Penggunaan Kawasan Sebagai Sumber Pakan Orangutan

c. Remaja adolescent; kisaran umur 7-10 tahun dengan berat badan 15-30 kg. Warna tubuh lebih pucat dari individu dewasa dengan ukuran tubuh yang lebih kecil. Rambut di sekitar muka masih panjang dan berdiri. d. Betina pra-dewasa; kisaran umur 10-12 tahun dengan berat badan 30-40 kg. Warna tubuh agak gelap. e. Betina dewasa; kisaran umur 12-35 tahun dengan berat badan 30-50 kg. Warna tubuh sangat gelap kadang-kadang berjengot. Dalam beraktivitas, anak yang masih tergantung induk akan melakukan hal yang sama dengan induknya Maple, 1980. Demikian juga dengan pemanfaatan waktu makan antara induk dan anaknya. Waktu anak masih bergantung pada induknya, maka anak akan mengikuti aktivitas induknya, misalnya anak akan mengambil makanan dari mulut induknya, seperti buah, daun dan serangga Rijksen, 1978. Jolly 1972 menyatakan bahwa pada umumnya, primata orangutan lebih banyak mengandalkan proses belajar learning dalam kehidupanya dibandingkan hewan mamalia lainnya. Masa kanak-kanak primata baik non manusia dan manusia merupakan masa yang relatif penting dari seluruh kehidupannya, sehingga banyak yang harus dipelajari oleh primata muda untuk tumbuh normal.

2.3 Penggunaan Kawasan Sebagai Sumber Pakan Orangutan

Penggunaan kawasan sebagai sumber pakan bagi orangutan sangat ditentukan oleh pola berbunga atau berbuahnya suatu jenis pohon di hutan serta variasi kualitas sumber pakan. Di daerah hutan hujan tropis, pola berbunga atau berbuahnya suatu jenis pohon serta variasi kualitas sumber pakan mempunyai waktu yang sangat terbatas dan bersifat terpencar Horr, 1972, dalam Galdidas, 1986. Menurut Carpenter 1938 dalam Meijaard et al, 2001 sifat nomadis musiman pada sebagian Universitas Sumatera Utara besar anggota komunitas orangutan pada umumnya berdasarkan penyebaran makanan menurut ruang dan waktu serta variasi kualitas sumber pakan. Menurut Meijaard et al 2001 produksi masal suatu jenis tumbuhan yang umumnya menghasilkan biji, bunga dan buah, akan terjadi sesuai dengan kondisi musim di lingkungannya, sehingga beberapa jenis tumbuhan akan berbuah pada saat yang bersamaan. Untuk produktivitas tumbuhan hal tersebut sangat diuntungkan, tetapi untuk hewan pemakan buah, kelimpahan makanan yang bersamaan hanya dapat dinikmati selama musim produktif saja. Pada musim berikutnya, bahaya kelaparan akan dihadapi oleh pemakan buah orangutan. Sehubungan dengan keadaan tersebut orangutan untuk dapat memenuhi kebutuhan akan pakan harus berpindah ke daerah lain yang masih terdapat sumberdaya pakannya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Stasiun Penelitian Ketambe, Taman Nasional Gunung Leuser Aceh Tenggara sejak awal 1970, didapatkan persentase orangutan dalam memenuhi akan pakannya dengan cara pengelaju sebesar 60 , dengan cara menetap sebesar 30 , sedangkan dengan cara mengembara sebesar 10 Meijaard et al, 2001. Ditambahkan oleh Utami et al 1997 dan Meijer 2002 bahwa perilaku penggunaan sumber pakan dan daerah jelajah pada orangutan dipengaruhi oleh tingkat dominasi individu. Sedangkan ukuran komunitas dan pasangan individu dalam suatu komunitas orangutan dipengaruhi oleh faktor ekologi dan sosial. Menurut Bismark 1984 pada saat aktivitas harian dilakukan, orangutan berjalan antara 100 – 1.800 m dengan rata-rata 480 m perhari, secara terperinci dicatat oleh Meijaard et al 2001 bahwa jelajah harian orangutan betina yang menggendong bayi umumnya berjalan antara 500 – 700 m perhari. Sedangkan jantan dewasa berjalan sedikit lebih jauh, yaitu rata-rata antara 600 – 800 m per hari. Pada semua kelompok umur, pengunaan jelajah harian paling luas dan jauh dilakukan oleh betina remaja dan dewasa muda tanpa anak, yaitu mencapai 600 – 1.000 m per hari. Sedangkan jantan pra-dewasa umumnya berjalan hampir sejauh wanita muda. Universitas Sumatera Utara Menurut Meijaard et al 2001 habitat kecil yang terbaik adalah habitat yang mampu mendukung beberapa orangutan sepanjang tahun, sedangkan habitat yang tidak baik adalah habitat yang hanya mampu mendukung satu ekor orangutan dalam beberapa minggu. Fakta tersebut mempunyai peranan penting dalam merancang suatu kawasan konservasi.

2.4 Aktivitas Makan Orangutan

Dokumen yang terkait

Pendugaan Produktivitas Pohon Pakan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) pada Kawasan Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS), Bukit Lawang

1 40 84

Pola Aktivitas Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) Pada Struktur Dan Komposisi Vegetasi Hutan Di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera Taman Nasional Gunung Leuser

2 43 101

Perilaku Sosial Induk-Anak Orangutan (Pongo abelii) di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera, Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser

0 33 87

Perilaku Harian Anak Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Akibat Adanya Aktivitas Manusia Di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera, Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser

4 48 80

Estimasi Kepadatan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Berdasarkan Jumlah Sarang Di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara

0 37 81

Aktivitas Makan dan Preferensi Pakan Orangutan Sumatera (Pongo abelii Lesson, 1827) di Resort Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser

1 12 69

PREFERENSI PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (PONGO ABELII LESSON) PADA WAKTU TIDAK MUSIM BUAH DI PUSAT PENGAMATAN ORANGUTAN SUMATERA (PPOS) BUKIT LAWANG TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER, SUMATERA UTARA.

6 33 20

Pola Aktivitas Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) Pada Struktur Dan Komposisi Vegetasi Hutan Di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera Taman Nasional Gunung Leuser

0 0 28

Pola Aktivitas Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) Pada Struktur Dan Komposisi Vegetasi Hutan Di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera Taman Nasional Gunung Leuser

0 0 18

Pola Aktivitas Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) Pada Struktur Dan Komposisi Vegetasi Hutan Di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera Taman Nasional Gunung Leuser

0 0 11