teknologi, luas wilayah, pasar ekspor, situasi ekonomi internasional, kapasitas pemerintah wilayah, pengeluaran pemerintah pusat dan bantuan-bantuan
pembangunan Arsyad, 2005. Teori pembangunan wilayah mengalami perkembangan mengingat teori pembangunan yang dikenal selama ini tidak dapat
menjawab secara tuntas dan komprehensif. Suatu paradigma baru teori pembangunan ekonomi adalah seperti yang terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Paradigma Baru Teori Pembangunan Ekonomi Wilayah Komponen
Konsep Lama Konsep Baru
Kesempatan kerja Semakin banyak
perusahaan = semakin banyak peluang kerja
Perusahaan harus mengembangkan pekerjaan
yang sesuai dengan kondisi penduduk wilayah
Basis pembangunan Pengembangan sektor ekonomi
Pengembangan lembaga- lembaga ekonomi baru.
Aset-aset lokasi Keunggulan komparatif
didasarkan kepada aset fisik
Keunggulan komparatif didasarkan pada kualitas
lingkungan.
Sumber daya pengetahuan
Ketersediaan angkatan kerja.
Pengetahuan sebagai pembangkit ekonomi.
Sumber : Arsyad 2005 Pengembangan Wilayah dapat diuraikan melalui berbagai teori yang
berkembang, yang meliputi:
a. Teori Ekonomi Neoklasik
Peranan teori ekonomi Neo Klasik tidak terlalu besar dalam menganalisis pembangunan wilayah regional karena teori ini tidak memiliki dimensi
spasial yang signifikan. Namun demikian, teori ini memberikan 2 konsep pokok dalam pembangunan ekonomi wilayah yaitu keseimbangan
equilibrium dan mobilitas faktor produksi. Artinya, sistem perekonomian
Universitas Sumatera Utara
akan mencapai kesembangan alamiahnya jika modal bisa mengalir tanpa restriksi pembatasan. Oleh karena itu, modal akan mengalir dari wilayah
yang tingkat upah tinggi menuju ke wilayah yang tingkat upah rendah.
b. Teori basis ekonomi
Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu wilayah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan
barang dan jasa dari luar wilayah. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk
di ekspor, akan menghasilkan kekayaan wilayah dan penciptaan peluang kerja job creation. Strategi pembangunan wilayah yang muncul yang didasarkan
pada teori ini adalah penekanan terhadap arti penting bantuan implementasi kebijakannya mencakup pengurangan hambatanbatasan terhadap perusahaan-
perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di wilayah tersebut. Kelemahan model ini adalah bahwa model ini didasarkan pada
permintaan eksternal bukan internal. Pada akhirnya akan menyebabkan ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kekuatan-kekuatan pasar secara
nasional maupun global. Namun demikian, model ini sangat berguna untuk menentukan keseimbangan antara jenis-jenis industri dan sektor yang
dibutuhkan masyarakat untuk mengembangkan stabilitas ekonomi.
c. Teori Lokasi
Para ekonom regional sering mengatakan bahwa ada 3 faktor yang mem- pengaruhi pertumbuhan wilayah yaitu: lokasi, lokasi dan lokasi Pertanyaan
tersebut sangat masuk akal jika dikaitkan dengan pengembangan kawasan
Universitas Sumatera Utara
industri. Perusahaan cendrung untuk meminimumkan biayanya dengan cara memilih lokasi yang memaksimumkan peluangnya untuk mendekati pasar.
Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi yang terbaik adalah biaya yang termurah antara bahan baku dengan pasar. Tentu saja
banyak variabel lainnya yang mempengaruhi kualitas atau suitabilitas suatu lokasi misalnya upah tenaga kerja, ketersediaan pemasok, komunikasi,
fasilitas-fasilitas pendidikan dan latihan diklat, kualitas pemerintah wilayah dan tanggung jawabnya, dan sanitasi. Perusahaan-perusahaan yang berbeda
membutuhkan kombinasi-kombinasi yang berbeda pula atas faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu, sering kali masyarakat berusaha untuk memanipulasi
biaya dari faktor-faktor tersebut untuk menarik perusahaan-perusahaan industri. Keterbatasan dari teori lokasi ini pada saat sekarang adalah bahwa
teknologi dan komunikasi modern telah mengubah signifikansi suatu lokasi tertentu untuk kegiatan produksi dan distribusi barang.
d. Teori tempat Sentral