Metode Dakwah Dikalangan Masyarakat Perkotaan Dalam Pengajian

40 pendekatan yang efektif dan efesien. Hal ini sejalan dengan ungkapan ةّامْلا نم ّها ةقْيرّلا teknik, cara, metode, atau pendekatan lebih penting dari materi itu sendiri. Dalam dakwah meskipun yang disampaikan hanya satu ayat tetapi melalui pendekatan- pendekatan yang sesuai dengan kondisi mad’u maka dakwah akan berjalan dengan baik dan berhasil. Hal ini mengisyaratkan materi bukanlah segala-galanya bagi seorang da’i. Sejatinya persyaratan utama dan pertama bagi seorang da’i adalah kesedian untuk berjuang, ketulusan, berbakti, dan ketepatan metode serta pendekatan dalam menjabarkan pesan-pesan Ilahi dalam realitas sosial. Metode dakwah merupakan salah satu unsur pendukung dalam proses penyampaian dakwah yang dilakukan oleh seorang da’i kepada mad’unya, di mana dalam hal ini diterapkan dalam salah satu pengajian eksekutif yang ada di Jakarta yaitu pengajian Ummahatul Mu’minin Indonesia UMI. Salah satu pengajar di pengajian UMI yaitu ustadz Bachtiar Nasir menggunakan beragam metode jika berdakwah dikalangan masyarakat perkotaan, kecuali di masyarakat awam beliau tidak memerlukan teknik. Maka dari itu ustadz Bachtiar mengikuti pola dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW, dengan memperkenalkan kepada masyakat perkotaan khususnya ibu- ibu, bagaimana menjadi muslimah yang baik di dunia dan akhirat seperti yang dilakukan oleh istri-istri Rasul. 1 Para ustadz dan ustadzah yang memberikan materi di pengajian UMI sangat tahu betul apa yang dibutuhkan oleh para jamaahnya. Karena dengan beragam metode para jamaah akan merasa nyaman mendengar dan mengikutri 1 Wawancara, Bachtiar Nasir, Pembina Pengajian UMI , Jakarta: Rabu 3 Oktober 2012 41 pengajian tersebut. dalam pengajian UMI jamaahnya dari kalangan menengah ke atas, yang memang orang-orangnya berintelektual dan kritis akan masalah yang ada disekitar mereka. Seperti dalam buku Metode Dakwah karangan Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Rasulullah mempunyai beberapa pendekatan dalam metode dakwah yang selalu dilakukannya, diantaranya: 2 1. Pendekatan personal Pendekatan personal terjadi dengan cara individual yaitu antara da’i dan mad’u, dengan langsung bertatap muka sehingga materi yang disampaikan langsung diterima oleh mad’u. Apa yang dilakukan oleh Nabi SAW ini mengisyaratkan bagi umatnya, khususnya para da’i yang akan mewarisi tugas dakwah beliau, agar mereka waspada dan hati-hati dalam menempuh upaya-upaya lahiriah. Di samping itu, dalam melakukan dakwah seorang da’i haruslah mempertimbangkan situasi setempat. Apabila situasi belum memungkinkan dilakukannya dakwah secara terbuka, maka pendekatan personal melalui mulut ke mulut perlu ditempuh. Pendekatan ini pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW, pada saat itu beliau berdakwah secara rahasia. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan di zaman era modern seperti sekarang ini seorang da’i melakukan pendekatan personal, karena mad’u terdiri dari berbagai karakteristik yang berbeda-beda. Seperti yang dikatakan Ustadz Bachtiar: “Saya melakukan pendekatan personal kepada ibu-ibu pengajian UMI, agar saya dan ibu-ibu lebih dekat dan akrab. Namanya juga ibu-ibu, kalau saya memberikan materi harus lebih detail, dan harus pelan-pelan. Karena kadang-kadang mereka suka kurang paham dengan apa-apa yang 2 H. Munzi er Suparta, H. Harjani Hefni, Metode Dakwah, Kencana Prenada Media Group, 2009 Cet ke-3, hal. 21-23 42 saya sampaikan, makanya saya menggunakan pendekatan ini. Jadi kalau dari mereka ada yang tidak paham bisa nanya dengan saya langsung”. 3 Para ustadz dan ustadzah yang mengajar di pengajin UMI memang melakukan pendekatan personal, di mana pendekatan personal dilakukan secara face to face yaitu menggunakan komunikasi interpersonal antarpribadi. Hubungan interpersonal merupakan hubungan komunikasi yang meliputi timbal balik yang didasarkan pada data psikologi. Dalam pendekatan personal salah satu metode yang di gunakan adalah metode tanya jawab. Karena metode tanya jawab dipandang efektif apabila ditempatkan dalam usaha dakwah, karena objek dakwah dapat mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang belum dikuasai oleh mad’u. Sehingga akan terjadi hubungan timbal balik antara subjek dakwah dengan objek dakwah. Biasanya dengan adanya kegiatan tanya jawab, mad’u akan lebih terbuka untuk mengajukan pertanyaan, ide, dan hal-hal yang belum dipahami atau dimengeti. Seperti hasil wawancara dengan ibu Lia salah satu jama’ah pengajian UMI: “Ustadz dan ustadzah yang mengisi materi di pengajian UMI baik- baik, mereka pun sangat dekat dan akrab dengan kami para ibu-ibu, malah……..kadang-kadang kami suka bercanda dengan mereka. Dengan pendekatan personal yang dilakukan oleh para ustadz dan ustadzah sangat bagus, jadi saya dan teman-teman dapat bertanya langsung dan secara pribadi dengan para ustadz dan ustdzah. Sehingga kami bisa lebih nyaman untuk mengutarakan hal-hal yang bersifat pribadi, seperti halnya masalah keluarga. Dan para ustadz dan ustdzahnya pun sangat terbuka dengan apa yang kami utarakan”. 4 3 Wawancara, Bachtiar Nasir, Pembina Pengajian UMI , Jakarta: Rabu 3 Oktober 2012 4 Wawancara, Lia Yuliani, Jama’ah Pengajian UMI , Jakarta: Kamis 26 Juli 2012 43 Hasil dari pernyataan diatas peneliti menangkap, bahwa dengan adanya pendekatan personal para jama’ah sangat senang karena dengan pendekatan tersebut para ibu-ibu yang ada di pengajain UMI dapat mengenal satu persatu dari ustadz dan ustadzah yang mengajar di pengajian UMI. 2. Pendekatan diskusi Diskusi adalah salah satu pendekatan dakwah persuasif yang merupakan adu argument antara da’i sebagai pelaku dakwah dan mad’u sebagai objek dakwah. Dari sini diharapkan akan lahir sebuah pendirian yang meyakinkan, terutama bagi objek dakwah. Di sisi lain, dakwah dengan diskusi juga akan menuntut adanya profesionalisme keahlian dari para da’i. Seorang da’i akan dipaksa untuk memperbanyak lagi pembendaharaan ilmu mereka, bukan hanya kemampuan berbicara yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pendekatan diskusi pada era sekarang sering dilakukan lewat berbagai diskusi keagamaan, da’i berperan sebagai nara sumber. Sedangkan mad’u berperan sebagai audience. Tujuan dari diskusi ini adalah membahas dan menemukan pemecahan semua problematika yang ada kaitannya dengan dakwah sehingga apa yang menjadi permasalahan dapat ditemukan jalan keluarnya. Diskusi sering dimaksudkan sebagai bertukar pikiran gagasan, pendapat, dan sebagainya antara sejumlah orang secara lisan, membahas suatu masalah tertentu yang dilaksanakan dengan teratur dan bertujuan untuk memperoleh kebenaran. 44 Seperti halnya dalam pengajian UMI pendekatan dengan cara berdiskusi selalu dilakukan oleh para ustadz dan ustadzah. Ustadz dan ustadzah yang mengisi materi di pengajian UMI selalu memenuhi kebutuhan para mad’u yang masih belum mengerti dan memahami materi yang disampaikan, dengan adanya diskusi jam a’ah dapat menggali lebih banyak hal-hal yang belum mereka ketahui. Seperti yang dikatakan Ustadz Bachtiar Nasir: “Saya memberikan materi kepada ibu-ibu di pengajian UMI dengan jelas dan lugas sehingga mereka mengerti dengan isi materi yang saya sampaikan. Para ustadz dan ustadzah juga sangat terbuka kepada ibu-ibu yang memang belum memahami materi dakwah yang disampaikan.Saya juga memberikan contoh kehidupan di sekitar agar mereka lebih mudah memahami dan agar ibu-ibu dalam pengajian UMI berfikir lebih terbuka, selain itu saya juga selalu memberikan sugesti yang positif agar mereka berfikir lebih maju.Dalam pengajain ini saya juga membentuk kelompok- kelompok diskusi sehingga mereka bisa saling berdiskusi, membicarakan hal-hal yang belum di mengerti.Apabila mereka belum yakin dengan apa yang mereka diskusikan maka mereka akan menanyakan kepada saya secara langsung”. 5 Melalui metode dakwah diskusi, para ustadz dan ustadzah di pengajian UMI dapat mengembangkan kualitas mental dan pengetahuan agama ibu-ibu dan dapat memperluas pandangan tentang materi dakwah yang didiskusikan. Dakwah dengan menggunakan metode diskusi dapat menjadikan ibu-ibu dalam pengajian UMI terlatih menggunakan pendapat secara tepat dan benar, sehingga mereka akan terlatih berfikir secara kreatif, logis dan objektif. 5 Wawancara, Bachtiar Nasir, Pembina Pengajian UMI , Jakarta: Rabu 3 Oktober 2012 45

B. Pengaruh Pengajian Ummahatul Mu’minin IndonesiaUMI Terhadap

Masyarakat Perkotaan Dakwah merupakan aktivitas mengajak manusia kepada jalan Allah. Dalam aktivitas dakwah terdapat beberapa unsur: da’i, mad’u, materi, metode, sarana, dan efek. Aktivitas dakwah akan berjalan dengan baik apabila sasaran dakwah itu tepat dan mencapai tujuan. Seorang da’i di tuntut agar dapat memilih materi dakwah yang sesuai dengan kebutuhan dakwah dan menggunakan sarana yang mempermudahsampainya pesan dakwah, sehingga substansi dakwahnya mudah diterima oleh masyarakat. Dalam pengajian UMI ustadz Bachtiar Nasir memberikan materi dengan cara mengenalkan pelajaran yang mendasar untuk memperkenalkan agama Islam kepada ibu-ibu pengajian UMI. Pelajaran dasar yang diberikan ustadz Bachtiar dibagi menjadi tiga yaitu: 1. Ma’rifatullah Ma’rifatullah berasal dari kata Ma’rifat dan Allah, ma’rifat artinya mengetahui atau mengenal. Jadi Ma’rifatullah berarti mengenal Allah SWT. Ma’rifatullah bukanlah mengenali dzat Allah, karena hal ini tidak mungkin terjangkau oleh kapasitas manusia yang akal pikirannya terbatas. Seseorang dianggap ma’rifatullah jika seseorang itu telah mengenali asma Allah, mengenali sifat Allah dan perbuatan Allah yang terlihat dalam ciptaan dan tersebar dalam kehidupan alam ini. Selain itu dengan bekal pengetahuan, manusia dapat menunjukkan a. Sikap shidiq benar dalam bermu’amalah bekerja dengan Allah SWT. b. Ikhlas dalam niatan dan tujuan hidup yakni hanya karena Allah SWT. 46 c. Pembersihan diri dari akhlak-akhlak tercela dan kotoran-kotoran jiwa yang membuat diri bertentangan dengan kehendak Allah SWT. d. Sabar dan menerima pemberlakuan hukum atau aturan Allah SWT. e. Berdakwah atau mengajak mengikuti kebenaran agama Islam. 2. Ma’rifatunnas Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang terdiri atas jasad, ruh, dan akal. Allah menciptakan manusia mempunyai maksud tertentu, yakni selain agar beribadah kepada Allah diamanatkan sebagai Khalifah Fil Ardhi sehingga tercipta masyarakat yang tentram serta sejahtera. Akan tetapi, tugas yang diamanatkan kepada manusia sering kali dimanipulasi sesuai kehendak hawa nafsu syaitan, sehingga fungsi sebagai khalifah tidak dapat dilaksanakan dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya, jika setiap manusia memahami akan maksud diciptakan Allah SWT ke dunia ini, maka segala gerak langkahnya selalu disesuaikan dengan syariat agama. Tujuan diciptakan manusia secara argumen yang ditegaskan Allah SWT dalam surat ad-Dzariyat ayat 56:        Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu Penjelasan firman Allah SWT tersebut sudah jelas dan tegas apa yang seharusnya diperbuat oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari, yaitu penghambaan secara totalitas kepada Al-Khaliq. Adapun pepatah yang menyebutkan: هّر فرع ْدقف هسْفن فرع ْنم yang artinya Barang siapa