Tahap keempat adalah konflik yang dimanifestasikan, juga disebut konflik yang jelas, dan diperlukan adanya tindakan. Tindakannya dapat berupa
persaingan, debat, saling mengalahkan, atau penyelesaian konflik. Jika konflik mencapai tahap ini, akan sulit mencari penyelesaian konflik tanpa menggunakan
sumber lain. Tahap kelima adalah akibat konflik. Akibat yang ditimbulkan konflik mungkin lebih terlihat daripada konflik ittu sendiri jika konflik itu tidak ditangani
secara konstruktif. Konflik akan selalu menimbulkan dampak positif dan dampak negatif. Jika konflik dapat diatasi secara baik, maka hasil konflik akan
meningkatkan hubungan kerja secara adil. Tetapi bila tidak diatasi secara baik, akan memperburuk hubungan kerja dan dapat menyebabkan lebih banyak konflik
lagi.
2.1.5 Proses Penyelesaian Konflik
Vestal 1994 dalam Nursalam 2002, mengemukakan bahwa langkah- langkah menyelesaikan suatu konflik meliputi: pengkajian, identifikasi, dan
intervensi. Pengkajian meliputi : analisa situasi, dimana identifikasi dari jenis konflik untuk menentukan waktu yang diperlukan. Setelah fakta dan memvalidasi
semua perkiraan melalui pengkajian lebih mendalam. Kemudian siapa yang terlibat dan peran masing-masing. Dan tentukan jika situasinya dapat dirubah.
Analisa dan mematikan isu yang berkembang, dimana disini dijelaskan tentang masalah dan prioritas fenomena yang terjadi. Menetukan masalah yang
memerlukan suatu penyelesaian dimulai dari masalah tersebut. Hindari penyelesaian semua masalah dalam satu waktu. Menyusun tujuan, dimana dalam
menyusun tujuan harus dijelaskan tujuan yang spesifik yang akan dicapai.
Universitas Sumatera Utara
Identifikasi meliputi mengelola perasaan, dimana dalam mengelola perasaan harus menghindari suatu respon yang berbeda terhadap kata-kata, ekspresi, dan
tindakan. Intervensi meliputi, masuknya konflik yang diyakini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam proses identifikasi ini, hasil yang positif akan terjadi. Pada
waktu menyeleksi metode dalam menyelesaikan konflik, penyelesaian strateginya berbeda-beda. Seleksi metode yang paling sesuai untuk menyelesaikan konflik
yang terjadi.
2.1.6 Strategi Penyelesaian Konflik
Marquis Huston 2010, mengemukakan bahwa tujuan terbaik dalam menyelesaikan konflik adalah untuk menciptakan penyelesaian menang-menang
win-win solution untuk semua pihak yang terkait. Tujuan itu tidak akan selalu tercapai dalam setiap situasi, dan sering kali tujuan manajer adalah mengelola
konflik dengan cara mengurangi perbedaan persepsi antara kedua belah pihak yang terlibat. Seorang pemimpin bertugas untuk mengenali manajemen konflik
atau strategi penyelesaian masalah yang paling tepat untuk setiap situasi. Strategi penyelesaian konflik yang digunakan adalah sebagai berikut: berkompromi,
kompetisi, bekerja sama, smoothing, menghindari dan berkolaborasi. Dalam berkompromi, setiap pihak melepaskan salah satu tuntutannya.
Walaupun banyak orang yang melihat kompromi sebagai strategi penyelesaian masalah yang terbaik, pihak yang menentang akan merasakan itu sebagai situasi
yang kalah karena pihak tersebut atau kedua pihak tersebut merasa bahwa mereka telah melepaskan tuntutan lebih dari orangt lain, oleh karena itu mereka merasa
Universitas Sumatera Utara
dikalahkan. Agar kompromi tidak menghasilkan situasi kalah, kedua pihak harus mau melepaskan sesuatu yang sama berharganya.
Kompetisi digunakan ketika satu pihak memaksakn kehendaknya walaupun mengorbankan orang lain. Karena hanya ada satu pihak yang menang, pihak yang
ak Manajer dapat menggunakan kompetisi jika keputusan yang cepat dan tidak disukai perlu dibuat. Cara ini juga dapat digunakan jika salah satu pihak memiliki
lebih banyak informasi atau pengetahuan tentang situasi daripada pihak lain. Bekerja sama adalah lawan kata dari berkompetisi. Pada pendekatan kerja
sama, satu pihak mengorbankan keyakina dan keinginannya sehingga pihak lain dapat menang. Bekerjasama dan mengakomodasi adalah strategi politik yang tepat
jika konflik tidak terlalu bernilai tinggi bagi orang yang mengakomodasi. Smoothing, digunakan untuk mengatur situasi konflik. Smoothing sering
digunakan oleh manajer agar seseorang mengakomodasi atau bekerja sama dengan pihak lain. Smoothing terjadi ketika salah satu pihak dalam konflik
berupaya untuk memuji pihak lain atau berfokus pada hal yang disetujui bersama, bukan pada pebedaan. Walaupun pendekatan ini tepat digunakan pada
perselisihan kecil, smoothing jarang menghasilkan penyelesaian masalah pada konflik yang sebenarnya.
Pada pendekatan menghindari, pihak yang terlibat menyadari adanya konflik, tetapi memilih untuk tidak mengakuinya atau berupaya menyelesaikannya.
Penghindaran ini diindikasikan untuk perselisihan ketika kerugian yang ditimbulkan dari menyelesaikan konflik melebihi manfaatnya, ketika masalah
sebaiknya diselesaikan oleh orang selain anda, ketika satu pihak lebih berkuasa
Universitas Sumatera Utara
daripada pihak lain, dan ketika masalah akan selesai sendirinya. Masalah terbesar dalam menggunakan pendekatan ini adalah konflik tetap ada, sering kali muncul
kembali di lain waktu denga cara yang lebih banyak lagi Berkolaborasi adalah cara penyelesaian masalah yang asertif dan kooperatif
yang menghasilkan penyelesaian win-win. Dalam kolaborasi, semua pihak mengesampingkan tujuan awalnya dan bekerja sama untuk menentukan tujuan
umum. Untuk mencapai hal itu, semua pihak menerima tanggung jawab untuk mencapai tujuan yang utama. Walaupun sangat sulit bagi semua pihak untuk
mengesampingkan tujuan awalnya, kolaborasi tidak dpat terjadi jika hal itu tidak dapat dilakukan. Jika tujuan yang baru adalah tujuan yang ditetapkan bersama,
setiap pihak akan mempersepsikan bahwa mereka telah mencapai tujuan umum dan penting. Dan untuk mencapai itu semua, maka harus tetap fokus dalam
menyelesaikan masalah dan bukan mengalahkan pihak lain.
2.2 Mekanisme Koping 2.2.1 Pengertian Koping