Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Korupsi

Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara BerlanjutStudi Kasus No. 1636Pid.B2006PN-MDN dan No. 354PID2006PT-MDN, 2008. USU Repository © 2009 atau mati diinjak oleh kuda tersebut maka tindakan itu telah masuk kepada kesengajaan jenis delik eventualis. 205 Sanksi pidana terhadap tindak pidana korupsi dijatuhkan apabila perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum vide Pasal 193 ayat 1 KUHAP berdasarkan alat-alat bukti yang diatur dalam Pasal 184 ayat 1 KUHAP. Pada Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi unsur ini terdapat dalam beberapa pasal yakni Pasal 7 ayat 1 huruf b dan d; Pasal 8; Pasal 9; Pasal 10 butir a, b, dan c; Pasal 11; Pasal 12 huruf a, b dan i.

D. Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Korupsi

206 1. Pidana pokok, yang dapat berupa: Macam-macam sanksi pidana yang dapat dijatuhkan pada terdakwa terdiri atas: 207 a. Pidana Mati Setiap orang yang secara sah melawan hukum dengan melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara sebagaimana ditentukan Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 yang dilakukan dalam “keadaan tertentu” dapat dipidana mati. 205 Tongat, op. cit., hal. 7-8 206 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana 19951996 Bahan Pokok Penyuluhan Hukum, Departemen Kehakiman Republik Indonesia, Jakarta, hal. 77 dan 80 207 Adami Chazawi buku III, op. cit., hal. 355-356 Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara BerlanjutStudi Kasus No. 1636Pid.B2006PN-MDN dan No. 354PID2006PT-MDN, 2008. USU Repository © 2009 Keadaan tertentu ialah pemberatan bagi pelaku tindak pidana korupsi apabila tindak pidana tersebut dilakukan pada waktu negara dalam keadaan bahaya sesuai dengan undang-undang yang berlaku pada waktu terjadi bencana alam nasional, sebagai pengulangan tindak pidana korupsi atau pada saat degara dalam keadaan krisis ekonomi moneter. b. Pidana Penjara Di dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 telah memuat ketentuan mengenai pembatasan hukuman penjara maksimum dan minimum bagi pelaku tindak pidana korupsi, hal ini dimaksudkan supaya tidak terjadi disparitas pidana dalam putusan hukum terhadap kasus-kasus korupsi yang modus operandi dan nilai kerugian negara yang sama. Yang mengatur pidana penjara ini antara lain: Pasal 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9 ,10, 11, 12, 21, 22, 23, 24. 2. Pidana tambahan Mengenai pidana tambahan yang dapat dijatuhkan terhadap kejahatan tindak pidana korupsi diatur dalam Pasal 18 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 yang berbunyi sebagai berikut: 208 a. Selain pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam KUHP, sebagai pidana tambahan adalah: 1 Perampasan barang bergerak yang berwujud atau tidak berwujud atau barang tidak bergerak yang digunakan untuk atau diperoleh dari tindak pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana dimana tindak pidana korupsi 208 R. Wiyono buku I, op. cit., hal.. 127-129 Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara BerlanjutStudi Kasus No. 1636Pid.B2006PN-MDN dan No. 354PID2006PT-MDN, 2008. USU Repository © 2009 dilakukan, begitu pula harga dari barang yang menggantikan barang-barang tersebut; 2 Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi; 3 Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 satu tahun; 4 Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah kepada terpidana. b. Jika terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf b paling lama dalam waktu 1 satu bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa untuk menutupi uang pengganti tersebut. c. Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf b, maka dipidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai dengan ketentuan dalam undang- undang ini dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan pengadilan. Sehubungan adanya kalimat “selain pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam KUHP, sebagai pidana tambahan adalah…dan seterusnya”, dalam perumusan Pasal 18, maka dapat diketahui bahwa pidana tambahan yang Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara BerlanjutStudi Kasus No. 1636Pid.B2006PN-MDN dan No. 354PID2006PT-MDN, 2008. USU Repository © 2009 dapat dijatuhkan kepada terdakwa dalam perkara tindak pidana korupsi adalah pidana tambahan seperti yang ditentukan dalam: a. Pasal 10 huruf b KUHP, dan b. Pasal 18 ayat 1 Ad. a Pidana tambahan seperti yang ditentukan dalam Pasal 10 huruf b KUHP terdiri atas: 1 Pencabutan hak-hak tertentu, yang menurut Pasal 35 ayat 1 KUHP terdiri dari: a. Hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan tertentu b. Hak untuk memasuki angkatan bersenjata c. Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan aturan-aturan umum d. Hak menjadi penasihat hukum atau pengurus atas penetapan pengadilan, hak menjadi wali, wali pengawas, pengampu, atau pengawas atas orang yang bukan anak sendiri. e. Hak menjalankan mata pencaharian tertentu. 2 Perampasan barang-barang tertentu, yang oleh Pasal 39 ayat 1 KUHP ditentukan bahwa dapat dirampas: a. Barang-barang kepunyaan terpidana yang diperoleh dari kejahatan b. Barang-barang kepunyaan terpidana yang sengaja dipergunakan untuk melakukan kejahatan c. Pengumuman keputusan hakim Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara BerlanjutStudi Kasus No. 1636Pid.B2006PN-MDN dan No. 354PID2006PT-MDN, 2008. USU Repository © 2009 Ad. b Jika diperinci lebih lanjut, pidana tambahan seperti yang ditentukan dalam Pasal 18 ayat 1, terdiri dari: 1 Perampasan barang bergerak yang berwujud yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana di mana tindak pidana korupsi dilakukan, begitu pula harga dari barang yang menggantikan barang-barang tersebut, atau 2 Perampasan barang bergerak yang tidak berwujud yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana di mana tindak pidana korupsi dilakukan, begitu pula harga dari barang yang menggantikan barang-barang tersebut, atau 3 Perampasan barang yang tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana di mana tindak pidana korupsi dilakukan, begitu pula harga dari barang yang menggantikan barang-barang tersebut. 4 Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi 5 Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk paling lama 1 satu tahun. 6 Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah kepada terpidana 7 Penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah kepada terpidana. Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara BerlanjutStudi Kasus No. 1636Pid.B2006PN-MDN dan No. 354PID2006PT-MDN, 2008. USU Repository © 2009

BAB III PENERAPAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Korporasi (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Banjarmasin No. 04/Pid. Sus/2011/Pt. Bjm)

1 140 155

Kajian Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Dalam Dunia Perbankan (Studi Putusan Nomor: : 79/Pid.Sus.K/2012/PN.MDN

1 55 94

Penyelesaian Tindak Pidana Malpraktek Yang Dilakukan Oleh Bidan Dalam Perawatan Pasiennya (Analisis Kasus No. 3344/pid.B/2006/PN Mdn)

6 166 101

Penyelesaian Tindak Pidana Malpraktek Yang Dilakukan Oleh Bidan Dalam Perawatan Pasiennya (Analisis Kasus No. 3344/pid.B/2006/PN Mdn)

3 71 101

Analisis Hukum Terhadap Putusan Bebas Dalam Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan No. 63 K/Pid/2007)

1 72 106

Analisis Hukum Terhadap Dakwaan Tindak Pidana Korupsi Oleh Jaksa Penuntut Umum (Putusan Mahkamah Agung No.2642 K/Pid/2006)

0 37 127

Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri (Studi Kasus No. 2120/ PID. B/ 2006/ PN. Mdn)

5 71 124

Asas Ne Bis In Idem Dalam Hukum Pidana (Pendekatan Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 1384 / Pid.B / Pn. Mdn / 2004 Jo Putusan Pengadilannegeri Medan No. 3259 / Pid.B / Pn. Mdn / 2008)

2 49 163

Hak Restitusi Sebagai Bentuk Perlindungang Terhadap Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Kasus Nomor 1554/Pid.B/2012/PN.MDN)

1 65 92

Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Korporasi (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Banjarmasin No. 04/Pid. Sus/2011/Pt. Bjm)

3 98 139