Latar Belakang Masalah Analisis semiotika terhadap makna jihad dalam film Zero Dark Thirty
perang melawan terorisme melalui beragam saluran komunikasi. Sebagai sebuah negara yang memegang peran di berbagai belahan dunia menjadi wajar jika
Amerika Serikat bisa mengontrol isu terorisme sehingga berbagai pemberitaan media massa di seluruh penjuru dunia sepakat dengan definisi teror, teroris dan
tindakan apa yang harus dilakukan. Selang satu bulan setelah kejadian tersebut, terjadi peristiwa Bom Bali di
kecamatan kuta, Bali, Indonesia. Pada tanggal 12 Oktober 2002, peristiwa ini memakan korban yang kebanyakan wisawatan asing itu, meninggal sebanyak
202 orang. Tiga orang yang dianggap tersangka oleh polisi, Imam Samudera, Ali Ghufron, dan Amrozi yang sudah divonis mati.
Istilah jihad jika disalah artikan menjadi terorisme yang berkaitan dengan kata teror dan teroris. Teror berarti kekacauan, tindak kesewenang-wenangan
untuk menimbulkan kekacauan dalam masyarakat, tindak kejam dan mengancam. Kata terorisme berasal dari bahasa Perancis le terreur yang semula
dipergunakan untuk menyebut tindakan pemerintah hasil Revolusi Perancis yang mempergunakan kekerasan secara brutal dan berlebihan dengan cara
memenggal 40.000 orang yang dituduh melakukan kegiatan anti pemerintah. Terorisme juga dipergunakan untuk menyebut gerakan kekerasan anti
pemerintah di Rusia. Kata terorisme sejak awal dipergunakan untuk menyebut tindakan kekerasan oleh pemerintah maupun kegiatan yang anti pemerintah.
Istilah teroris berarti pelaku aksi teror yang bisa bermakna jamak maupun tunggal. Terorisme diartikan sebagai paham yang gemar melakukan intimidasi,
aksi kekerasan, serta berbagai kebrutalan terhadap masyarakat sipil berdasarkan latar belakang, sebab dan motif tertentu.
1
Berita-berita di televisi maupun di surat kabar juga sedikit memberikan andil dalam memberikan judgement tentang hal tersebut, karena tidak bisa
dihindari bahwa media massa mempunyai fungsinya sendiri untuk mengkonstruksi realitas. Selain dua media di atas, dan juga media internet yang
kian mudah melakukan penetrasi ideology kepada masyarakat, film juga menjadikan salah satu media yang paling efektif digunakan karena
kepopulerannya. Film dinyatakan sebagai bentuk dominan dari komunikasi massa visual di
belahan dunia, karena lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi atau lewat Digital Video Disc DVD.
2
Ini berarti ia dapat menjangkau banyak segmen sosial sehingga ia memiliki potensi besar untuk
mempengaruhi khalayaknya, karena selain berfungsi sebagai hiburan ia juga perpanjangan dari pemikiran dan ideology pembuatnya.
Hollywood adalah contoh industri film Amerika yang dengan sukses mampu membuat film yang bukan hanya dapat menghibur penontonnya secara
afektif tapi juga dapat mempengaruhi kognisi penontonnya. Salah satunya dengan mengkonstruksi konsep jihad dan kegiatan terorisme yang marak
belakangan ini. Sejak kejadian 911 tersebut, banyak bermunculan film-film yang
mengangkat tema ini. The Kingdom, United 93, atau World Trade Center karya
1
Akhmad Fanani, Kamus Istilah Populer Yogyakarta:Mitra Pelajar, 2009, hlm 336.
2
Elvinaro Ardianto Lukiati Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007, hlm 134.
Oliver Stone, film documenter karya Michael Moore, Fahrenheit 911 dan My Name is Khan. Tetapi, kebanyakan dari film-fiilm produksi Hollywood tersebut
mendeskreditkan agama Islam. Mengidentikkan Islam dengan terorisme, seperti film The Kingdom yang menceritakan usaha FBI mengugkapkan serangan
pengeboman yang menewaskan ratusan warga Amerika di sebuah komplek pemukiman di Arab Saudi oleh teroris muslim. United 93 juga tidak jauh
berbeda. Film yang disutradarai Paul Greengas ini sejak awal secara nyata menyuguhkan penampilan teroris yang berwajah arab, membaca Al-
Qur’an, dan melakukan sholat berjama’ah. Bahkan disalahkan satu adegan diperlihatkan
bahwa salah satu terorisme ini menusuk leher seorang pramugari sambil membaca basmalah.
Film ZERO DARK THIRTY ini merinci perburuan Osama bin Laden, yang dibintangi Jessica Chastain sebagai pakar intelijen yang didedikasikan hidupnya
untuk melacak seorang teroris yang paling dicari. Sebagai buntut dari 911 serangan teroris. Seluruh agen CIA di seluruh dunia berupaya menemukan
tersangka Al-Qaeda Osama bin Laden. Setelah tiba di sebuah Markas hitam CIA dan menyaksikan taktik introgasi brutal, Maya didorong Jessica Chastain
untuk membantu rekannya Dan Jason Clarke dalam mengumpulkan informasi. Dalam dekade berikutnya, sangat banyak kepalsuan yang membuat pencarian
tampak lebih sia-sia daripada sebelumnya. Sementara itu, bom bunuh diri banyak di Timur Tengah dan Eropa mengisyaratkan bahwa Al-Qaeda tidak akan
menyerah tanpa perlawanan. Kemudian, tampak seolah-olah jejak petunjuk akhirnya kering, sebuah bukti mengarah ke Maya yang mungkin bekerja sama
dengan mereka yang dibebankan dengan perencanaan tindakan terburuk yang pernah dilakukan terorisme di tanah Amerika.
Oleh karena itu menjadi menarik untuk menelusuri tanda-tanda apa yang ada dalam film ini. Terutama bagaimana tanda-tanda dalam film ini
merepresentasikan Islam yang seperti apa. Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu dikolaborasiakn untuk mencapai efek yang
diinginkan. Karena film merupakan produk visual dan audio, maka tanda-tanda ini berupa gambar dan suara. Tanda-tanda tersebut adalah sebuah gambaran
tentang sesuatu. Untuk mengetahui hal itu semua, kita dapat menelitinya melalui
pendekatan semiotik. Karena tanda tidak pernah benar-benar mengatakan suatu kebenaran secara keseluruhan.
3
Ia hanya merupakan representasi, dan bagaimana suatu hal direpresentasikan, dan medium yang dipilih untuk
melakukan itu bisa sangat berpengaruh pada bagaimana orang menafsirkannya. Dari sekian banyak model semiotik yang ada, peneliti memilih model
semiotik Roland Barthes, dan Christian Metz karena menurutnya, semua objek kultural dapat diolah secara tekstual. Teks yang dimaksud bukan hanya
berkaitan dengan lingustik saja, tetapi semua yang dapat terkodifikasi. Jadi semiotik dapat meneliti berbagai macam teks seperti berita, film, iklan, fashion,
fiksi, puisi, dan drama.
4
3
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, Yogyakarta: Jala Sutra, 2012 h.21
4
Drs. Alex Sobur, M.Si, Analisis Teks Wacana: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006,
h.123
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang akan dituangkan dalam skripsi dengan judul,
“SEMIOTIKA JIHAD DALAM FILM
ZERO DARK THIRTY”.