3. Mengembalikan hampir semua terobosan hukum acara pada KUHAP, seperti “ satu saksi
adalah saksi “. 4.
Tidak menerima ketentuan tentang kompensasi dan saksi alternative.
17
Meskipun demikian, upaya loby ke pemerintah untuk memperbaiki draftnya terus dilakukan secara intensif melalui forum pertemuan Posko Informasi yang diselenggarakan di
rumah Menteri Pemberdayaan Perempuan. Pada akhirnya berjalan efektif dalam menjembatani perbedaan pendapat antara kelompok perempuan dan pemerintah.
Setelah melalui sidang pleno, RUU KDRT tersebut dilanjutkan ke sidang paripurna melalui pendapat dari berbagai fraksi dalam rangka memutuskan apakah DPR menolak atau
mengesahkan RUU KDRT menjadi Undang-undang.
B. Dasar dan Tujuan dari disahkannya Undang-undang No. 23 Tahun 2004 Tentang PKDRT
1. Dasar
dari Undang-undang
PKDRT adalah : a.
Penghormatan Terhadap HAM. b.
Keadilan dan kesetaraan gender. c.
Non Diskriminasi, dan d.
Perlindungan Korban. 2.
Sedangkan tujuan UU PKDRT ialah :
a. Mencegah segala bentuk KDRT.
17
Ibid, h.5.
b. Melindungi Korban KDRT.
c. Menindak Pelaku KDRT.
d. Memelihara
keutuhan rumah
tangga yang harmonis dan sejahtera.
18
C. Pengertian Kekerasan.
Kekerasan adalah kata yang biasa diterjemahkan dari violence, yang dalam bahasa latin disebut violentia. Violence erat berkaitan dengan gabungan kata latin “vis” daya, kekuatan dan
“latus” yang berasal dari ferre membawa yang kemudian berarti membawa kekuatan.
19
R. audi seperti dikutip Galtung merumuskan “violence” sebagai serangan atau penyalahgunaan fisik terhadap seseorang atau binatang, atau serangan, penghancuran, perusakan
yang sangat keras, kasar, kejam dan ganas atas milik atau sesuatu yang secara potensial dapat menjadi milik seseorang.
20
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kekerasan adalah perihal atau yang bersifat, berciri keras, paksaan, atau dapat diartikan perbuatan seseorang atau kelompok orang yang
menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.
21
Nursyahid, Lima Undang-undang Republik Indonesia tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Perlindungan Anak, Hak Asasi Manusia Pengadilan Anak
, Jakarta : BP. Panca Usaha, 2007, h. 34.
Johan Galtung, Kekuasaan dan kekerasan menurut Johan Galtung, Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1992, cet .1, h. 62.
20
Ibid, h. 63.
21
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, Jakarta : Balai Pustaka, 2005, Edisi Ketiga, h. 550.
Menurut Kamus Bahasa Arab, kekerasan diambil dari akar kata –
– yang
berarti keras, bertindak, bengis dan kejam.
22
Menurut WHO, kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang
mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar trauma atau perampasan hak.
23
Adapun pengertian kekerasan yang dimaksud dalam skripsi ini adalah kekerasan yang terjadi dalam lingkup rumah tangga atau lebih dikenal dengan sebutan kekerasan dalam rumah
tangga KDRT. Kekerasan ini sering kali tidak terungkap karena berada di wilayah ranah domestik yang tidak boleh dicampuri oleh lingkaran luar. Namun, kekerasan ini sering terjadi di
lingkungan keluarga yang biasanya perempuan dan anak-anak adalah korbannya. Dalam penulisan skripsi ini penulis memfokuskan kekerasan yang biasa dialami oleh kaum perempuan
isteri. Oleh karena itu perlu kiranya penulis mendefinisikan tentang kekerasan terhadap perempuan.
Kekerasan terhadap perempuan baik di luar maupun di dalam rumah tangga telah berlangsung sejak manusia menyalah artikan tujuan penciptaan ke dua jenis kelamin manusia itu
sendiri. Ketika manusia harus menggunakan otot untuk mempertahankan kehidupannya, maka mulailah terbentuk citra kekuasaan, penguasa dan dikuasai, dipelihara sampai kepada masyarakat
modern, hanya dikemas dalam bungkus yang lebih bervariasi. Kekuasaan otot menjadi alat dari berbagai kekuasaan lain yaitu uang, status sosial dan jabatan yang dikemas dengan norma-norma
dan nilai-nilai budaya bentukan manusia itu sendiri. Demikian intens pewarisan nilai-nilai dan
22
Ahmad Warson Munawwir, al – Munawir Kamus Arab – Indonesia, Surabaya : Pustaka Progressif, 1997 , Cet XIV, h.
1 . Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, Pemetaan permasalahan kekerasan dalam rumah tangga KDRT
melalui kerangka alur kerja analisis gender dan anak sebagai data pembuka : laporan penelitian, Pemprop DKI
Jakarta dengan Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran, Jakarta : 2004, h. 21.
norma-norma tersebut sehingga bahkan perempuanpun tidak menyadari bahwa dirinya telah selalu menjadi barang milik laki-laki.
Terdapat beberapa pengertian tentang kekerasan terhadap perempuan, antara lain sebagaimana disampaikan oleh Sita Aripurnami yaitu pada dasarnya kekerasan terhadap
perempuan adalah segala bentuk perilaku yang dilakukan oleh pihak pelaku kekerasan yang memunculkan perasaan tidak nyaman dan bahkan rasa takut.
24
Dalam deklarasi PBB mengenai hak-hak perempuan, secara eksplisit ditegaskan kekerasan terhadap perempuan sebagai berikut :
Setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat, atau mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual dan psikologis
termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi. pasal 1
Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan, 1992.
25
Kantor Menteri Negara Pemberdayaan perempuan, mendefinisikan kekerasan terhadap perempuan yaitu :
“Setiap tindakan yang melanggar, menghambat, meniadakan kenikmatan, dan mengabaikan hak asasi perempuan atas dasar gender. Tindakan tersebut mengakibatkan
dapat mengakibatkan kerugian dan penderitaan terhadap perempuan dalam hidupnya, baik secara fisik, psikis, maupun seksual. Termasuk didalamnya ancaman, paksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik dalam kehidupan individu, berkeluarga, bermasyarakat, maupun bernegara”.
26
Sedangkan definisi kekerasan dalam rumah tangga berdasarkan pasal 1 angka 1 Undang-
undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, yaitu :
24
Sita Aripurnami, Kekerasan Terhadap Aspek-Aspek sosial Budaya dan pasal 5 Konvensi Perempuan dalam buku Pemahaman Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan dan Alternatif Pemecahnnya, penyunting Achie
Sudiarti Luhulima , Bandung : PT. Alumni 2000 , h. 116.
25
Faqihuddin Abdul Kodir dan Ummu Azizah Mukarnawati, ed. Ismail Hasani, Referensi bagi Hakim Peradilan Agama tentang Kekerasan dalam rumah tangga
, Komnas Perempuan : 2008, h. 20.
26
Kantor Meneg PP, 2000, Pengetahuan Praktis Tentang Perlindungan Terhadap Perempuan Korban Kekerasan.
Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, danatau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga.
D. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga.