Aliansi Suriah dengan Iran dan Hizbullah

Hizbullah membuat mindset yang telah dibangun pasca Perang Arab – Israel bahwa militer Israel tidak terkalahkan telah terbantahkan. Asumsi ini dibuktikan oleh pernyataan Kepala Intelijen Militer Israel AMAN Mayor Jendral Amos Yadin kepada Majalah Jane’s Defence Weekly dalam Cordesman 2007:12 sebagai berikut : “Suriah akan mengambil hikmah dari perang Israel – Hizbullah 2006, yaitu tentang efektivitas advanced anti-tank weapons dalam melawan pertahanan baja Israel dan keterbatasan Angkatan Udara Israel dalam menghadapi roket api di area yang dekat dengan permukiman penduduk. Sebelum Perang Israel – Hizbullah 2006, Suriah tidak memikirkan opsi untuk berkonfrontasi secara militer dengan Israel, namun dengan kemenangan Hizbullah maka opsi tersebut akan sangat dipertimbangkan oleh Suriah. ” Implementasi dari asumsi ini adalah adanya pengembangan senjata yang dilakukan aliansi Suriah – Iran untuk meningkatkan kemampuan misil untuk Hizbullah. Contohnya pada tahun 2006 jangkauan misil Hizbullah hanya mampu mencapai kota Haifa di Israel dan pada 2008 misil Hizbullah telah mampu mencapai pusat Israel yaitu kota Tel Aviv Ospina dan Gray 2014:4. Lebih jauh lagi menurut Israel dan AS, aliansi Iran dan Suriah juga berusaha mengembangkan nuklir sejak tahun 2004 dengan bantuan dari Rusia dan Korea Utara world-nuclear.org. Untuk merespon kerjasama pengembangan senjata Suriah – Iran ini maka pada September 2007, Israel menyerang Al Kibar yaitu suatu daerah di Suriah bagian utara. Israel menyatakan bahwa serangan itu untuk menghentikan pembangunan fasilitas nuklir Suriah www.bbc.com diakses pada 4 Juli 2014.

3.5 Konflik Pengaruh antara Suriah dan Israel di Lebanon

Konflik selanjutnya yang terjadi antara Suriah - Israel pada periode 2002 – 2008 adalah konflik pengaruh di Lebanon. Akar konflik ini bermula ketika Suriah dan Lebanon di bawah mandat Perancis tergabung menjadi Suriah Raya. Perancis tidak menetapkan garis batas yang pasti antara Suriah dan Lebanon. Sehingga ketika Suriah dan Lebanon menjadi negara berdaulat, kedua negara belum mengadakan pembicaraan mengenai garis batas yang tetap. Akibatnya, salah satu daerah bernama Sheeb’a Farms yang pada peta Perancis masuk ke dalam teritorial Suriah, dikelola secara administratif oleh Lebanon Kaufman 2006:2. Tahun 1950, Suriah mulai mengambil alih daerah perbatasan ini dan membangun pos militer dan mendaftarkan warga She b’a Farms menjadi warga negara Suriah Kaufman 2006:2. Kemudian Israel mengokupasi Sheb’a Farms, Desa Kfar-Shuba dan Desa Ghajar bersamaan dengan Dataran Tinggi Golan pada Perang Arab – Israel 1967. Menurut Israel daerah-daerah ini adalah milik Suriah. Namun Suriah mengklaim bahwa daerah tersebut adalah milik Lebanon. Israel menilai bahwa klaim tersebut merupakan strategi Suriah untuk menciptakan ambiguitas untuk menjaga eskalasi permusuhan di perbatasan Israel dan Lebanon serta mencegah diadakannya negosiasi perdamaian secara bilateral El-Ezzi 2012:75. Namun asumsi Israel ini dibantah oleh Duta Besar Suriah untuk Indonesia Dr. Basham Alkhatib dalam wawancara dengan penulis 2242014. Menurut Dr. Alkhatib Suriah mendukung Lebanon memperoleh kembali Sheeb’a Farms atas dasar persaudaraan, sama seperti dukungan Suriah terhadap pengembalian Gaza dan Tepi Barat kepada Palestina. Dalam bidang militer Suriah telah menempatkan pasukannya di Lebanon sejak Perang Saudara Lebanon tahun 1976 sampai tahun 2005 dan menguasai 9 banding 10 keseluruhan wilayah Lebanon saat okupasi Israel tahun 1982. Okupasi Israel di Lebanon berlangsung dari tahun 1982 – 2000 El-Ezzi 2012:74. Okupasi ini bertujuan untuk: pertama, menghilangkan ancaman Palestine Liberation Organization PLO ke perbatasan Israel bagian Selatan; kedua, menghancurkan infrastruktur PLO di Lebanon; ketiga mengusir militer Suriah yang berada di Beeka Valley dan mengurangi pengaruh Suriah di Lebanon; keempat, membangun pemerintahan yang stabil di Lebanon dan memperkuat posisi Israel di Tepi Barat Solley 1987:1. Walaupun dalam masa okupasi Israel, hegemoni Suriah di Lebanon tetap terlihat melalui Perjanjian Thaif tahun 1989 yang menyatakan bahwa Suriah dan Lebanon adalah saudara dan tidak akan saling mengancam satu sama lain Perjanjian Thaif 1989:8. Implementasi perjanjian Thaif adalah Suriah menambah jumlah pasukannya dari 15.000 pada 1976 menjadi 40.000 setelah tahun 1990an setelah okupasi Israel. Pasukan Suriah baru keluar dari Lebanon saat terjadi peristiwa pembunuhan PM Rafiq Hariri pada 14 Februari 2005 Saliba 2007:1. Israel dan AS menuduh Suriah menjadi dalang dalam pembunuhan ini karena PM Hariri mendukung Resolusi DK PBB Nomor 1599 Tahun 2004 yang menghimbau agar seluruh pasukan asing termasuk Suriah keluar dari Lebanon dan menghormati kedaulatan Lebanon. Namun hal ini dibantah oleh Dubes Suriah untuk Indonesia dalam wawancara dengan penulis 2242014. Menurutnya, anak dari PM Rafik Hariri, yaitu Saad Hariri membantah keterlibatan Suriah dalam pembunuhan ayahnya. Dalam bidang politik, Suriah dan Israel secara aktif melakukan proxy war dengan mencari dukungan dari partai tertentu di Lebanon. Contohnya saat penarikan diri Suriah tahun 2005 terjadi Revolusi Cedar yang membuat suara partai politik Lebanon terbagi menjadi dua yaitu: pertama, Koalisi March 8 yaitu kelompok Pro Suriah yang melakukan demonstrasi 8 Maret 2005 di pusat kota Beirut untuk menuntut agar pasukan Suriah tetap berada di Lebanon. March 8 terdiri dari Hizbullah, Lebanese Democratic Party, Lebanese Communist Party, Amal Movement, Armenian Revolutionary Fed, Ba’ath Arab Socialist Party, Worker’s League, Al Marada, Syrian Social Nationalist Party dan Free Patriotic Movement Schweizer 2009:30-33. Sedangkan Israel mendukung Koalisi March 14 yaitu kelompok anti Suriah yang merespon kelompok March 8 dengan ikut berunjuk rasa menuntut penarikan diri tentara Suriah dari Lebanon. March 14 terdiri dari Future Movement, Progressive Socialist Party, Democratic Renewal, Phalangist, Lebanese Democratic Left Movement, Lebanese Forces, Armenian Democratic Liberal Party dan Social Demokrat Hunchakian Party Schweizer 2009:30-33. Pasca protes di bulan Maret 2005 ini sampai tahun 2008, konfigurasi partai politik Lebanon tetap terpecah menjadi koalisi partai yang pro Suriah March 8 dan koalisi partai yang pro Israel March 14 Chambers 2009:2. Perbandingan perolehan suara March 8 dan March 14 dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 3.1 Perbandingan Perolehan Suara Koalisi March 8 dan March 14 Sumber: Chambers 2009:2 Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi kompetisi yang dinamis antara koalisi March 8 yang pro terhadap Suriah dengan koalisi March 14 yang pro terhadap Israel. Pada Pemilu Parlemen tahun 2005 koalisi March 14 unggul dengan perolehan 72 kursi sedangkan koalisi March 8 hanya memperoleh 56 kursi. Sedangkan pada tahun 2009, koalisi March 8 unggul dengan perolehan 71 kursi sedangkan koalisi March 14 hanya memperoleh 57 kursi. Siapapun yang memenangkan pemilu di Lebanon akan memberikan dampak yang signifikan pada