Masyarakat Perkotaan LANDASAN TEORITIS

28 kalau kota tersebut merupakan jaringan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan kota itu sendiri bahkan negara pada umumnya. ” 34 Secara struktural menurut Hans Dieter Evers, kota “dapat dijelaskan dengan tiga variabel pokok. Ketiga variabel ini adalah status sosial, segregasi etnis dan budaya kota. Budaya berarti akal budi, pikiran, dan cara berprilaku. Sementara kota adalah pusat perubahan sekaligus pusat urbanisasi. ” 35 Masyarakat perkotaan sering disebut juga urban community. Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Masyarakat kota dengan ciri kemajuannya telah membentuk kepribadian anggotanya lebih mengandalkan kemampuan diri sendiri dari pada orang lain. 36 Pribadi masyarakat kota yang bersifat individualistik adalah cenderung menjadi ciri khusus, dan telah menjadi perbedaan yang menyolok dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Hal ini menjadi motif bahwa msyarakat kota condong melepaskan diri dari kepentingan orang banyak. Kehidupan masyarakat kota umumnya heterogen. Heterogenitas masyarakat kota pada satu sisi mempunyai peluang terciptanya kompetisi dan kreasi-kreasi baru. Masyarakat kota umumnya banyak yang menikmati pelayanan pendidikan yang madani, karena pendidikan yang bagus umumnya ada di kota, walaupun terkadang memberatkan orang tua karena biaya tinggi. 37 34 H. M. Arifin Noor, Ilmu Sosial Dasar, Bandung: Pustaka Setia, 1997 hal. 194 35 Acep Aripudin, Dakwah Antarbudaya, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012 hal. 127-128 36 M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif,Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997 hal. 52 37 Acep Aripudin, Dakwah Antarbudaya, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012 hal. 128 29 Masyarakat kota memiliki akses informasi lebih cepat karena dekat dengan pusat-pusat informasi. Antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, terdapat perbedaan dalam perhatian, khususnya terhadap keperluan- keperluan hidup. Ada beberapa ciri lagi yang menonjol pada masyarakat kota, diantaranya: 38 1. Kehidupan keagamaan di kota berkurang apabila dibandingkan dengan kehidupan agama di desa, sebab cara berfikir masyarakat kota yang rasional, didasarkan pada perhitungan eksak yang berhubungan dengan realita masyarakat. 2. Orang kota umumnya dapat mengurus diri sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Hal yang penting di sini adalah manusia yang perseorangan atau individu, kehidupan yang sukar untuk disatukan karena perbedaan kepentingan, paham politik, agama, dan lainnya. 3. Pembagian kerja di antara warga kota juga lebih tegas dan punya batas- batas nyata. Di kota terdapat orang-orang dengan aneka warna dan latar belakang sosial pendidikan yang menyebabkan individu memperdalam suatu bidang kehidupan khusus. 4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan, juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa karena sistem pembagian kerja yang tegas. 5. Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan, penyebabnya interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan dari pada faktor pribadi. 38 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1982 hal. 139-140 30 6. Jalan kehidupan yang cepat di kota mengakibatkan pentingnya faktor waktu, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu. 7. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, karena kota biasanya terbuka menerima pengaruh luar. Hal ini sering menimbulkan pertentangan antara golongan tua dengan golongan muda karena golongan muda yang belum sepenuhnya terwujud kepribadiannya, lebih senang mengikuti pola-pola baru dalam kehidupan.

C. Pengajian Eksekutif

Pengajian dalam bahasa Arab disebut مْيلْعَّلا asal kata مَلع - مِلعي - اًمْيلْعت yang artinya mengajar, mengajarkan.Sedangkan menurut istilah berasal dari kata “kaji” yang berarti pelajaran terutama dalam hal agama, pengajian adalah 1 pengajaran agama Islam, 2 pembacaan Al-Quran. 39 Pengajian merupakan kegiatan yang senantiasa berusaha untuk menamkan nilai-nilai keagamaan, dan menanamkan pengetahuan keislaman serta kecakapan dalam rangka mencari ridho Allah SWT. Demikian pengajian adalah kegiatan Islam yang sederhana sebagai penyampaian dakwah yang dilaksanaka secara berkala, teratur, dan diikuti oleh para jama’ahnya. Pengajian termasuk dalam pelaksanaan dakwah sebagai syi’ar Islam yang berlandaskan al-Quran dan hadits. Kedua dilihat dari segi strategi pembinaan umat, pengajian merupakan wahana dakwah islamiah yang murni ajarannya. 39 Poerwadarminta, KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002 Cet ke-2 edisi 3, hal. 491 31 Dalam pengajian terdapat manfaat yang begitu besar positifnya, didalam pengajian-pengajian manfaat yang dapat diambil menambah dari salah satu orang yang biasa berbuat negatif dengan memanfaatkannya menjadi positif. Hal seperti ini pada masyarakat muslim pada umumnya dapat memanfaatkan pengajian untuk merubah diri atau memperbaiki diri dari perbuatan yang keji dan mungkar. Fungsi pengajian sebagai pengajaran non formal, dimana pengajoian itu mengadakan pengajaran yang fungsinya menambah wawasan ke Islaman. Sedangkan eksekutif berkenaan dengan pengurusan pengelolaan, pemerintahan atau penyelenggaraan sesuatu. 40 Eksekutif pun dapat di sebut juga sebagai lembaga pelaksanaan perundang-undangan, lembaga pelaksana undang-undangan, dan badan penyelenggara pemerintah. Pengajian eksekutif adalah pengajian yang diikuti oleh orang-orang menengah keatas, yang berintelektual , yang mana peserta atau jama’ahnya sibuk akan pekerjaan. Pengajian eksekutif biasanya dilakukan dengan menggunakan fasilitas teknologi modern yang sedang berkembang pada saat ini. 40 Poerwadarminta, KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia hal 288