LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Bagi bangsa yang ingin maju, pendidikan merupakan sebuah kebutuhan. Sama dengan kebutuhan perumahan, sandang dan pangan. Bahkan, dalam sebagian keluarga, pendidikan merupakan kebutuhan umum. Artinya, mereka mau mengurangi kualitas perumahan, pakaian bahkan makanan demi melaksanakan pendidikan anak-anaknya. Negara Indonesia telah lebih dari 20 tahun melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 6 tahun dan telah 10 tahun melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun. Maksud dan tujuan Wajib Belajar adalah memberikan pelayanan kepada anak bangsa untuk memasuki sekolah dengan biaya murah dan terjangkau oleh kemampuan masyarakat banyak. Dari sekian banyak masalah dalam dunia pendidikan di Sumatera Utara Medan khususnya Labuhan Batu, salah satu yang begitu menonjol. Tingginya jumlah anak usia sekolah yang tidak lagibelum mengecap pendidikan, saat ini diperkirakan 7000 lebih anak usia sekolah di daerah penghasil sawit dan karet ini tidak bersekolah. Kepala Dinas Pendidikan Labuhan Batu Drs Rajo Makmur Siregar MPd, mengatakan hal itu pada saat menutup kegiatan Work Shop Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP se- Kecamatan Rantau Utara Jumat, 303. Dari angka tersebut, sedikitnya 200 anak usia sekolah yang tidak mengecam pendidikan di inti kota tepatnya Kecamatan Rantau Utara. Kemudian Rejo juga mengatakan untuk meningkatkan partisipasi sekolah, perlu diadakan Universitas Sumatera Utara peraturan kepada orangtua agar tidak mempekerjakan anaknya yang masih dalam usia sekolah 1 Pembinaan kebudayaan itu tidak terlepas dari perhatian dan tanggungjawab yang harus dilakukan oleh berbagai pihak. Mengacu pada konsep pendidikan Education for . Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagaman, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan secara langsung maupun tidak langsung berfungsi untuk pembinaan kebudayaan, yaitu sebagai lembaga pelestarian nilai-nilai budaya lama sekaligus sebagai pembentuk nilai-nilai budaya yang baru dalam masyarakat Aritonang, 1998:7. Di dalam rumusan Edward B.Taylor dalam H.A.R. Tilaar,2002 mengatakan tidak ada suatu proses pendidikan tanpa kebudayaan dan tanpa masyarakat, dan sebaliknya tidak ada suatu kebudayaan dalam pengertian suatu proses tanpa pendidikan. Proses kebudyaan dan pendidikan hanya dapat terjadi di dalam hubungan antar manusia di dalam suatu masyarakat tertentu. Seorang antropolog klasik seperti Margaret Mead Growing up in New Guinea dalam H.A.R. Tilaar, 2002 yang mengatakan penelitian di Irian Timur sekitar tahun 1928, melihat betapa peranan pendidikan berada di dalam suatu kebudayaan bahkan ketika Margaret mengunjungi kembali tempat penelitiannya semula di pulau-pulau Pasifik Coming of Age in Samoa beberapa puluh tahun sesudah penelitiannya tampat terjadi perubahan kebudayan yang pasti terjadi karena peranan pendidikan. 1 7000 anak usia sekolah di Labuhan Batu tidak berpendidikan Harian SIB.Sumber: http:hariansib.com200714167000-anak-usia-sekolah-di-labuhan batu-tidak-berpendidikan Universitas Sumatera Utara All yang dicetuskan di Jomtien, Bangkok, Thailand tahun 1990 pelaksanaan pendidikan tersebut merupakan tanggungjawab dan dilakukan secara bersama-sama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga orangtua. Perhatian dan tanggungjawab pemerintah dalam memajukan pendidikan ditandai dengan memberikan fasilitas infrastruktur yang berupa banyaknya gedung- gedungbangunan sekolah beserta dengan fasilitasnya. Pengadaan guru-guru dan kesejahteraannya agar tercipta keharmonisan dalam proses belajar mengajar. Pasal 31 Amandemen UUD 1945 Ayat 1 mengatakan, “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan” dan Ayat 2 mengatakan “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Janji pemerintah ini dikukuhkan lagi dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang disahkan DPR 11 Juni 2003 dan ditanda tangani Presiden 8 Juli 2003. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 antara lain disebutkan: Pertama, “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu Pasal 5 Ayat 1. Kedua, “Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar Pasal 6 Ayat 1. Ketiga, “Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan serta jaminan terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminai Pasal 11 Ayat 1. Keempat, “Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya anggaran guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun Pasal 11 Ayat 2 2 2 Menuntut Tanggungjawab Negara Atas Pendidikan Sumber: http:id.wikipedia.orgwikimenurut-tanggung jawab-negara-atas-pendidikan . Universitas Sumatera Utara Undang-Undang No.14 tentang Guru dan Dosen tahun 2005 Bab 1 Pasal 1, guru adalah pendidik profesional dengan tujuan utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini baik jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat 3 Perhatian dan tanggungjawab tersebut di atas didukung oleh faktor ekonomi yang memadai. Tak heran jika ada slogan yang mengatakan “Pendidikan itu mahal”. Pendidikan kita masih belum memadai untuk menopang terwujudnya Sumber Daya Manusia yang handal. Secara umum masih sering disebutkan bahwa kualitas pendidikan . Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 49 ayat 1 mengemukakan bahwa “Dana pendidikan selain gaji pendidikan dan biaya pendidikan dinas dialokasi minimal 20 dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20 dari Anggaran Pandapatan Dan Belanja Daerah APBD. Tanggungjawab keluarga terletak pada usaha meningkatkan pendidikan anak. Karena keluarga merupakan pendidik pertama dan utama yang meletakkan dasar-dasar nilai moral dan budaya pada generasi mendatang. Keluarga juga merupakan landasan pertama dalam menentukan corak kehidupan anak di masa depannya Goode, 1985:65 dalam Aritonang, 1998. Selanjutnya sikap dan prilaku anak dalam keluarga akan mempengaruhi corak kehidupan masyarakatnya. 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Bab 1, Pasal 1. Sumber: www.depdiknas.go.id Universitas Sumatera Utara di Indonesia rendah dibandingkan kualitas pendidikan di negara-negara lain 4 Darmaningtyas menunjukkan kenyataan, sekolah negeri yang seharusnya menetapkan biaya pendidikan yang terjangkau bagi masyarakat termasuk masyarakat bawah kini justru menaiki biaya pendidikan. Akibatnya, akses dan kesempatan masyarakat kelas bawah untuk bisa memperoleh dan menikmati pendidikan semakin terbatas. Kemudian Ki Supriyoko, 2005 dalam Analisa, Sabtu 5 Mei 2007:16. Rendahnya pendidikan tersebut sering didasarkan pada sektor ekonomi, di mana kemiskinan dan ketidakadilan merupakan akar masalah dari persoalan rendahnya angka partisipasi di SLTP sehingga Angka Partisipasi Kasar APK SLTP baru mencapai 77,40 meski program Wajib Belajar Sembilan Tahun sudah berlangsung sepuluh tahun bahkan lebih. Mayoritas alasan tidak sekolah adalah karena faktor biaya. Dalam sebuah dialog yang diprakarsai Yayasan Kelopak di Jakarta, 23 Juli 2004 terungkap semua anak yang tidak sekolah yang menghadiri dialog tersebut memiliki alasan yang sama yaitu tidak ada biaya dan dituntut bekerja oleh orangtuanya. Di Yogyakarta, ada orangtua yang menunda anaknya masuk sekolah dasar SD guna menunggu kakaknya lulus dulu sehingga bebannya tidak berat. Dalam sebuah seminar di Universitas Gadjah Mada yogyakarta, Darmaningtyas penasehat Centre for The Betterment of Education CBE tahun 2004 menuding otonomi pendidikan sebagai biang keladi semakin terbatasnya akses pendidikan bagi masyarakat kelas bawah karena biaya pendidikan justru semakin mahal. 4 Indikator yang digunakan dalam artikel tersebut diperoleh dari Laporan United Nations Development Programme UNDP tahun 2003 menempatkan Humas Development Index HDI bangsa Indonesia pada urutan ke 112 dari 174 negara di dunia yang dievaluasi. Tahun 2004 indeks pembangunan manusia Indonesia menempati urutan ke 111 dari 177 negara yang diperingkat oleh UNDP atau diposisi paling bawah di antara negara-negara Asia Tenggara. Universitas Sumatera Utara yang menyedihkan anak-anak yang bodoh dan berasal dari keluarga tak mampu secara ekonomis justru paling banyak dirugikan akibat mahalnya biaya pendidikan. Akibat kemiskinannya, mereka terpaksa masuk sekolah yang juga minim fasilitas dan bermutu rendah. Akibatnya bisa diduga, hasil studi mereka pun tak bisa mencuat. Hasil studi yang rendah otomatis akan menjadi tembok penghalang bagi mereka bila ingin masuk ke sekolah favorit 5 5 MBS=Masyarakat Bayar Sendiri, oleh: Darmaningtyas. Sumber:http:id.wikipedia.orgwikimasyarakat-bayar-sendiri. . Keadaan ini memaksa mereka hanya bisa masuk sekolah yang tidak bermutu dengan disiplin rendah. Pada akhirnya, mereka terjebak dalam lingkar kemiskinan pengetahuan. Begitu seterusnya sehingga pendidikan yang akan dilalui masyarakat kelas bawah terus berputar pada lembaga-lembaga pendidikan yang tidak bermutu. Bisa diduga, hasil pendidikan yang tidak bermutu akan mengarahkan mereka pada pekerjaan rendahan Ada orang-orang yang berpendapat bahwa kesalahan apapun pada pendidikan bersumber pada sistem ekonomi yang buruk. Bertrand Russell, 1993:160 tidak mempercayai hal ini, ia condong pada pandangan bahwa di bawah sistem ekonomi apa pun akan ada kebodohan dan kecintaan akan kekuasaan yang masing-masing akan menghalangi terciptanya sistem pendidikan yang sempurna. Namun pengaruh faktor- faktor ekonomi terhadap pendidikan jelas kuat. Demikian juga halnya pada masyarakat di Sumatera Utara khususnya di Labuhan Batu yang beribukotakan Rantau Prapat dan berada di Rantau Utara memiliki nilai-nilai, motivasi dan tujuan hidup yang dimiliki. Masyarakat Rantau Prapat juga memiliki perbedaan ekonomi, sosial budaya dan pendidikan. Universitas Sumatera Utara Perbedaan pendidikan di Rantau Prapat dapat dilihat dari angka patisipasi sekolah pada setiap Kecamatan yang ada di Rantau Prapat. Labuhan Batu memiliki 22 Kecamatan dengan angka partisipasi sekolah yang berbeda. Dari 22 Kecamatan tersebut hanya 14 Kecamatan yang memiliki data tingkat partisipasi sekolah. Ke 14 Kecamatan tersebut ialah: TABEL 1 Tingkat Angka Partisipasi Sekolah dari 14 Kecamatan di Rantau Prapat Usia 13-19 tahun No Kecamatan Kawasan Kota Jumlah usia sekolah Sekolah Tidak sekolah Proporsi 1 Rantau Utara 15.557 14.612 945 5,19 2 Rantau Selatan 2.658 2.361 297 1,63 No Kecamatan Kawasan bukan kota Jumlah usia sekolah Sekolah Tidak sekolah Proporsi 3 Panai Tengah 9.650 6.761 2.889 3,73 4 Panai Hilir 1.725 1.397 328 0,42 5 Kualuh Selatan 7.654 7.397 262 0,34 6 Kualuh Hulu 16.264 15.885 379 0,49 7 Kualuh Hilir 1.460 982 478 0,62 8 Torgamba 6.135 5.128 1.007 1,30 9 Pangkatan 4.492 1.935 2.557 3,30 10 Aek kuo 9.282 7.764 1.518 1,96 11 Sungai kanan 6.356 5.789 567 0,73 Universitas Sumatera Utara 12 Aek natas 10.539 10.436 103 0,13 13 Bilah hulu 2.848 1.858 990 1,28 14 Silangkitang 1.047 978 69 0,09 Sumber: Dinas Pendidikan di Rantau Prapat, tahun 2006 data diolah kembali Dari tabel di atas dapat dilihat Tingkat Angka Partisipasi Sekolah usia remaja yaitu usia 13-19 tahun rendah, khususnya di Kecamatan Rantau Utara yang juga merupakan lokasi ibu kota dari Kabupaten Labuhan Batu. Idealnya sebuah kota dilihat dari segi pendidikannya ialah tingkat angka partisipasi sekolah tinggi, karena di kota sarana-sarana pendidikan jauh lebih lengkap dibandingkan dengan yang ada di desa. Begitu juga dengan motivasi dan sosial ekonomi masyarakat kota yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat desa. Tetapi dari tabel di atas Kecamatan Rantau Utara memiliki angka partisipasi sekolah yang rendah dari angka 14.612 yang bersekolah dan dari data ditemukan angka 945 yang tidak bersekolah yaitu 5,19, angka ini cukup besar di dalam sebuah kota. Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Rantau Prapat cukup baik karena di Rantau Utara banyak ditemukan sekolah-sekolah negeri dan swasta tempat dilangsungkannya pendidikan formal. Di Rantau Prapat juga ditemukan bimbingan-bimbingan belajar untuk menambah dan memperdalam pendidikan para siswa, ektra kulikuler juga beragam di masing-masing sekolah yang sangat berbeda dengan yang ada di desa. Pengamatan sementara, anak-anak usia remaja di Rantau Prapat tidak melakukan kegiatan pendidikan formal bukan karena faktor biaya seperti kebanyakan kasus putus sekolah yang telah dijabarkan di atas karena faktor ekonomi. Hal yang menjadi ketertarikan peneliti untuk lebih mengetahuinya ialah tampak ada kecenderungan Universitas Sumatera Utara rendahnya kemauan untuk sekolah yang dalam hal ini penelti ungkapkan dengan sebutan keengganan siswa untuk sekolah.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Dokumen yang terkait

Partisipasi politik Etnis Tionghoa Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013” (Survey di Kecamatan Rantau Utara Kota Rantau Prapat)

4 66 87

PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF RANTAU PRAPAT

0 0 8

Warga Binaan Pemasyarakatan Laki-laki dan Kesiapan Berwirausaha Kelas II.A Rantau Prapat Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara

0 0 6

Warga Binaan Pemasyarakatan Laki-laki dan Kesiapan Berwirausaha Kelas II.A Rantau Prapat Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara

0 0 3

Warga Binaan Pemasyarakatan Laki-laki dan Kesiapan Berwirausaha Kelas II.A Rantau Prapat Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara

0 0 21

Warga Binaan Pemasyarakatan Laki-laki dan Kesiapan Berwirausaha Kelas II.A Rantau Prapat Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Partisipasi politik Etnis Tionghoa Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013” (Survey di Kecamatan Rantau Utara Kota Rantau Prapat)

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN - Partisipasi politik Etnis Tionghoa Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013” (Survey di Kecamatan Rantau Utara Kota Rantau Prapat)

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Partisipasi politik Etnis Tionghoa Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013” (Survey di Kecamatan Rantau Utara Kota Rantau Prapat)

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN - Partisipasi politik Etnis Tionghoa Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013” (Survey di Kecamatan Rantau Utara Kota Rantau Prapat)

0 0 11