1.2 Batasan Masalah
Kompleksitas dalam kehidupan manusia sering digambarkan dalam karya sastra. Sebuah karya sastra dapat berupa kumpulan dari permasalahan kehidupan
yang begitu kompleks. Karena itu, karya sastra mampu memberikan suatu gambaran dan pemahaman yang mendalam kepada pembaca tentang kehidupan manusia.
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah tinjauan sosial politik perkebunan tembakau di Sumatera Timur, khususnya tentang bentuk-bentuk
kekerasan terhadap kuli kontrak yang digambarkan dalam novel BDSHKC ini.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1.
Untuk mendeskripsikan tinjauan sosial politik perkebunan tembakau di Sumatera Timur.
2. Untuk mendeskripsikan bentuk kekerasan terhadap kuli kontrak versi novel
BDSHKC.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini akan bermanfaat nantinya untuk: 1.
Memperkaya pengkajian dan penelitian karya sastra Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
2. Memberikan gambaran keadaan sosial politik perkebunan tembakau di
Sumatera Timur dan bentuk-bentuk kekerasan terhadap kuli kontrak dalam novel BDSHKC ini.
3. Memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa karya sastra merupakan
cermin kehidupan masyarakat yang diambil dari kenyataan sosial yang terjadi.
1.4 Metode Penelitian 1.4.1 Data Penelitian
Data penelitian ini adalah novel: Judul
: Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract Pengarang
: Emil W. Aulia Tebal
: 261 halaman Penerbit
: PT Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit
: 2006 Ukuran
: 20 x 15 cm Kulit Depan
: Warna sampul putih dengan motif gambar tuan kebun dan sepasang kuli kontrak di ladang tembakau.
Kulit Belakang : Warna sampul putih dengan motif gambar ladang
tembakau. Desain Sampul
: Iksaka Banu
Universitas Sumatera Utara
1.4.2 Metode dan Teknik Pengklasifikasian Data
Penelitian ini termasuk penelitian perpustakaan. Untuk mengumpulkan data, metode yang digunakan adalah dengan membaca novel yang diteliti sekaligus
mengklasifikasikannya berdasarkan permasalahan. Pengklasifikasian data dilakukan dengan memilih kasus kekerasan, bentuk kekerasan yang sejenis dikelompokkan
menjadi satu.
1.4.3 Metode dan Tenik Penyajian Data
Dalam menganalisis data, objek yang akan dianalisis dibaca terlebih dahulu kemudian dikelompokkan berdasarkan masalah dan diadakan studi perpustakaan.
Selanjutnya dilakukan penyusunan dan penganalisisan data serta penafsiran data. Setelah melewati tahap-tahap tersebut maka kesimpulan merupakan langkah akhir
dalam menyusun laporan penelitian.
1.4 Landasan Teori
Landasan teori merupakan kerangka dasar dalam suatu penelitian dan mutlak diperlukan. Untuk sahihnya suatu penelitian, tentunya ada teori yang mendasari
penelitian tersebut. Objek karya sastra adalah realitas kehidupan. Apabila realitas itu adalah
sebuah peristiwa sejarah, karya sastra mencoba merekonstruksikan peristiwa itu ke dalam bahasa imajiner dengan maksud untuk memahami peristiwa sejarah menurut
kemampuan pengarang. Sesuai dengan pernyataan tersebut bahwa objek karya sastra
Universitas Sumatera Utara
adalah realitas kehidupan dan realitas yang ada di dalam novel BDSHKC merupakan sebuah peristiwa sejarah, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan sosiologi sastra. Untuk mengetahui suatu masyarakat berdasarkan karya sastranya dapat
dilakukan pengkajian terhadap sebuah karya dengan memfokuskan perhatian pada segi-segi sosial kemasyarakatannya. Dalam ilmu sastra, pendekatan ini disebut
sosiologi sastra. Sosiologi sastra adalah suatu pendekatan sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya. Sesuai dengan tujuan sosiologi
sastra yang dikeukakan oleh Ratna 2003:11, yaitu meningkatkan pemahaman terhadap sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, menjelaskan bahwa rekaan tidak
berlawanan dengan kenyataan. Karya sastra jelas didekonstruksikan secara imajinatif, tetapi kerangka imajinatifnya tidak bisa dipahami di luar kerangka empirisnya. Karya
sastra bukan semata-mata gejala individual, tetapi juga gejala sosial. Pendapat lain dikemukakan oleh Zerafta. Menurut Zerafta,bentuk dan isi
karya sastra sebenarnya lebih banyak diambil dari fenomena sosial dibandingkan seni lain Fananie, 2001:194. Karenanya, karya sastra seringkali tampak terikat dengan
momentum khusus dalam sejarah masyarakat. Pandangan ini didukung pula oleh Mahayana 2007:311 yang mengemukakan bahwa sastra sejatinya bukanlah sekedar
menampilkan sebuah dunia rekaan, bukan pula semata-mata menghadirkan peristiwa- peristiwa imajinatif. Ia dapat diperlakukan sebagai potret sosial jika di dalamnya
terungkap problem dan kegelisahan yang terjadi dalam kehidupan kemasyarakatan. Dengan demikian, sastra dapat dipandang sebagai dokumen sosial; sebagai cermin
Universitas Sumatera Utara
masyarakat atau pantulan hasrat terpendam dan semangat individu atau komunitas yang mungkin menjadi harapan sastrawannya.
Novel BDSHKC merupakan novel yang menggambarkan kejadian mengenai kuli kontrak di Sumatera Timur pada masa pemerintahan kolonial Belanda tersebut.
Situasi yang digambarkan penulis dalam novel ini merupakan gambaran kekerasan yang dialami oleh buruh kuli kontrak. Walaupun novel ini seolah-olah fakta sejarah
yang dapat dijadikan bahan studi sejarah, namun novel ini tetap fiksi. Hal ini dikarenakan sifat karya sastra itu bersifat imajinasi. Realitas yang sesungguhnya
kerapkali sudah dimanipulasi, direkontruksi pengarang untuk tujuan tertentu. Dari sisi lain, digunakan juga teori kekerasan untuk memaknai novel ini.
Kekerasan KBBI, 2003:550 adalah paksaan, perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan
kerusakan fisik atau barang orang lain. Memang istilah kekerasan memiliki pengertian yang sangat luas. Kebanyakan orang menganggap kekerasan hanya dalam
konteks yang sempit, yakni seperti perang, pembunuhan, atau kekacauan saja, padahal kekerasan itu bentuknya bermacam-macam. Fenomena yang dapat
dikategorikan dalam kekerasan seperti ini banyak sekali jumlahnya. Jika orang beranggapan bahwa setiap tindakan yang mengganggu fisik atau kondisi psikologis
seseorang adalah satu bentuk kekerasan, maka rasisme dan kemiskinan dapat juga dianggap sebagai kekerasan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Windhu, kekerasan berarti mengandung tekanan dan desakan yang keras. Kekerasan ini membawa paksaan dan tekanan Fananie, 2001:194. Tidak jauh
berbeda dengan pendapat Poerwandari yang mengemukakan bahwa: Kekerasan adalah semua bentuk tindakan, intensional dan ataupun karena
pembiaran dan kemasabodohan yang menyebabkan manusia lain mengalami luka, sakit, penghancuran, bukan cuma dalam artian fisik. Kekerasan yang
dimaksudkan dapat dilakukan oleh individu, oleh kelompok, mungkin oleh negara baik oleh aparatnya, maupun sebagai suatu sistem, dapat dilakukan
oleh orang-orang yang dekat dengan korban maupun yang tidak dikenal korban, dapat merupakan suatu bentuk penyelesaian masalah personal, bentuk
rekayasa kelompok, produk kebencian suku dan agama, dan sebagainya. Termasuk di dalamnya kekerasan laki-laki terhadap lain, individu atau
kelompok, kekerasan laki-laki masyarakat terhadap perempuan, mungkin pula kekerasan perempuan terhadap manusia lain, tidak mustahil pula
kekerasan manusia terhadap dirinya sendiri melalui mutilasi, masokisme, atau pembunuhan diri. Pitaloka, 2004:11
Oleh karena itu, kekerasan dalam hal ini, bukanlah dalam pengertian yang sempit saja, melainkan pengertian yang lebih luas sebagaimana yang dipaparkan oleh
Galtung. Menurut Galtung, kekerasan terjadi bila manusia dipengaruhi sedemikian rupa sehingga realisasi jasmani dan mental aktualnya berada di bawah realisasi
potensialnnya Windhu, 1992:64. Kekerasan di sini didefiniskan sebagai penyebab perbedaan antara yang potensial dan yang aktual.
Oleh karena itu, kekerasan dalam hal ini, bukanlah dalam pengertian yang sempit saja, melainkan pengertian yang lebih luas sebagaimana yang dipaparkan oleh
Galtung Salmi, 2003:31. Kekerasan menurut Galtung ada empat kategori. Pertama, kekerasan langsung direct violence yaitu kekerasan yang mengacu kepada tindakan
menyerang fisik atau psikologis seseorang secara langsung. Yang termasuk dalam
Universitas Sumatera Utara
kategori ini adalah semua bentuk pembunuhan homocide dan juga semua bentuk tindakan paksa atau brutal yang menyebabkan penderitaan fisik dan psikologis
seseorang, misalnya pengusiran paksa, penculikan, penyiksaan, dan pemerkosaan. Kedua, kekerasan tidak langsung indirect violence yaitu tindakan yang
membahayakan manusia, bahkan kadang-kadang sampai membunuh, namun tidak melibatkan hubungan langsung antara korban dan pihak yang bertanggungjawab atas
tindakan kekerasan tersebut. Ketiga, kekerasan represif repressive violence yaitu kekerasan yang walaupun tidak membahayakan kehidupan manusia, namun
merupakan pelanggaran berat dalam mengekang kebebasan, martabat manusia, dan kesamaan hak bagi setiap manusia. Kekerasan represif ini terkait dengan hak sipil,
seperti kebebasan berpikir, kebebasan bergerak,dan kesamaan di depan hukum. Keempat, kekerasan alienatif alienating violence yaitu merujuk pada pencabutan
hak-hak individu yang lebih tinggi, misalnya hak perkembangan emosional, budaya, dan intelektual. Salah satu bentuk kekerasan alienatif adalah ethnocide, yakni
kebijakan atau tindakan yang mengubah kondisi material atau sosial menjadi di bawah satu identitas kultural kelompok tertentu, misalnya masalah rasisme.
Untuk menjelaskan, mengungkapkan kekerasan yang terdapat pada novel BDSHKC karya Emil W. Aulia digunakan pandangan Galtung tersebut di atas tentang
kekerasan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN SOSIAL POLITIK PERKEBUNAN TEMBAKAU
DI SUMATERA TIMUR
2.1 Sejarah Penjajahan Kolonial Belanda di Indonesia