Pencegahan Bahaya Merokok TINJAUAN PUSTAKA

Dalam kondisi ini 30 – 40 dari dosis intravena dan kumpulan nikotin yang diabsorbsi dari merokok dieksresikan melalui urine sebagai nikotin yang terikat. Kebanyakan nikotin diabsirbsi kembali dari urine bukan hanya melalui tubulus ginjal, tetapi dapat juga melalui kandung kemih. Pada kondisi normal perubahan pH urine, perokok mengeluarkan jumlah yang sama antara nikotin dan kotin dalam urine perokok Mangan, 1984.

2.9. Pencegahan Bahaya Merokok

Banyak stategi yang ditemukan oleh WHO didalam mencegah bahaya merokok, antara lain melalui perundang – undang atau perundang suatu negara. Peraturan tersebut terdiri dari 2 dua garis besar yakni : a. Sudut pandang produsen dan pemasar rokok mencakup : - Mengatur tentang iklan, sponsor ship, dan promosi rokok - Menyatakan bahwa rokok sangat membahayakan kesehatan - Mengawasi bahan – bahan berbahaya yang terdapat dalam rokok - Larangan penjualan rokok terhadap anak – anak. - Membuat stategis ekonomis b. Sudut pandang perokok mencakup - Larangan merokok ditempat – tempat umum dan ditempat kerja - Pencegahan anak – anak dari kegiatan merokok - Pendidikan kesehatan Gerakan anti merokok tidak bisa hanya dengan promosi anti rokok, tetapi harus didasari dengan tekad kuat dari perokok sendiri serta dibantu dengan dukungan dari lingkungan sehingga perokok secara perlahan dapat mengurangi merokok bahkan Universitas Sumatera Utara berhenti untuk merokok. Salah satu stategi lain untuk menanggulangi perokok pada anak remaja dan dewasa yakni dengan menaikan pajak pada rokok serta memperluas akses pada terapi pengganti nikotin dan terapi pengganti merokok lainnya. 2.10.Karakteristik Masyarakat Dalam pengetahuan tentang kependudukan dikenal istilah karakteristik penduduk atau karakteristik masyarakat, yang berpengaruh penting terhadap proses demografi dan tingkah laku sosial ekonomi penduduk. Karakteristik adalah hal – hal yang melekat pada diri individu dan yang dapat membedakan individu satu dengan yang lainnya. Pengidentifikasian dan pemilihan karakteristik-karakteristik yang relevan merupakan sesuatu yang penting tetapi tidak mudah. Rangkaian lengkap karakteristik yang disajikan mencerminkan suatu kondisi keadaaan dari suatu masyarakat. Karakteristik masyarakat dikelompokan berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan dari suatu masyarakat Anonimous, 2009. a. Umur dan Jenis Kelamin Karakteristik penduduk yang paling penting adalah umur dan jenis kelamin, atau yang sering juga disebut struktur umur dan jenis kelamin. Dari hasil Sussenas Survei Sosial Ekonomi Nasional 2001 menyatakan bahwa 54 penduduk laki-laki merupakan perokok dan hanya 1,2 perempuan yang merokok Struktur umur penduduk dapat dilihat dalam umur satu tahunan atau yang disebut juga umur tunggal single age, dan yang dikelompokkan dalam lima tahunan. Dalam pembahasan demografi pengertian umur adalah umur pada saat ulang tahun terakhir. Universitas Sumatera Utara Pengelompokkan penduduk menurut umur dapat digunakan untuk mengetahui apakah penduduk di suatu wilayah termasuk berstruktur umur muda atau tua. Penduduk suatu wilayah dianggap penduduk muda apabila penduduk usia dibawah 15 tahun mencapai sebesar 40 persen atau lebih dari jumlah seluruh penduduk. Sebaliknya penduduk disebut penduduk tua apabila jumlah penduduk usia 65 tahun keatas diatas 10 persen dari total penduduk Anonimous, 2009. Di Indonesia, anak – anak berusia muda mulai merokok karena kemauan sendiri, melihat teman – temannya, dan diajari atau dipaksa merokok oleh teman – temannya. Merokok pada anak – anak karena kemauan sendiri disebabkan ingin menunjukan bahwa dirinya telah dewasa. Umumnya mereka bermula dari perokok pasif menghisap asap rokok orang lain yang merokok lantas menjadi perokok aktif. Survei yang diadakan oleh Yayasan Jantung Indonesia tahun 1990 pada anak – anak berusia 10-16 tahun menunjukan angka perokok usia 10 tahun 9, 12 tahun 18, 13 tahun 23, 14 tahun 22, dan 15-16 tahun 28 Sitepoe, 2000. Berdasarkan hasil Susenas tahun 2004 menyebutkan bahwa pada usia muda terutama dalam populasi 15-19 tahun, angka merokok meningkat tinggi dibanding usia diatas sana dengan 20 tahun. b. Pendidikan Pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah diperoleh ditandai dengan adanya ijazah. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang dilalui Notoadmodjo, 2003. Universitas Sumatera Utara c. Pekerjaan Pekerjaan adalah sumber mata pencaharian responden. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Boedu Darmojo bahwa prevalensi merokok terbanyak pada orang yang berkerja dibanding dengan orang yang tidak bekerja yakni 96,1 pada tukang becak, 79,8 paramedis, 51,9 pegawai negeri, dan 36,8 pada dokter. d. Penghasilan Penghasilan adalah besarnya pendapatan yang diperoleh dalam keluarga. Penghasilan dapat berarti juga jumlah uang yang didapat oleh sesorang dari hasil kerjanya setiap bulan Notoadmodjo, 2003. Upah Minimum Provinsi Sumatera Barat UMP tahun 2009 adalah Rp. 880.000. Konsumsi rokok di Indonesia didominasi oleh rokok kretek, baik berfilter maupun tanpa filter. Merokok bukan saja monopolibgai penduduk kota, melainkan juga digemari mereka yang tinggal di desa. Selain penggunaan tembakau sebagai rokok, di pedesaan juga didominasi pengguna tembakau dalam bentuk suntil sehingga konsumsi tembakau bagi masyarakat pedesaan seharusnya lebih tinggi dari di perkotaan Sitepoe, 2000. Universitas Sumatera Utara

2.11 Kerangka Konsep