vegetasi Lapangan Studi Pustaka,

Survei, Wawancara

Kualitatif (deskriptif) 5. Sirkulasi, Utilitas,

Fasilitas

Lapangan Studi Pustaka, Survei, Wawancara

Kualitatif (deskriptif) B Sosial Ekonomi

1. Penghuni kawasan Lapangan Wawancara, Kuisioner

Kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif (kuisioner)

C. Manajemen

Pemeliharaan Fisik

1. Hard material Lapangan Survei, Wawancara Kualitatif (deskriptif) 2. Soft material Lapangan Survei, Wawancara Kualitatif (deskriptif)

Pengelolaan Lanskap 1. Struktur organisasi

pengelola

Lapangan Survei, Wawancara Kualitatif (deskriptif) 2. Tenaga kerja Lapangan Survei, Wawancara,

Kuisioner

Kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif (kapasitas, HOK,

dan kuisioner) Pelaksanaan

Administrasi

1. SPK Lapangan Studi Pustaka,

Wawancara

Kualitatif (deskriptif) 2. Anggaran biaya Lapangan Studi Pustaka,

Wawancara

Kualitatif (deskriptif) Faktor Internal dan

Eksternal TGS 1. Internal (strength dan

weakness)

Lapangan Studi Pustaka, Survei, Wawancara

Kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif (SWOT) 2. Eksternal (opportunity

dan threat)

Lapangan Studi Pustaka, Survei, Wawancara

Kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif (SWOT)


(31)

3. Tahap Analisis

Pada tahap analisis ini akan dilakukan pendekatan analisis kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif (SWOT).

a. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis yang dilakukan untuk mengolah data inventarisasi yang didapat melalui studi pustaka, wawancara dengan pengelola dan penghuni, dan pengamatan langsung. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis potensi dan kendala yang terdapat pada aspek teknis, yaitu program manajemen lanskap yang sudah ada di permukiman Telaga Golf Sawangan.

a. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan stategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats) (Rangkuti, 1997). Analisis SWOT juga merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah di permukiman berdasarkan faktor internal strengths, weaknesses dan faktor eksternal

opportunities dan threats.

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis SWOT secara kualitatif adalah analisis deskriptif yang dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang berguna untuk menjawab perumusan permasalahan mengenai apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang ada pada objek penelitian dan apa saja yang menjadi peluang dan ancaman dari luar yang harus dihadapinya. Analisis secara kuantitatif yaitu dalam SWOT adalah dengan melakukan pemberian bobot dan rating sehingga menghasilkan matriks SWOT. Matriks ini dapat menghasilkan empat strategi kemungkinan alternatif. Keempat strategi itu adalah (a) SO, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya; (b) ST, yaitu strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman, (c) WO, yaitu strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan


(32)

yang ada, (d) WT, yaitu strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat

defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Langkah-langkah dalam menggunakan analisis SWOT adalah sebagai berikut.

a. Analisis penilaian faktor internal dan faktor eksternal

Penilaian faktor internal (IFE) adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan serta memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut. Penilaian faktor eksternal (EFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana ancaman dan peluang yang dimiliki dengan cara mendaftarkan ancaman dan peluang yang ada (David, 2008).

b. Penentuan bobot setiap variabel

Pembobotan dilakukan untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh pada tapak. Sebelum melakukan pembobotan, ditentukan dahulu tingkat kepentingannya. Setiap faktor internal dan eksternal diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya (Tabel 2 dan 3).

Tabel 2 Formulir Tingkat Kepentingan Internal

Simbol Faktor Internal Tingkat kepentingan

Kekuatan

S1 Kekuatan sangat besar

S2 Kekuatan besar

S3 Kekuatan sedang

Sn

Kelemahan Tingkat kepentingan

W1 Kelemahan kurang berarti

W2 Kelemahan yang berarti

W3 Kelemahan sangat berarti


(33)

Tabel 3 Formulir Tingkat Kepentingan Eksternal

Simbol Faktor Eksternal Tingkat kepentingan

Peluang

O1 Peluang yang sangat tinggi

O2 Peluang yang tinggi

O3 Peluang sedang

On

Ancaman

T1 Ancaman kurang berarti

T2 Ancaman sedang

T3 Ancaman sangat berarti

Tn

Pembobotan terhadap tingkat kepentingan faktor internal dan eksternal dilakukan dengan metode paired comparison, yaitu membandingkan setiap faktor internal dengan faktor eksternal (Tabel 4). Menurut David (2008), penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4: skala 1 jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada indikator faktor vertikal; skala 2 jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor vertikal; skala 3 jika indikator faktor horizontal lebih penting daripada indikator faktor vertikal; skala 4 jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor vertikal.

Tabel 4 Formulir Pembobotan Faktor Internal dan Eksternal Faktor Strategis

Internal/Eksternal A B C D Total Bobot

A χΌ αΌ

B χ΍ α΍

C χΎ αΎ

D χΏ αΏ

TOTAL


(34)

Bobot akhir setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus (Kinnear & Taylor 1991):

xi ∑n

i1 xi dengan

αi = bobot variabel ke-I;

xi = nilai variabel ke-I; i = 1,2,3,…,n;

n = jumlah variabel.

c. Pembuatan Matriks Faktor Internal dan Eksternal

Menurut Rangkuti (1997), penentuan peringkat pada masing-masing faktor berdasarkan tingkat kepentingannya dengan nilai 1–4. Nilai peringkat faktor positif (kekuatan dan peluang) berbanding terbalik dengan faktor negatif (kelemahan dan ancaman). Jika faktor positif tingkat kepentingannya sangat penting bernilai 4, penting bernilai 3, cukup penting bernilai 2, dan tidak penting bernilai 1, sedangkan jika faktor negatif memiliki tingkat kepentingan sangat penting bernilai 1, penting bernilai 2, cukup penting 3, dan tidak penting 4 (Tabel 5).

Tabel 5 Skala Penilaian Peringkat untuk Matriks InternalFactorEvaluation (IFE) dan ExternalFactorEvaluation (EFE)

Nilai peringkat

Matriks IFE Matriks EFE

Strengths (S) Weakness (W) Opportunities (O) Threats (T) 1 Kekuatan sangat

kecil

Kelemahan sangat berarti

Peluang rendah, respon kurang

Ancaman sangat besar

2 Kekuatan

sedang

Kelemahan yang berarti

Peluang sedang, respon

rata-rata Ancaman besar 3 Kekuatan yang

besar

Kelemahan kurang berarti

Peluang tinggi, respon diatas rata-rata

Ancaman sedang 4 Kekuatan sangat

besar

Kelemahan tidak berarti

Peluang sangat tinggi, respon superior

Ancaman sedikit

Nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada setiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan (Tabel 6).


(35)

Tabel 6 Formulir Skor Pembobotan Internal Factor Evaluation (IFE)

Faktor Kekuatan (Strength) Bobot Rating Skor (Bobot x Peringkat) S1

S2 Sn

Faktor Kelemahan (Weakness)

W1 W2

Wn

TOTAL

Sumber: Rangkuti (1997)

Tabel 7 Formulir Skor Pembobotan External Factor Evaluation (EFE)

Faktor Peluang ( Opportunity) Bobot Rating Skor (Bobot x Peringkat) O1

O2 On

Faktor Ancaman (Threat) T1

T2 Tn

TOTAL

Sumber: Rangkuti (1997)

Dari total skor yang didapat dari pembobotan pemeringkatan diatas, akan diketahui kondisi internal dan eksternal Telaga Golf Sawangan berada pada kuadran tertentu yang dapat menyatakan kekuatan dan kelemahannya melalui matriks internal-eksternal (IE) (Gambar 3).

Total Skor IFE

Tinggi Rata-rata Lemah

4 3 2 1

TOTAL SKOR EFE

Tinggi I II III

Sedang 3 IV V VI

Rendah 2 VII VIII IX

Sumber: David (2008)


(36)

Gambar tersebut dapat mengidentifikasikan 9 sel strategi yang harus dilakukan, tetapi kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu a) Kuadran I, II, dan IV dengan grow and build strategy yang merupakan upaya intensif perusahaan itu sendiri atau upaya diversifikasi; b) Kuadran III, V, dan VII dengan hold and maintain strategy, yaitu strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan; c) Kuadran VI, VIII, dan IX dengan harvest or divest strategy, yaitu usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang telah dijalankan.

c. Penentuan Alternatif Strategi

Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matriks SWOT (Tabel 8). Hubungan antara faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dengan faktor eksternal (peluang dan ancaman) digambarkan dalam matriks tersebut. Matriks ini menghasilkan beberapa alternatif strategi sehingga kekuatan dan peluang dapat ditingkatkan serta kelemahan dan ancaman dapat diatasi.

Tabel 8 Matriks SWOT Matriks SWOT

Eksternal Opportunity (Peluang) Threats (Ancaman)

Internal

Strength (Kekuatan)

Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada.

Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi.

Weakness (Kelemahan)

Mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahan-kelemahan. Meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada. Sumber: Rangkuti (1997)

e. Pembuatan Tabel Rangking Analisis Strategi

Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan akan menetukan rangking prioritas strategi (Tabel 9). Jumlah skor ini diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Rangking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai


(37)

terkecil dari semua strategi yang ada. Perangkingan ini dilakukan secara subjektif dimana strategi akan berupa usaha memaksimumkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities) serta meminimumkan ancaman (threats) dan kelemahan (weaknesses).

Tabel 9 Rangking Alternatif Strategi

No Alternatif strategi Keterkaitan dengan unsur SWOT Skor Rangking SO1

SO2 SOn WO1 WO2 WOn ST1 ST2 STn WT1 WT2 WTn

Sumber: Rangkuti (1997)

4. Tahap Sintesis

Pada tahap sintesis dilakukan penyusunan alternatif dari pemecahan masalah, yang bertujuan memberikan rekomendasi yang baik mengenai strategi manajemen lanskap di permukiman Telaga Golf Sawangan

3.4 Batasan Studi

Ruang lingkup dari kegiatan magang ini meliputi pengelolaan pelaksanaan pemeliharaan pada lanskap permukiman Telaga Golf Sawangan. Setiap kegiatan magang yang dilaksanakan berada di bawah pengawasan Divisi StaffLandscape.


(38)

BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum

4.1.1 Letak, Luas, dan Aksesibilitas

Permukiman Telaga Golf Sawangan terletak di tepi selatan Jakarta, tepatnya di kota Depok dan dapat ditempuh 40 km dari pusat kota Jakarta. Permukiman Telaga Golf Sawangan merupakan permukiman yang sangat memperhatikan lingkungan dengan menyajikan panorama alam yang luas dan mampu menyejukkan mata. Siteplan Telaga Golf Sawangan dapat dilihat pada Lampiran 2.

Telaga Golf Sawangan dikembangkan sejak tahun 1997 dengan total luasan 88 ha. Telaga Golf Sawangan telah memiliki sepuluh cluster, antara lain, Cluster Bali, Miami, Monako, Belanda, France, Espanola, Malaka, dan Great Britain, dengan jumlah rumah terbangun sekitar 2.300 unit rumah.

Lokasi dapat dicapai dari berbagai arah seperti Cinere, Depok, Ciputat, Pondok Cabe, dan Parung. Lokasi dapat ditempuh melalu jalan utama Sawangan, Depok. Pada tahun 2012 akan segera dilaksanakan pembangunan jalan tol Antasari-Cinere, Limo, sehingga akan mempermudah akses penghuni untuk menuju lokasi. Lokasi permukiman Telaga Golf Sawangan dapat dilihat pada Gambar 4.


(39)

4.1.2 Kondisi Biofisik 4.1.2.1 Tanah dan Topografi

Tanah latosol merupakan jenis tanah yang mendominasi lahan permukiman Telaga Golf Sawangan. Tanah latosol merupakan tanah yang memiliki beberapa jenis warna, seperti warna merah, merah kecoklatan, dan coklat kekuningan. Berikut ini merupakan ciri khas dari jenis tanah latosol: (a) proses pembentukan tanah latosol disebut dengan istilah latosolisasi, terbentuk dengan syarat daerah tersebut memiliki suhu dan curah hujan yang tinggi; (b) terdapat di daerah iklim humid-tropik tanpa bulan kering hingga subhumid dengan musim kemarau agak lama; (c) meluas di daerah iklim tropis hingga iklim basah tropik dengan curah hujan 2.500-7.000 mm/th; (d) bervegetasi hutan basah sampai sabana; (e)bertopografi dataran, bergelombang hingga pegunungan; (f) umumnya bahan induk vulkanik baik tuff maupun batuan beku; (g) meliputi tanah-tanah yang telah mengalami pelapukan intensif; (h) mengalami pencucian unsur-unsur basa, bahan organik dan silika; (i) tekstur lempung hingga geluh, struktur remah hingga gumpal lemah, dan konsistensi gembur. Tanah ini adalah tanah yang cukup subur sehingga cocok untuk penanaman vegetasi di kawasan permukiman. Ketinggian tempat rata-rata sekitar 90m dpl.

4.1.2.2 Iklim

Kondisi permukiman beriklim sedang dengan suhu udara maksimum 26,4˚C pada bulan September hingga Oktober dan suhu minimum pada bulan Februari sebesar 25,1˚C, sedangkan suhu rata-rata tahunan sebesar 25,8˚C. Kelembaban udara dengan rata-rata tahunan mencapai 84% dengan kelembaban udara maksimum terjadi pada bulan Februari sebesar 89% dan kelembaban minimum yang terjadi pada bulan Agustus sebesar 79%. Kecepatan angin rata-rata tahunan sebesar 1 m/det dengan arah angin yang bertiup dari barat. Curah hujan bulanan tertinggi terjadi pada bulan April dengan jumlah sebesar 513.48 mm dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli sebesar 152,3 mm. Grafik iklim Sawangan, Depok, pada tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Gambar 5.


(40)

Gambar 5. Grafik Iklim Sawangan, Depok, tahun 2004-2008

celcius

m/det

mm


(41)

4.1.2.3 Vegetasi

Vegetasi di Telaga Golf Sawangan ditanam sejak tahun 1997 saat awal proyek pembangunan kawasan permukiman dimulai, tetapi seiring dengan terus berjalannya proyek hingga saat ini, terdapat beberapa perubahan jenis tanaman karena adanya renovasi tanaman. Vegetasi yang terdapat pada tapak terdiri dari beberapa tanaman dengan berbagai macam kegunaan, seperti sebagai peneduh, estetika, pengarah jalan, dan sebagai kawasan konservasi. Pada tanah vertikal terdapat vegetasi seperti pohon, perdu, semak, ground cover, dan rumput. Ground cover didominasi oleh rumput peking (Zoysia matrella (L.) Merr.); median jalan dihiasi dengan palem raja (Roystonea regia) yang diselingi oleh euphorbia berduri (Euphorbia milii); bahu jalan ditanami pohon cemara (Casuarina equisetifolia L.), pucuk merah (Syzygium oleina), kelapa sawit (Elaeisguineensis), dan lainnya.

Berbagai jenis tumbuhan koleksi Kebun Raya Bogor terdiri dari tanaman kehutanan, pohon buah, pohon obat, dan pohon pelindung tumbuh subur di Telaga Golf Sawangan sejak proyek permukiman ini dibangun tahun 1997. Pohon-pohon langka yang tumbuh rimbun seperti merbau (Instia bijuga), kamper (Dryobalanops aromatica), eboni (Diospyros celebica), meranti (Shorea sp.), kecapi (Sandoricum koetjape), rukem (Flacourtia rukam), salam (Syzygium polyanthum), bisbul (Diospyros blancoi), kenari (Canarium commune), pule (Alstoniascholari), dan lain-lainnya dapat dijumpai disini.

Terdapat pula kehidupan alami biota air tawar seperti udang, gabus, sepat, gapi, dan belut yang hidup tumbuh serta berkembang dengan baik di sini. Selain itu, juga dapat dijumpai beberapa fauna seperti tupai, burung tekukur burung hantu, hingga biawak yang dapat hidup aman di lingkungan permukiman.

4.1.2.4 Ruang Terbuka Hijau

Permukiman Telaga Golf Sawangan memiliki motto sebagai hunian bernuansa resort yang berbasis lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada jumlah ruang terbuka hijau yang seimbang dengan pembangunan properti dan selaras dengan lingkungan sehingga mampu menciptakan kawasan hunian sehat yang bersinergi dengan lingkungan hidup. Penghuni yang cinta lingkungan benar-benar telah mendapat tempat yang sesuai dengan adanya sarana dan prasarana yang


(42)

mendukung hidup dalam sebuah lingkungan yang nyata dengan konsep Green Real Estate ini.

Sebanyak 45% kawasan ini terdiri dari ruang terbuka hijau, yaitu vegetasi yang mampu memberikan manfaat bagi permukiman seperti keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan. Ruang-ruang terbuka hijau yang terdapat di Telaga Golf Sawangan sudah dapat dinikmati saat memasuki kawasan permukiman ini. Setelah memasuki gerbang utama penghuni disuguhi jajaran pohon-pohon yang menjulang dan rimbun, yang diselingi dengan taman-taman jalur hijau di median jalan, dan di sepanjang tepi jalan utama boulevard yang didominasi oleh pohon palem raja (roystonea regia) dengan groundcover rumput peking (Zoysia matrella (L.) Merr.). Berbagai elemen ekosistem ditempatkan oleh pengembang, seperti hutan konservasi buatan berukuran kecil dan danau di sekitarnya. Keberadaan kolam air mancur di boulevard menambah estetika. Telaga dan danau, didukung taman asri yang luas dengan pohon-pohon yang rimbun, jogging, dan bikingtrack serta jalur bagi pejalan kaki yang ditata dengan bebatuan alami, melengkapi lanskap alamnya. Hadirnya perairan menyegarkan suasana. Lanskap alam ini diperindah lagi dengan patung-patung yang menghiasi jalan utama. Keseluruhan aksen air dan pepohonan yang ada sangat mendukung konsep resort yang dimiliki Telaga Golf Sawangan.

Keberadaan ruang terbuka hijau di permukiman Telaga Golf Sawangan sudah mendapatkan pengakuan di Indonesia. Permukiman ini mendapat sebutan sebagai Green Real Estate yang diakui oleh masyarakat, hal ini dapat dilihat dengan beberapa penghargaan yang telah diraih seperti penghargaan Best Indonesia Green Award 2010 yang diselenggarakan majalah Bisnis & CSR dan dua kali menjuarai penghargaan GreenPropertyAward pada tahun 2009 dan 2010 untuk kategori permukiman yang sedang dikembangkan (jadi bukan hanya konsep) versi Majalah Housing Estate. Ketersediaan ruang terbuka hijau yang memadai ini pula yang selalu menjadi pertimbangan para pengunjung yang berniat membeli rumah baru, karena kualitas dan kuantitas RTH yang baik mampu menambah daya jual rumah dan menjadi daya tarik tersendiri bagi peminatnya.


(43)

Berbagai ruang terbuka hijau yang disediakan di permukiman ini memiliki manfaat yang luar biasa bagi penghuninya. Pembangunan kolam-kolam besar yang dirangkai menjadi sumber mata air berbentuk laguna pada beberapa lokasi menjadi pusat utama kegiatan konservasi tersebut. Pada masa pembangunan, kolam tersebut menjadi penjaga atau buffer perpindahan sedimen tanah dari dalam proyek keluar permukiman sehingga pembangunan hunian tidak akan menyebabkan pendangkalan sungai atau danau di sekitarnya.

Beberapa jenis tumbuhan langka koleksi Kebun Raya Bogor yang tumbuh di sepanjang laguna menjadi sebuah arboretum tumbuhan yang menyimpan keanekaragaman hayati, yang kini telah menjadi sarana pendidikan yang menyenangkan untuk anak-anak. Di dalam fasilitas lingkungan yang ditata mirip hutan kecil ini anak-anak dapat bermain sambil mengenal berbagai jenis pepohonan sekaligus mengenal biota air tawar sebagai bagian ekosistem alam seperti yang dipelajari di sekolah. Vegetasi penyusun tata hijau di kawasan Telaga Golf Sawangan juga memiliki beberapa fungsi, antara lain, sebagai pembentuk ruang, pengontrol kebisingan, pengontrol visual, pengarah, estetika, habitat satwa, serta fungsi-fungsi pendukung lainnya.

Gambar 6 Ruang Terbuka Hijau pada Lingkungan Permukiman

4.1.3 Sarana dan Prasarana 4.1.3.1 Sirkulasi

Sirkulasi di permukiman Telaga Golf Sawangan terdiri dari jalan

boulevard yang merupakan jalan utama sekaligus kolektor yang dimulai dari gerbang utama, menghubungkan jalan masuk gerbang-gerbang cluster. Jalan ini ditandai dengan adanya median jalan dan bundaran.


(44)

Gambar 7 Jalan Sirkulasi Utama Permukiman

Jalan kolektor cluster yang menjadi jalur transportasi kendaraan dan pejalan kaki dibuat menggunakan konstruksi perkerasan konblok untuk mengurangi aliran permukaan (run-off). Jalan ini memiliki batas maksimal kecepatan bagi kendaraan bermotor yang melintas, yaitu maksimal 30 km/jam, untuk menghindari kecelakaan, ataupun kegiatan transportasi yang merugikan seperti balapan. Jalan ini dilengkapi dengan lampu jalan, berm jalan, tempat sampah, serta beberapa street furniture yang terletak di bundaran seperti patung-patung, kolam, dan taman. Cul-de-sac adalah tipe sirkulasi yang diterapkan di permukiman ini, yaitu dengan hanya terdapat satu sirkulasi utama yang diawali satu jalur masuk gerbang utama, serta jalur masuk dan keluar per cluster sehingga dapat menciptakan pengawasan keamanan yang ketat bagi penghuni permukiman.

4.1.3.2 Fasilitas

Fasilitas yang terdapat di Telaga Golf Sawangan dibuat sebagai penunjang aktivitas penghuni. Semua fasilitas yang ada dibuat dengan akses yang mudah dicapai oleh penghuni, jalan di lingkungan permukiman dibuat selebar 12 meter demi kenyamanan lalulintas bagi penghuni. Fasilitas di dalamnya terdiri dari fasilitas umum dan fasilitas sosial.

Pihak pengembang menyediakan fasilitas umum seperti fasilitas spiritual, yaitu masjid Al-Amin sebagai media beribadah umat muslim, dan fasilitas pendidikan sekolah anak doctorabbit preschool dengan akses yang mudah dengan letak yang strategis serta jauh dari bahaya bagi anak-anak kecil sehingga orang tua merasa aman terhadap keselamatan anak mereka. Fasilitas pendukung seperti fasilitas komersil berupa minimarket disediakan di depan kantor pemasaran,


(45)

fasilitas rekreasi air seperti kolam renang Aquatic Fantasy, fasilitas olahraga

fitness center terletak disebelahnya. Sebuah taman konservasi berukuran kecil tersedia di Cluster Bali bernamakan City Forest, di dalamnya terdapat beberapa koleksi vegetasi langka yang didapatkan langsung dari Kebun Raya Bogor, serta

adventurepark.

Gambar 8 Aquatic Fantasy Gambar 9 Masjid Al-Amin

Taman lingkungan dapat ditemukan di setiap cluster rumah dengan konsep yang berbeda sesuai konsep cluster tersebut. Sebagai contoh taman lingkungan di Cluster France yang terletak di depan gerbang cluster ini memiliki konsep sederhana dengan penambahan patung pemikir sebagai pemberi ciri khas Negara Perancis; taman yang terdapat di Cluster Bali dihiasi dengan ornamen patung yang biasa dijumpai di pura Bali; demikian pula dengan taman lingkungan yang tersedia di clusters lainnya juga memiliki ciri khas tersendiri. Di dalam cluster

juga disediakan jogging track. Fasilitas keamanan di setiap cluster dilihat dari keberadaan pos satpam yang dijaga ketat oleh satpam yang beroperasi 24 jam dengan jadwal patroli setiap setengah jam. Dengan demikian tidak pernah ditemukan kejadian yang dapat membahayakan keamanan dan kenyamanan penghuni terhadap keluarga dan rumahnya.

4.1.3.3 Utilitas

Utilitas yang disediakan di dalam Telaga Golf Sawangan dibuat dengan sangat memperhatikan aspek keamanan dan kenyaman penghuni. Utilitas yang tersedia di permukiman yang meliputi listrik, gas, telekomunikasi menggunakan


(46)

sistem serat optik dengan keseluruhan kabel dan infrastrukturnya terdapat di dalam tanah sehingga tidak merusak pemandangan alam yang tersedia. Sumber mata air, saluran drainase, pengelolaan sampah, dan proses pemurnian air sangat diperhatikan dengan baik oleh pihak pengelola. Telaga Golf membangun UPS (Unit Pengelolaan Sampah) Terpadu, tempat sampah organik diolah menjadi kompos sedangkan sampah inorganik dipilah oleh pemulung untuk dimanfaatkan. Pengendalian pencemaran air limbah rumah tangga dan erosi tanah akibat pembangunan proyek menjadi perhatian utama dalam konsep konservasi tanah dan air di permukiman ini, yang bertujuan menjaga keutuhan ekosistem. Di setiap rumah dan laguna buatan terdapat filter dan resapan di dalamnya merupakan sistem drainase utama sebelum air bermuara ke pembuangan akhir di luar proyek. Saluran pembuangan limbah rumah tangga yang dibuatkan di setiap rumah tidak diperbolehkan untuk diubah oleh penghuni. Limbah rumah tangga yang mengalir bersama air dari dapur dan kamar mandi ditangkap terlebih dahulu dalam sebuah saringan yang terbuat dari kawat lasa anti karat. Air limbah meresap ke dalam tanah melalui struktur ijuk, batu, pasir, dan kerikil kemudian sisanya lagi mengalir ke dalam selokan. Selanjutnya, air yang sudah tersaring dari setiap rumah yang mengalir melalui selokan bergerak menuju laguna buatan yang berisi tanaman air yang dikondisikan serupa dengan ekosistem rawa.

Laguna buatan memiliki fungsi yang unik, yaitu sebagai penampung endapan tanah hasil erosi dan pengolah limbah yang mengandalkan tumbuhan sebagai penyerap sisa-sisa zat pencemar yang masuk ke dalam laguna. Laguna buatan juga memiliki filter dan resapan tersendiri di dalamnya. Proses pengendalian pencemaran air limbah ini yang dilalui oleh beberapa tahap penyaringan dan pemurnian air mengupayakan agar air limbah yang berasal dari rumah penghuni tergolong relatif bersih dan tidak tercemar lagi. Di dalam proses ini telah terjadi pemurnian air secara alami sebelum akhirnya air mengalir ke luar proyek permukiman.


(47)

4.1.4 Sosial Ekonomi

Penghuni Telaga Golf Sawangan terdiri atas karyawan dari berbagai instansi baik pemerintah maupun swasta serta masyarakat umum. Warga yang tinggal di Telaga Golf Sawangan dan sekitarnya kebanyakan menganut agama Islam, sebagian kecil beragama Katolik, Protestan dan Budha. Permukiman ini diperuntukan bagi golongan masyarakat menengah ke atas, hal ini dapat dilihat dari harga rumah yang dijual dengan harga termurah dari 350 juta rupiah.

Masyarakat penghuni Telaga Golf Sawangan turut serta aktif dalam menjaga kondisi lingkungannya. Pihak pengembang memberi kepercayaan kepada perwakilan penghuni untuk menjalani kepengurusan dengan membagi dua kepengurusan RW: RW 08 dipercaya untuk mengurus 5 cluster, yaitu cluster

bernuansa Bali, Miami-Monaco-Malaka, Espanola, France, dan Britain yang masing-masing memiliki satu kepengurusan RT di dalamnya; RW 10 terdapat di Cluster Belanda yang di dalamnya terdapat tiga kepengurusan RT, yaitu RT 1 sampai 3. Semua kepengurusan warga ini sejak bulan Februari tahun 2099 bekerja sama dengan pihak pengelola PT Cisadane Perdana dalam hal memelihara kondisi fisik dan visual lingkungannya agar tetap terjaga keberlangsungannya.

Keberadaan kawasan permukiman ini merupakan lapangan pekerjaan yang potensial bagi masyarakat sekitar kawasan. Masyarakat sekitar biasanya menjadi pekerja di Telaga Golf Sawangan, sebagian dari mereka ada yang menjadi satpam, ada pula yang menjadi pekerja bangunan dan pemelihara lansekap dari pihak kontraktor atau dari pihak kepengurusan warga. Mayoritas semua pembantu rumah tangga juga merupakan masyarakat sekitar. Para pedagang pun dapat mencari peruntungan di kawasan ini. Mereka dikelola dengan baik oleh pengembang dengan mengontrol jumlah pedagang dan memberikan identitas khusus bagi pedagang Telaga Golf Sawangan, sehingga masyarakat merasa aman terhadap orang asing yang memasuki kawasan ini.


(48)

4.1.5 Organisasi Manejemen Pemeliharaan Lanskap 4.1.5.1 Struktur Organisasi PT Cisadane Perdana

Permukiman Telaga Golf Sawangan merupakan permukiman yang berada di bawah sebuah developer besar, yaitu Sinarmas Land, PT Cisadane Perdana dipercaya untuk mengembangkan kawasan ini sejak tahun 1997.

Struktur organisasi PT Cisadane Perdana merupakan organisasi yang berbentuk garis dan staf, yang dengannya seorang pemimpin memiliki komando perintah dan wewenang langsung kepada bawahan. Permukiman ini dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang merupakan pimpinan dari Sinarmas Land yang membawahi langsung PT Cisadane perdana. PT Cisadane perdana sendiri dipimpin oleh seorang General Manager yang memimpin tiap unit bagian yang dipimpin kembali oleh beberapa Manajer bagian, yaitu Financial Accounting Manager, Estate Manager, Project Manager, Planning Manager. Keseluruhan unit bagian tersebut membawahi bagiannya tersendiri sesuai dengan tanggung jawabnya. Struktur organisasi PT Cisadane Perdana dapat dilihat secara umum pada Gambar 10.

Gambar 10 Struktur Organisasi PT Cisadane Perdana Direktur Utama

General Manager Tio Budy Waltono

Financial Accounting Manager

Estate Manager

Planning Manager Bambang

Project Manager Haris Sidjabar Pemasaran

Kasir

Lanskap Aquatic

Security

Customer Service

Drafter Pengawas Utilitas Perijinan Pelaksanaan


(49)

Pemeliharaan lanskap Telaga Golf Sawangan dikelola dan diawasi oleh

Estate Manager yang dipimpin oleh Bapak Najih Nahalih. Sejak tahun 1998, Bapak Najih telah bertugas dan bertanggung jawab langsung kepada General Manager. Estate Manager dalam melakukan tugas di bagian lanskap dibantu oleh seorang koordinator lanskap, seorang pengawas lapang, dan pekerja lapang lainnya. Struktur organisasi lanskap dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Struktur Organisasi Pemeliharaan Lanskap

4.1.5.2 Manajemen Lanskap Telaga Golf Sawangan

Telaga Golf Sawangan merupakan permukiman dengan kawasan lanskap yang cukup luas sehingga dibutuhkan bagian lanskap untuk mengelola dan menjaga lanskap yang ada. Bagian pengelolaan lanskap dipimpin oleh seorang

Estate Manager. Proses pemeliharaan di Telaga Golf Sawangan dilaksanakan oleh tiga pihak, yaitu kontraktor dari perusahaan CV Botani Asri, in-house (developer), dan dari pihak kepengurusan warga.

Pemeliharaan kawasan lingkungan di setiap cluster ditangani pemelihara dari pihak kepengurusan warga yang bekerja sama dengan pihak developer. Setiap RT setempat bertanggung jawab mensosialisasikan kepada penghuni lainnya mengenai adanya kegiatan pemelihara lingkungan. Untuk menjaga keberlangsungan kegiatan pemeliharaan lingkungan, pihak badan pemelihara lingkungan menetapkan iuran pemeliharaan lingkungan (IPL) bulanan kepada

Estate Manager

Landscape Supervisor

Senior Inspector

Kontraktor CV BOTANI ASRI

Staff Maintance In-house Badan Pemelihara

Lingkungan


(1)

Lampiran 4 Lanjutan Tabel

Checklist

Pemeliharaan Lanskap

TINGKAT

PEMELIHARAAN

: SEMI INTENSIF

PELAKSANA

: BPL/KONTRAKTOR

PROYEK

: TELAGA GOLF SAWANGAN

CLUSTER/ZONA

:

PERIODE

:

No. ITEM SPESIFIKASI/STANDAR HASIL PEMELIHARAAN

SKOR

a b c d e

A. Rumput Gajah Kesuburan dan pertumbuhan tergantung kondisi tanah Selalu dalam kondisi terpangkas (interval 14 hari) Bersih dari sampah daun pangkasan

B. Rumput Peking Kesuburan dan peetumbuhan tergantung kondisi tanah Tidak pernah gondrong, terpangkas dengan interval 1

bulan

Bersih dati sisa pangkasan

Bebas dari gulma atau rumput liar

C. Garden Bed Terpangkas rapi sesuai dengan bentuk yg diinginkan Kondisi tanaman cukup subur dan sehat Bebas dari gulma atau rumput liar

D. Pohon dan Palem Kondisi tanaman cukup subur dan sehat Bebas dari gulma atau rumput liar Sampah daun dan ranting bersih dua hari sekalii

E. Jalan dan Pedestrian Cukup bersih dan bebas dari sampah

F. Saluran air Kadang terdapat lumpur, gulma atau sampah

G. Kebersihan Laguna Cukup bersih dari gulma air, sampah dan lumut Tanaman air cukup bersih dan terawat

H. Penyikatan hardscape (Lumut)

Kadang berlumut & tidak bebas vandalisme

I. Pengetrikan Rumput Gajah

Pinggiran rumput kadang menjalar melebihi pembatas

J. Pengetrikan Rumput Peking

Pinggiran rumput kadang menjalar melebihi pembatas

K. Penyiraman Tanaman cukup subur dan tidak kekurangan air

Keterangan :

a: baik sekali (sesuai dengan standar pada tingkat intensif)

b: baik (sesuai dengan standar pada tingkat semi intensif)

c: cukup (sesuai dengan standar pada tingkat rendah)

d: kurang pemeliharaan (dibawah standar c)


(2)

Lampiran 4 Lanjutan Tabel

Checklist

Pemeliharaan Lanskap

TINGKAT

PEMELIHARAAN

PELAKSANA

: BPL/KONTRAKTOR*

PROYEK

: TELAGA GOLF SAWANGAN

CLUSTER/ZONA

:

PERIODE

:

No. ITEM SPESIFIKASI/STANDAR HASIL PEMELIHARAAN

SKOR

a b c d e A. Rumput Gajah Kesuburan dan pertumbuhan tergantung kondisi tanah Selalu dlm kondisi terpangkas (interval 14 hari) Sisa daun hasil pangkasan tidak disapu

B. Rumput Peking Kesuburan dan peetumbuhan tergantung kondisi tanah Sering terlihat gondrong, dipangkas dg interval 3 bl

Bebas dari gulma atau rumput liar

C. Garden Bed Tanaman tidak dipangkas

Kondisi tanaman cukup subur dan sehat

Bebas dari gulma atau rumput liar

D. Pohon dan Palem Kondisi tanaman cukup subur dan sehat

Bebas dari gulma atau rumput liar

Sampah daun dan ranting sering terlihat tidak disapui

E. Jalan dan Pedestrian Kadang/sering terlihat kotor

F. Saluran air Kadang/sering terdapat lumpur, gulma atau sampah

G. Kebersihan Laguna Gulma air, sampah dan lumut sering terlihat

Tanaman air kurang terawat

H. Penyikatan hardscape (Lumut)

Sering terlihat berlumut & tidak bebas vandalisme

I. Pengetrikan Rumput Gajah

Pinggiran rumput sering terlihat menjalar melebihi pembatas

J. Pengetrikan Rumput Peking

Pinggiran rumput sering terlihat menjalar melebihi pembatas

K. Penyiraman Tanaman cukup subur dan tidak kekurangan air

Keterangan :

a: baik sekali (sesuai dengan standar pada tingkat intensif)

b: baik (sesuai dengan standar pada tingkat semi intensif)

c: cukup (sesuai dengan standar pada tingkat rendah)

d: kurang pemeliharaan (dibawah standar c)

e: buruk sekali (tidak dirawat sama sekali)

: EKSTENSIF/LOW (termasuk pemeliharaan

insidental


(3)

Lampiran 5 Tabel Spesifikasi Pekerjaan Pemeliharaan Lanskap TGS

Lokasi : Telaga Golf Sawangan, Depok

URAIAN PEKERJAAN

Pendangiran dan Penyiangan Gulma

- Semua pohon dan palem bebas dari rumput dan gulma - Semua border semak bersih dari rumput dan gulma serta dalam keadaan didangir - Tanah-tanah yang telah padat di sekitar tanaman (semak) digemburkan secara hati-hati

agar tidak merusak tanaman utama

- Rumput peking bebas dari gulma - Apabila kondisi tanah (padat dan miskin hara) sudah tidak lagi mendukung

pertumbuhan tanaman, maka shrubs dibongkar dan ditanam lagi jika tanahnya sudah diolah ulang dan diberi pupuk kandang.

Pemangkasan Pohon, Semak dan Bambu Jepang

- Tanaman (semak, pohon, palem) selalu dalam keadaan rapi dan bebas dari daun dan cabang kering.

- Tanaman semak yang telah terlalu rimbun/panjang dipangkas rapi dan hasil pangkasan

dikirim ke Nursery untuk diperbanyak.

- Bambu Jepang pada lereng pagar arcon dipangkas agar tidak mengganggu rumah

penduduk di sekitarnya.

- Sampah pangkasan yang sudah tidak berguna lagi segera diangkut agar tidak merusak

pemandangan

Pemangkasan Rumput Gajah

- Petugas pemotong rumput harus menggunakan pelindung tubuh, terutama kacamata, sepatu boot tinggi atau sepatu safety dan pakain lengan panjang

- Pemangkasan rumput gajah harus memenuhi target, yakni rotasi 14 - 16 hari per areal - Pembagian areal pemangkasan untuk setiap petugas berkisar 14.000 - 16,000 m² per

orang

- Sisa pangkasan rumput disapu dan dikumpulkan di dalam karung agar mudah diangkut - Pemangkasan termasuk pemotongan pinggiran rumput agar tidak menjalar ke tepi

perkerasan (Pengetrikan)

- Menjaga sisa-sisa pangkasan rumput agar tidak mengotori jalan - Prioritas daerah pemangkasan pada masing-masing areal akan diperjelas kemudian. - Areal yang menjadi prioritas tidak boleh mengalami kelambatan dalam

pemangkasannya dan harus selalu dalam keadaan rapi dan bersih

- Gulma dan alang-alang (paling cepat tumbuh) sebaiknya dicabut

Pemangkasan Rumput Peking & Golf

- Areal :

a. Berm dan Median Jalan

b. Taman Segiempat dan Segitiga c. Taman Volendam dan Rotterdam

d. Taman Barcelona


(4)

Pemangkasan Gulma Areal Kavling dan Lahan Sisa - Gulma dan rumput liar pada areal Kavling dan lahan sisa (Sloop arcon, pagar

pembatas) dipangkas teratur agar tidak merusak pemandangan

- Pemeliharaan areal di atas dari sampah dan kotoran - Pinggiran rumput yang berbatasan dengan kanstin/border diberi tali air dengan

cara dipotong atau didangir

- Petugas pemotong rumput harus menggunakan pelindung tubuh, terutama kacamata,

sepatu boot tinggi atau sepatu safety dan pakain lengan panjang

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

- Seluruh tanaman bebas dari hama dan penyakit tanaman yang dapat menggang gu pertumbuhannya. Penyemprotan dengan pestisida dapat dilakukan secara insidental setelah adanya pemantauan rutin mengenai serangan organisme tertentu.

- Petugas penyemprotan harus sudah berpengalaman dan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai jenis pengganggu tanaman, dosis penggunaan pestisida dan dasar- dasar keselamatan penggunaan pestisida sehingga tidak membahayakan diri sendiri maupun lingkungan sekitar.

- Petugas bersangkutan harus menggunakan pelindung yang dapat menutup bagian tubuh dari kontak langsung dengan bahan aktif pestisida, seperti masker, kacamata,

sarung tangan karet, pakaian lengan panjang, dsb, sehingga dapat menjamin kesela matannya dari keracunan pestisida pada waktu pemakaiannya.

- Pelaksanaan penyemprotan dikoordinasikan dengan atasan/pengawas untuk menentukan jenis, dosis dan cara pelaksanaan.

Pemupukan

- Pupuk NPK diberikan secara rutin tiap bulan pada seluruh tanaman - Pupuk Kandang diberikan setiap 2 bulan sekali pada setiap tanaman kecuali rumput - Rumput gajah diberi pupuk tambahan berupa urea cair setiap bulan sekali - Rumput Peking diberi pupuk NPK dan urea cair - Setelah selesai memupuk (NPK/UREA) selalu disiram dengan air - Pemakaian pupuk melalui pengawasan atasan dan dicatat pengeluarannya

Penyiraman

- Penyiraman dilakukan secara rutin setiap hari sehingga seluruh tanaman tidak ada

yang kekurangan air/layu.

- Prioritas/urutan penyiraman adalah sebagai berikut : I. Tanaman yang baru ditanam dan baru dipupuk (sebagai Prioritas

Utama)

II. Tanaman shrubs (Prioritas kedua) III. Tanaman Pohon dan palem (Prioritas ketiga) IV. Rumput (Prioritas keempat) - Penyiraman shrubs dan pohon dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak

tanaman (batang, akar, daun, dan bunga)

- Penyiraman semak dilakukan pada pagi atau sore hari , sedangkan penyiraman rumput

dilakukan pada siang hari.

- Tugas insidental meliputi penyiraman jalan, gelontor saluran, dll dengan mobil

tangki


(5)

Perawatan Danau/Laguna - Pemangkasan dan perawatan tanaman air - Pembuangan sampah, lumut yang mengambang dan kotoran manusia - Penyiangan dan pembabatan rumput di dalam dan di pinggiran laguna - Perbaikan bendungan yang bocor atau rusak - Pengangkatan tanah endapan (insidental)

- Pembersihan saluran

Kebersihan

- Seluruh areal kerja bersih dari sampah, kotoran dan sisa tanaman yang dapat mengganggu pemandangan.

- Petugas berhak menegur bila ada rekan kerja/karyawan yang membuang sampah

sembarangan

- Sampah plastik dan rumah tangga dipisahkan terhadap sampah organik/sisa tanaman dan dibuang pada tempat yang telah ditentukan masing-masing

Perawatan Hardscape (Jalan, Paving, Pedestrian, Saluran, Permainan anak,

Patung, Pot dan Ornamen Landscape, dll)

- Jalan/Aspal, Paving dan Pedestrian :

a. Bersih dan bebas dari kotoran dan sampah b. Bebas dari bekas tapak ban kendaraan c. Air semen, bekas adukan, tanah dan lain-lain yang dapat merusak

aspal menjadi prioritas untuk segera dibersihkan dan disemprot dengan air.

- Saluran Air (Got) pada lingkungan

a. Dibersihkan dari sampah, kotoran, endapan tanah dan gulma b. Dijaga agar tidak tersumbat - Permainan Anak, Patung, Pot Tanaman dan Ornamen Landscape a. Dibersihkan dari lumut dan kotoran b. Bebas dari rayap dan semut pengganggu c. Menjaga agar tanah dan kotoran agar tidak masuk ke dalam kolam

air

Kewajiban Umum Kontraktor

- Secara umum kontraktor bertanggung jawab memperbaiki segala kerusakan yang bukan disebabkan pihak lain, antara lain : memberi penopangan yang kokoh pada tanaman yang miring/roboh akibat tiupan angin kencang, mengangkat tanah/endapan pada laguna atau saluran akibat erosi air hujan, memperbaiki bendungan hang jebol, dan sebagainya.

PRIORITAS-PRIORITAS

- Prioritas Pekerjaan

a. Kebersihan Jalan : sampah daun, plastik, tanah, kotoran dll. b. Pekerjaan insidental yang dikerjakan segera berdasarkan instruksi c. Post Major : pohon tumbang, bendungan jebol, semen tumpah ke jalan,


(6)

Lain-lain:

Secara umum kontraktor bertanggung jawab memperbaiki segala

kerusakan yang bukan disebabkan pihak lain, antara lain : memberi penopangan

yang kokoh pada tanaman yang miring/roboh akibat tiupan angin kencang,

mengangkat tanah/endapan pada laguna atau saluran akibat erosi air hujan,

memperbaiki bendungan hang jebo, dan sebagainya.

Tanaman layu, terserang hama/penyakit, rayap (tidak harus melalui instruksi)

- Prioritas Areal dan Material

Tingkat/Intensitas perawatan tidak sama untuk semua areal/material/tanaman, areal-areal public seperti Main entrance, Kantor Marketing, Commercial Area, wilayah Boulevard (termasuk kavling disekitarnya), cluster, pintu masuk Cluster

menempati prioritas utama yang mendapat pemeliharaan lebih intensif. Demikian juga tanaman yang baru ditanam dan beberapa jenis tanaman tertentu memerlukan pemeliharaan lebih.

POLA DAN SISTEM KERJA

- Pada setiap Zona/areal, setiap program/kegiatan dilakukan secara bertahap/berurutan, yakni dimulai dari bagian depan beruntut hingga ke bagian belakang . Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat penyelesaian setiap program/pekerjaan

- Sistem penempatan Petugas :

a. Sistem Plotting = Penempatan petugas hanya pada suatu areal kerja saja dan memiliki jobdes dan tanggung jawab yang jelas/spesifik pada areal tersebut.

b. Sistem 'Grebeg' = Penempatan petugas/pekerja dalam jumlah tertentu untuk menyelesaikan suatu item pekerjaan agar diperoleh hasil yang cepat yang sifatnya insiden- til. Misal : pengangkatan lumpur pada danau, Pembersihan lingkungan sec serempak, penyelesaian suatu pekerjaan tertentu secara cepat, dan lain-lain