Dukungan keluarga Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas 66

stress dan kondisi lainnya. Agama atau keyakinan spiritual dan pengalaman dapat menjadi instrumen dalam menolong lanjut usia dalam menghadapi takut Hall, 1997 dalam Luecknotte, 2000. Spiritualitas ini merupakan karakteristik hubungan spiritualitas dengan Tuhan Hamid, 1999. Dari hasil penelitian juga memperlihatkan hubungan yang harmonis antara responden dengan orang lain baik petugas kesehatan maupun sesama lansia karena sebagian besar responden 64 mendapat perhatian dari petugas kesehatan dan teman sesama lansia, dan saling berbagi pengalaman. Sesuai dengan pendapat Suprapti dalam Sulistyawati, 2006 yang menjelaskan bahwa posyandu lansia menjadi jawaban bagi keinginan sebagian besar lansia untuk bertemu dengan teman-teman lansia untuk berbagi cerita. Bahan pembicaraan apa pun bisa bergulir dalam pertemuan posyandu, mulai dari cara pencegahan penyakit, anak, hingga cucu mereka. Spiritualitas ini merupakan karakteristik hubungan spiritualitas dengan alam dan orang lain Hamid, 1999. Hubungan ini lahir dari kebutuhan akan keadilan dan kebaikan, menghargai kelemahan dan kepekaan orang lain, rasa takut akan kesepian, keinginan dihargai dan diperhatikan. Dengan demikian apabila seseorang mengalami kekurangan atau mengalami stress maka orang lain dapat memberi bantuan psikologis dan sosial Carm Carm, 2000.

c. Dukungan keluarga Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas 66

responden tinggal bersama suamiistri, anak dan cucu tabel 5.3. Sebagian dari responden yang tinggal dengan keluarga pernah menerima nasehat untuk memeriksakan kesehatannya dan responden kadang-kadang diantar oleh anggota keluarga ke posyandu lansia tabel 5.3. Hal ini sesuai dengan pendapat Noelker 1994 dalam Lueckenotte, 2000 bahwa anggota keluarga Universitas Sumatera Utara umumnya terlibat dalam pembuatan keputusan mengatur pelayanan sosial dan mengakses pelayanan kesehatan pada lanjut usia. Dukungan keluarga merupakan suatu proses hubungan antara keluarga dan lingkungan sosialnya Kane, 1988 dalam Friedman, 1998. Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh lanjut usia untuk menikmati kehidupan di hari tua. Dukungan ini dapat berupa anjurannasehat untuk mengingatkan lansia memeriksakan kesehatannya dan mengajak lansia untuk berdiskusi dan memberi petunjuk dalam mengambil keputusan dalam memilih pengobatan Kuntjoro, 2002. Keluarga berperan sebagai sistem pendukung yang kuat bagi anggota- anggota keluarga khususnya dalam penanganan masalah kesehatan keluarga. Keluarga berpengaruh terhadap perkembangan perilaku hidup sehat seseorang, untuk berespon terhadap penyakit dan bagaimana pemanfaatan pelayanan kesehatannya Litman, 1974 dalam Stone, McGuire, Eigsti, 1998. Keliat 1997 juga berpendapat bahwa respon seseorang terhadap pengobatan banyak sedikitnya ditentukan oleh faktor keluarga dalam memberikan reaksi terhadap penyakit yang dideritanya. Begitu juga dengan pendapat WHO dalam Alisyahbana 1998 bahwa pendekatan melalui keluarga Family centerd approach merupakan cara yang efektif dan efisien dalam promosi kesehatan. Dapat diasumsikan bahwa anggota keluarga berpengaruh dalam penggunaan posyandu lansia dalam peningkatan kesehatan lansia. d. Sistem organisasi kemasyarakatan Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas 92 responden mendapat pelayanan yang cepat dari petugas kesehatan dan responden 88 menerima Universitas Sumatera Utara pelayanan sesuai dengan jadwal dan kebutuhan yang telah ditetapkan dan peralatan yang digunakan oleh Posyandu lansia sudah lengkap tabel 5.3. Semakin baik sikap petugas dalam memberikan pelayanan kesehatan besar pengaruhnya terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan serta mempengaruhi persepsi masyarakat akan pelayanan kesehatan yang diberikan dan cenderung mengikuti suatu program secara baik Bintang, 1989. Hasil studi Notoatmodjo 1990 sikap responden yang positif tentang posyandu berhubungan dengan keteraturan penggunaan posyandu. Maka untuk dapat terselenggarnyanya pelayanan yang bermutu, suasana pelayanan yang nyaman harus dapat dipertahankan. Dapat diasumsikan bahwa sistem organisasi dalam puskesmas mempengaruhi lansia dalam memanfaatkan posyandu lansia. Organisasi sosial ini menyangkut organisasi yang ada pada puskesmas sebagai penyedia dan pelaksana kegiatan-kegiatan pengobatan maupun prevensi penyakit terhadap komuniti- komuniti yang ada disekitarnya Kalangie, 1994. Dimana sistem organisasi sosial ini merupakan sistem sosial yang terbentuk karena adanya kebutuhan dari masyarakat itu sendiri yang bertujuan agar dapat beradaptasi terhadap lingkungannya yang didalamnya terdapat aktivitas-aktivitas yang dibentuk dan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri Koentjaraningrat, 1990. e. Sistem mata pencaharian hidup Hasil penelitian ini menunjukkan responden pada umumnya memiliki tingkat pendapatan yang sangat rendah dibawah UPM lihat tabel 5.1 bahkan tidak mempunyai mata pencaharian, hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Universitas Sumatera Utara Suardiman 2001 yang mengatakan bahwa lanjut usia salah satunya ditandai dengan menurunnya produktivitas kerja, memasuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaaan utama yang berakibat pada menurunnya pendapatannya. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor ini sangat mempengaruhi lansia untuk lebih memanfaatkan posyandu lansia lihat tabel 5.6. Hal ini diasumsikan karena semua respoden tidak mengeluarkan biaya untuk pengobatan sehingga tidak mempengaruhi anggaran belanja keluarga dari responden. Begitu juga dengan fasilitas yang tersedia dari program posyandu lansia yang mayoritas tidak memerlukan biaya sehingga tidak membebankan lansia dari segi keuangan. Hasil penelitian ini senada dengan penelitian oleh Ongko 1988 dalam Tukiman, 1994 tentang demand masyarakat ke balai kesehatan masyarakat salah satunya dipengaruhi oleh faktor harga. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Siregar 2004 di Puskesmas Belawan, Mandala dan Petisah yang menunjukkan bahwa responden di puskesmas belawan dengan frekuensi kunjungan empat kali lebih tinggi dari pada di puskesmas mandala dan Petisah. Perbedaan ini terkait dengan perekonomian masyarakat di ketiga wilayah tersebut, dimana jumlah masyarakat dengan pendapatan rendah di kecamatan Belawan lebih banyak dibanding dua kecamatan lainnya, pemilihan puskesmas salah satunya karena pelayanan kesehatan dasar yang bebas biaya. Individu akan lebih mudah memanfaatkan suatu pelayanan kesehatan apabila pelayanan yang diberikan bebas biaya Marr Giebing, 2001. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan faktor-faktor sosial budaya pendidikan, spiritualitas, dukungan keluarga, sistem organisasi sosial, dan sistem mata pencaharian mempengaruhi pemanfaatan posyandu lansia. Dan faktor yang lebih Universitas Sumatera Utara dominan dalam mempengaruhi pemanfaatan posyandu lansia adalah sistem mata pencaharian. 2.2. Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia. Berdasarkan tabel distribusi frekwensi dan persentase tentang pemanfaatan posyandu lansia lihat tabel 5.4 terlihat bahwa responden memanfaatkan sebagian besar fasilitas yang disediakan di posyandu lansia 63.27 dengan kategori pemanfaatan posyandu lansia lihat tabel 5.5 terlihat bahwa pemanfaatan posyandu lansia oleh mayoritas responden pada tingkat sedang 82. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden melakukan pengobatan 100, mengikuti penyuluhan 74, mengukur TBBB dan TD 100. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Hartiningsih 2001 yang menunjukkan bahwa kebutuhan lansia terhadap pelayanan kesehatan adalah penyuluhan, pemeriksaan badan secara berkala, pengobatan. Begitu juga dengan penelitian oleh Ambarwati 2002 mengenai pendapat lansia mengenai posyandu lansia yang menunjukkan persepsi yang positif dengan pendapat responden mengenai pengukuran BB sebesar 81,33, pemeriksaan TD 81,56, pengobatan 75,99. Hasil penelitian juga menunjukkan mayoritas responden 70 berkunjung ke posyandu karena sakit tabel 5.4. Hal ini diasumsikan kebanyakan dari responden hanya mengetahui tujuan posyandu sebagai pengobatan penyakit. Dari semua pernyataan, ada 2 pernyataan yang sama sekali tidak dilakukan oleh semua responden yaitu pemeriksaan darahurine dan pengukuran mental. Tidak dilakukannya kedua pemeriksaan ini dapat disebabkan perlunya biaya dalam pemeriksaan tersebut dimana dari karakteristik responden menunjukkan responden mayoritas mempunyai tingkat penghasilan yang rendah dibawah UPM lihat tabel 5.1 sehingga mempengaruhi dalam memanfaatkan suatu program pelayanan kesehatan yang memerlukan biaya. Dan mayoritas responden 76 juga tidak mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam posyandu lansia karena sebagian responden tidak pernah mendapatkan informasi mengenai posyandu lansia dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di posyandu lansia lihat tabel 5.3. Hal ini diasumsikan karena tingkat pengetahuan responden yang rendah. Sesuai dengan hasil penelitian Notoatmodjo, dkk 1990 dalam Tukiman, 1994 menunjukkan pengetahuan berhubungan dengan tinggi rendahnya penggunaan posyandu semakin banyak informasi yang diterima oleh masyarakat tentang pelayanan kesehatan semakin baik persepsi terhadap pelayanan kesehatan tersebut. Effendi 1998 juga mengatakan pengetahuan individu tentang pentingnya untuk mempertahankan kesehatan juga diperlukan agar individu memiliki persepsi yang positif terhadap pelayanan kesehatan sehingga ia mau memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada dengan optimal. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN