pelaksana program ini disebabkan karena kebijakan konservasi energi merupakan hal yang baru bagi mereka dimana dalam melaksanakan program ini
membutuhkan kemampuan yang khusus, paling tidak mereka harus menguasai teknik-teknik kelistrikan.Informasi merupakan sumberdaya penting bagi
pelaksanaan kebijakan. Ada dua bentuk informasi yaitu informasi mengenai bagaimana cara
menyelesaikan kebijakanprogram serta bagi pelaksana harus mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan dan informasi tentang data pendukung kepetuhan
kepada peraturan pemerintah dan undang-undang. Kenyataan dilapangan bahwa tingkat pusat tidak tahu kebutuhan yang diperlukan para pelaksana
dilapangan.Kekurangan informasipengetahuan bagaimana melaksanakan kebijakan memiliki konsekuensi langsung seperti pelaksana tidak
bertanggungjawab, atau pelaksana tidak ada di tempat kerja sehingga menimbulkan inefisien.Implementasi kebijakan membutuhkan kepatuhan
organisasi dan individu terhadap peraturan pemerintah yang ada. Sumberdaya lain yang juga penting adalah kewenangan untuk menentukan bagaimana program
dilakukan, kewenangan untuk membelanjakanmengatur keuangan, baik penyediaan uang, pengadaan staf, maupun pengadaan supervisor. Fasilitas yang
diperlukan untuk melaksanakan kebijakanprogram harus terpenuhi seperti kantor, peralatan, serta dana yang mencukupi. Tanpa fasilitas ini mustahil program dapat
berjalan.
3. Disposisi sikap
Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap implementor. Jika implemetor setuju dengan bagian-bagian isi dari
kebijakan maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi
akan mengalami banyak masalah.Ada tiga bentuk sikaprespon implementor terhadap kebijakan;kesadaran pelaksana, petunjukarahan pelaksana untuk
merespon program kearah penerimaan atau penolakan, dan intensitas dari respon tersebut.Para pelaksana mungkin memahami maksud dan sasaran program namun
seringkali mengalami kegagalan dalam melaksanakan program secara tepat karena mereka menolak tujuan yang ada didalamnya sehingga secara sembunyi
mengalihkan dan menghindari implementasi program.Disamping itu dukungan para pejabat pelaksana sangat dibutuhkan dalam mencapai sasaran program.
Dukungan dari pimpinan sangat mempengaruhi pelaksanaan program dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Wujud dari dukungan pimpinan
ini adalah Menempatkan kebijakan menjadi prioritas program, penempatan pelaksana dengan orang-orang yang mendukung program, memperhatikan
keseimbangan daerah, agama, suku, jenis kelamin dan karakteristik demografi yang lain. Disamping itu penyediaan dana yang cukup guna memberikan insentif
bagi para pelaksana program agar mereka mendukung dan bekerjasecara total dalam melaksanakan kebijakanprogram.
4. Struktur Birokrasi bereaucratic structure
Membahas badan pelaksana suatu kebijakan, tidak dapat dilepaskan dari struktur birokrasi. Struktur birokrasi adalah karakteristik, norma-norma, dan pola-
pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka
miliki dalam menjalankan kebijakan.
1.5.3.Kurikulum 2013 1.5.3.1. Pengertian Kurikulum
Menurut Hilda Taba, Kurikulum adalah sebuah rancangan pembelajaran, yang disusun dengan mempertimbangkan berbagai hal mengenai proses
pembelajaran serta perkembangan individu. Sedangkan Ronald C. Doll 1964:15 menjelaskan bahwa kurikulum merupakan keseluruhan pengalaman yang
ditawarkan pada anak-anak peserta didik di bawah arahan dan bimbingan sekolah. Dr. Dede Rosyada, M.A. 2004:26 mengatakan bahwa kurikulum
merupakan inti dari sebuah penyelenggaraan pendidikan. Murray Print. mendefinisikan Kurikum sebagai semua ruang pembelajaran terencana yang
diberikan kepada siswa oleh lembaga pendidikan dan pengalaman yang dinikmati oleh siswa saat kurikulum itu terapkan.
Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.Kurikulum adalah
suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa.Dengan program itu, para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga terjadi
perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan
bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar.
1.5.3.2. Fungsi Kurikulum
Kurikulum dalam pendidikan memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Fungsi
kurikulum dalam pendidikan tidak lain merupakan alat untuk mencapai tujuan pendididkan. Dalam hal ini, alat untuk menempa manusia yang
diharapkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pendidikan suatu bangsa dengan bangsa lain tidak akan sama karena setiap bangsa dan
Negara mempunyai filsafat dan tujuan pendidikan tertentu yang dipengaruhi oleh berbagai segi, baik segi agama, idiologi, kebudayaan,
maupun kebutuhan Negara itu sendiri. Dengan demikian, dinegara kita tidak sama dengan Negara-negara lain, untuk itu, maka:
a. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional,
b. Kuriulum merupakan program yang harus dilaksanakan oleh guru dan
murid dalam proses belajar mengajar, guna mencapai tujuan-tujuan itu, c.
kurikulum merupakan pedoman guru dan siswa agar terlaksana proses belajar mengajar dengan baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
2. Fungsi Kurikulum Bagi Sekolah yang Bersangkutan Kurikulum Bagi Sekolah
yang Bersangkutan mempunyai fungsi sebagai berikut: a.
Sebagai alat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan b.
Sebagai pedoman mengatur segala kegiatan sehari-hari di sekolah tersebut, fungsi ini meliputi:
1 Jenis program pendidikan yang harus dilaksanakan
2 Cara menyelenggarakan setiap jenis program pendidikan
3 Orang yang bertanggung jawab dan melaksanakan program
pendidikan. http:id.wikipedia.orgwikiKurikulum.
1.5.3.3. Kurikulum 2013
Pada tahun ajaran baru 20132014 pemerintah menetapkan diberlakukannya kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013 menggantikan KTSP.
Penyusunan Kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan pengembangan KBK yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, dimana
kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah
disepakati Sisdiknas, 2012. Penyusunan kurikulum 2013 juga menitikberatkan pada penyederhanaan,
tematik-integratif mengacu pada kurikulum 2006 KTSP. Dimana ada beberapa permasalahan di antaranya;
1. Konten kurikulum yang masih terlalu padat, ini ditunjukkan dengan
banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak;
2. Belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi
dan tujuan pendidikan nasional; 3.
Bompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan; beberapa kompetensi yang dibutuhkan
sesuai dengan perkembangan kebutuhan misalnya pendidikan karakter,
metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan belum terakomodasi di dalam kurikulum;
4. Belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada
tingkat lokal, nasional, maupun global; 5.
Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang
beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru;
6. standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis
kompetensi proses dan hasil dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala; dan
7. KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak
menimbulkan multi tafsir. Dalam alasan-alasan tersebut ada faktor kompetensi masa depan, dimana lulusan harus mampu berkomunikasi,
berpikir jernih dan kritis, mampu mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan.
Disini terlihat bahwa lulusan yang lahir dari penerapan kurikulum berbasis karakter ini dapat menjadi lulusan yang hebat dan mampu bersaing di dunia
internasional jika kurikulum dijalankan dengan baik dan benar oleh semua pihak yang bersangkutan.
1.5.3.4. Proses Pembelajaran Kurikulum 2013
Proses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intra- kurikuler dan pembelajaran ekstra-kurikuler.
1. Pembelajaran intra kurikuler adalah proses pembelajaran yang berkenaan
dengan matapelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat. Pembelajaran didasarkan pada prinsip berikut :
a. Proses pembelajaran intra-kurikuler Proses pembelajaran di SDMI
berdasarkan tema sedangkan di SMPMTS, SMAMA, danSMKMAK berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
dikembangkan guru. b.
Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif untuk menguasai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat
yang memuaskan excepted. 2.
Pembelajaran ekstra-kurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran
terjadwal secara rutin setiap minggu.Kegiatan ekstra-kurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan.Pramuka adalah kegiatan ekstra-kurikuler
wajib. Kegiatan ekstra-kurikuler adalah bagian yang tak terpisahkan dalam
kurikulum.Kegiatan ekstra-kurikuler berfungsi untuk: a.
Mengembangkan minat peserta didik terhadap kegiatan tertentu yang tidak dapat dilaksanakan melalui pembelajaran kelas biasa.
b. Mengembangkan kemampuan yang terutama berfokus pada
kepemimpinan, hubungan sosial dan kemanusiaan, serta berbagai ketrampilan hidup.
Kegiatan ekstra-kurikuler dilakukan di lingkungan: a.
Sekolah
b. Masyarakat
c. Alam
Kegiatan ekstra-kurikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan sebagai unsur pendukung kegiatan intra-kurikuler.
I.5.4. Implementasi Kurikulum 2013
Implementasi kurikulum adalah usaha bersama antara Pemerintah dengan pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah kabupatenkota.
1. Pemerintah bertanggung jawab dalam mempersiapkan guru dan kepala
sekolah untuk melaksanakan kurikulum. 2.
Pemerintah bertanggungjawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum secara nasional.
3. Pemerintah propinsi bertanggungjawab dalam melakukan supervisi dan
evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait. 4.
Pemerintah kabupatenkota bertanggungjawab dalam memberikan bantuan profesional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan
kurikulum di kabupatenkota terkait. Strategi Implementasi Kurikulum terdiri atas:
1. Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan 2. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
3. Pengembangan buku siswa dan buku pegangan 4. Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan
pengembanganbudaya sekolah budaya kerja guru terutama untuk SMA dan SMK.
5. Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan kesulitan dan masalah implementasi dan upaya penanggulangan.
Dalam kurikulum 2013, guru dituntut untuk secara profesional merancang pembelajaran afektif dan bermakna, mengorganisasikan pembelajaran, memilih
pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan.
Berkaitan dengan hal tersebut akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut : 1.
Merancang pembelajaran secar efektif dan bermakna. Implementasi kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum, dalam
pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik.Hal tersebut menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan
menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan.
Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek pedagigis, psikologi, dan didaktis
secara bersamaan. 2. Mengorganisasikan pembelajaran.
Implementasi kurikulum 2013 menuntut guru untuk mengorganisasikan pembelajaran secara efektif. Sedikitnya terdapat lima hal yang perlu
diperhatikan berkaitan dengan pengorganisasian pembelajaran dalam implementasi kurikulum 2013, yaitu pelaksanaan pembelajaran, pengadaan
dan pembinaan tenaga ahli, pendayagunaan tenaga ahli dan sumber daya masyarakat, serta pengembangan dan penataan kebijakan.
3. Memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran. Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam pembelajaran
dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pendekatan tersebut antara lain pembelajaran kontekstual contextual teaching and learing, bermain
peran, pembelajaran partisipatif participative teaching and learning, belajar tuntas mastery learning, dan pembelajaran konstruktivisme
constructivism teaching and learning. 4. Melaksanakan pembelajaran, pembentukan kompetensi, dan karakter.
Pembelajaran dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2013 merupakan keseluruhan proses belajar, pembentukan kompetensi dan
karakter peserta didik yang direncanakan. Untuk kepentingan tersebut maka kompetensi inti, kompetensi dasar, materi standart, indikator hasil
belajar, dan waktu yang harus ditetapkan sesuai dengan kepentingan pembelajaran sehinga peserta didik diharapkan memperoleh kesempatan
dan pengalaman belajar yang optimal. Dalam hal ini, pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Pada umumnya kegiatan pembelajaran mencangkup kegiatan awal
atau pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan karakter, serta kegiatan akhir atau penutup.
Implementasi yang efektif merupakan hasil dari interaksi antara strategi implementasi, struktur kurikulum, tujuan pendidikan, dan kepemimpinan kepala
sekolah.Oleh karena itu, pengoptimalan implementasi kurikulum 2013 diperlukan
suatu upaya strategis untuk mensinergikan komponen-komponen tersebut, terutama guru dan kepala sekolah dalam membudayakan kurikulum.
Membudayakan kurikulum dapat diartikan bahwa implementasi kurikulum tersebut masuk dalam budaya sekolah, yang merefleksikan nilai-nilai dominan,
norma-norma, dan keyakinan semua warga sekolah, baik peserta didik, guru, kepala sekolah, maupun tenaga kependidikan lain.
1.6.Definisi Konsep
Menurut Singarimbun 1995:33, konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian,
keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya
interpretasi ganda dari variabel yang diteliti.Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan merupakan suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan dengan harapan akan memperoleh
suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran dari suatu kebijakan itu sendiri.
2. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan pengembangan KBK yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal
35, dimana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan
standar nasional yang telah disepakati. 3.
Implementasi Kurikulum 2013 Implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia No. 59 Tahun 2014Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah AtasMadrasah Aliyah studi kasus di SMAN 3 Medan
adalah model implementasi kebijakan George Edward. Yaitu terdiri dari :
a Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari
komunikator kepada komunikan. Sementara itu, komunikasi kebijakan berarti proses penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan
kepada pelaksana kebijakan. b
Sumber Daya resources: merupakan segala sumber yang dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijakan.
Sumber daya ini mencakup sumber daya manusia, anggaran, fasilitas, informasi dan kewenangan.
c Disposisi disposisition merupakan sikap penerimaan atau penolakan
dari agen pelaksana kebijakan yang sangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik.
d Struktur Birokrasi bureucratis structure adalah susunan atau
hubungan tiap bagian baik dari posisi maupun tugas yang ada dalam birokrasi itu sendiri.
1.7 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika laporan ini ditulis dalam enambab yang terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,kerangka teori, definisi
konsep, dan sistematika laporan.
BAB II METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan gambaran umum mengenai daerah penelitian yang meliputi keadaan geografis, kependudukan, sosial, ekonomi,
dan pemerintahan.
BAB IV PENYAJIAN DATA
Bab ini membahas tentang hasil data-data yang diperoleh di lapangan.
BAB V ANALISIS DATA
Bab ini memuat analisa dari data pada Bab IV untuk selanjutnya memberikan interpretasinya. Bab ini merupakan penjelasan dan
penguatan terhadap temuan dengan cara mengutip pendapat- pendapat dari informan yang dianggap kredibel, selanjutnya
membandingkan dengan hasil penelitian yang ada sebagai interpretasinya.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran-saran yang dianggap perlu sebagai
rekomendasi kebijakan.
BAB II METODE PENELITIAN
II.1 Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.Penelitian deskriptif menurut Singarimbun dimaksudkan
untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu dengan mengembangkan konsep dan menghimpun data, tetapi tidak melakukan pengujian
hipotesa. Adapun alasan peneliti menggunakan bentuk penelitian deskriptif
kualitatif adalah memaparkan atau mendeskripsikan bagaimana impelementasi kurikulum 2013 di SMAN 3 Medan.
II.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan suatu tempat yang akan diteliti dalam mencari dan mengumpulkan data berguna dalam penelitian. Penelitian ini
dilakukan pada SMA Negeri 3 Medan, Jl. Budi Kemasyarakatan No. 3 Medan.
II.3. Informan Penelitian
Menurut Suyanto 2005 :17 Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya, oleh karena itu pada penelitian
kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian ini
menjadi informasi yang akan memberikan berbagai informasi yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian.
Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat terpercaya baik
berupa pernyataan, keterangan atau data-data yang dapat membantu dalam memahami persoalan tersebut.
Menurut Suyanto 2005 : 172 informan penelitian beberapa macam, yaitu: 1.
Informan kunci merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian yaitu Kepala Bidang
Kurikulum SMA Negeri 3 Medan yaitu Bapak Mahmun Zulkifli, S.Pd, M.Si.
2. Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi
sosial yang diteliti yaitu guru bidang studi Bahasa Inggris SMA Negeri 3 Medan yaitu Ibu Ruwaida Sulaiman dan Siti Zulfah.
3. Informan tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi
walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti yaitu Murid SMAN 3 Medan.
II.4. Teknik Pengumpulan Data
Data adalah rekaman atau gambaran ataupun keterangan tentang suatu hal atau fakta. Selain itu data juga dapat diartikan sebagai informasi baik berupa
gambar ataupun suara tentang sesuatu hal yang bersifat nyata dan akurat dan dapat dibuktikan kebenarannya.
Dalam Penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dibagi menjadi dua cara , yaitu :
A. Teknik pengumpulan Data Primer merupakan data yang diperoleh melalui
kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data yang lengkap dan barkaitan dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data
primer dilakukan dengan instrument sebagai berikut : 1.
Wawancara Wawancara ialah suatu bentuk komunikasi ataupun interaksi yang
dilakukan oleh seorang peneliti ataupun subjek penelitian dengan seorang informan untuk mengumpulkan informasi dan data suatu lokasi ataupun
suatu hal yang bersifat fakta. 2.
Metode Kuisioner Teknik pengumpulan data melalui pemberian daftar pertanyaan secara
tertutup kepada responden yang dilengkapi dengan berbagai alternatif jawaban. Respondennya adalah siswa di SMA Negeri 3 Medan.
3. Observasi lapangan
Merupakan suatu bentuk ataupun tindakan untuk mencari dan mengumpulkan data dan informasi dengancara terjun langsung ke
lapangan dan melihat sendiri situasi dan kondisi serta keadaan di lokasi penelitian tersebut. Kemudian dari kegiatan observasi tersebut peneliti
akan membuat catatan ataupun gambar nyata dari lokasi penelitian tersebut.
B. Teknik pengumpulan Data Sekunder yaitu teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui pengumpulan bahan kepustakaan yang dapat
mendukung data primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan sebagai instrument sebagai berikut :
1. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang
relevan objek peneliti, menyangkut masalah yang diteliti yang berhubungan dengan instansi terkait dari Kepala Sekolah SMA Negeri 3
Medan sehubungan dengan Implementasi Kurikulum 2013 di SMA Negeri 3 Medan.
2. Studi kepustakaan
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan berbagai literature seperti buku, majalah, jurnal, dan laporan penelitian, serta yang lainnya.
II.5. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk membuat
suatu deskripsi.
Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini adalah peneliti mengkonfirmasi seluruh data sekunder dan data primer wawancara dan
observasi dan menyajikannya dengan analisis kualitatif.Teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah
seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam satu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan seta
menafsirkannya dengan analisis dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk
membuat kesimpulan penelitian.
Menurut Miles dan Huberman 2007:174, analisis terdiri atas tiga alur
kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu:
1. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabsahan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan
2. Penyajian data; penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan
suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang meliputi: berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan.
Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih
3. Menarik kesimpulan; penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari
satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.
BAB III DESKRIPSI LOKASI
III.1. Sejarah Singkat SMAN 3 Medan
SMA Negeri 3 Medan didirikan pada tahun 1954 dan dikepalai oleh Bapak Iskandar Simanjuntak dari tahun 1954 sd 1957. Pada awal berdirinya,
lokasi SMA Negeri 3 Medan berada di Jalan Seram, kemudian pindah ke Simpang Limun tahun 1957 sd 1961, dikepalai oleh Bapak Ardion Sutan Kaliraja Siregar.
Pada tahun 1961, lokasi SMA Negeri 3 Medan dipindahkan ke Jalan Pelajar dan dikepalai oleh Bapak Hadian Abdillah dari tahun 1961 sd 1963. Kemudian dari
tahun 1963 sd 1965 lokasi SMA Negeri 3 Medan dipindahkan kembali ke Simpang Limun dan dikepalai oleh Bapak Putu Mas. Selanjutnya lokasi SMA
Negeri 3 Medan kembali lagi ke Jalan Seram mulai dari tahun 1965 sd 1976 dan Kepala Sekolahnya berturut-turut dipimpin oleh Bapak Lajim Bangun 1965 sd
1967, Bapak Drs. Kadar Efendy 1967 sd 1976, Bapak M. Daim Tanjung 1976-1977, Bapak Abdul Rahim Batubara 1977-1984, Bapak Marolop Siahaan
1984-1985, Bapak Drs. Tasrir Ismail 1985-1987, Bapak Drs. H. M. Syarif 1987-1989, Ibu Hj. Khairiyah 1989-1995, Bapak Ruslan Hasan 1995-1997,
Bapak Zamardin Arman 1997-1998, Bapak Drs. Burhanuddin Lubis 1998- 2005, Ibu Dra. Hj. Rebekka Girsang 2005-2006, dan Bapak Drs. Sahlan
Daulay, M.Pd 2006-Sekarang. Pesatnya pembangunan Kota Medan dan pertimbangan terhadap
perkembangan SMA Negeri 3 Medan pada masa yang akan datang, menyebabkan lokasi SMA Negeri 3 Medan yang berada di Jalan Seram dirasakan kurang
strategis, sehingga pada tahun 1978 lokasi SMA Negeri 3 Medan dipindahkan ke Jalan Budi Kemasyarakatan No. 3 Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan
Medan Barat. Pada awal pindahnya SMA Negeri 3 Medan di Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat dipimpin oleh Bapak Abdul Rahim
Batubara sampai dengan tahun 1984. Sampai saat ini SMA Negeri 3 Medan masih tetap eksis berada di Jalan
Budi Kemasyarakatan No. 3 Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat Kota Medan. Perjalanan panjang yang telah dilalui SMA Negeri 3 Medan
dari awal berdirnya hingga sekarang membuat SMA Negeri 3 Medan benar-benar mampu menjadi sekolah yang matang, sesuai dengan usia dan pengalaman yang
telah dilaluinya sehingga mampu melahirkan siswa-siswa yang kelak dikemudian hari menjadi orang-orang penting, sukses dan berguna ditengah-tengah
masyarakat, negara, bangsa, dan agama. Semua kesuksesan tersebut tidak lepas dari hasil jerih payah segenap guru-guru SMA Negeri 3 Medan yang ikhlas
memberikan ilmunya dan mendidik siswa-siswinya sampai sekarang. Pimpinan sekolah yang pernah bertugas di SMA Negeri 3 Medan sejak
awal berdirinya sampai dengan sekarang Tahun Pelajaran 20122013 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 : Daftar Nama Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Medan NO
NAMA KEPALA SEKOLAH PERIODE TUGAS
1. Iskandar Simanjuntak
Tahun 1954 sd Tahun 1957 2.
Sutan Kaliraja Siregar Tahun 1957 sd Tahun 1961
3. Hadian Abdillah
Tahun 1961 sd Tahun 1963 4.
Putu Mas Tahun 1963 sd Tahun 1965
5. Lajim Bangun
Tahun 1965 sd Tahun 1967 6.
Drs. Kadar Effendi Tahun 1967 sd Tahun 1976
7. M. Daim Tanjung
Tahun 1976 sd Tahun 1977 8.
Abd. Rahim Batubara Tahun 1977 sd Tahun 1984
9. Drs. Marolop Siahaan
Tahun 1984 sd Tahun 1985 10.
Drs. Tasrir Ismail Tahun 1985 sd Tahun 1987
11. Drs. H. M. Syarief
Tahun 1987 sd Tahun 1989 12.
Dra. Hj. Khairiah Tahun 1989 sd Tahun 1995
13. Ruslan Hasan
Tahun 1995 sd Tahun 1997 14.
Drs. Zamardin Abbas Tahun 1997 sd Tahun 1998
15. Drs. Burhanuddin Lubis
Tahun 1998 sd Tahun 2005 16.
Dra. Hj. Rebekka Girsang Tahun 2005 sd Tahun 2006
17. Drs. Sahlan Daulay, M.Pd
Tahun 2006 sd Sekarang
III.2. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SMA Negeri 3 Medan
Nomor statistik : 301076003002
Sekolah Nomor Pokok Sekolah : 10210856
Nasional Penyelenggara Sekolah : Pemerintah
Status : Negeri
Alamat Sekolah :
a. Jalan
: Jl. Budi Kemasyarakatan No. 3 Medan b.
Kelurahan : Pulo Brayan Kota
c. Kecamatan : Medan Barat
d. Kota
: Medan e.
Provinsi : Sumtera Utara
f. Kode Pos
: 20116 g.
Nomor Telepon : 061-6619128 h.
Website :
http:www.sman3medan.net
DATA TANAH BANGUNAN
Status bangunan : Milik Negara
Luas Tanah : 8.842 M
2
Luas Bangunan : 3.954 M
2
III.3. Tujuan dan Sasaran Sekolah
SMA ini juga memiliki tujuan serta sasaran yang harus dicapai sekolah guna untuk membuat sekolah menjadi sekolah unggulan di Sumatera Utara.
Adapun yang menjadi tujuan dari SMA Negeri 3 Medan, yaitu :
1. Terwujudnya lulusan yang beriman dan bertaqwa, menguasai IPTEK,
mampu bersaing di era global, dan dapat dapat mempertahankan budaya bangsa.
2. Tercapainya pemenuhan 8 SNP secara bertahap sesuai dengan kemampuan
dan kondisi sekolah 3.
Terwujudnya pengembangan kreativitas peserta didik baik dalam bidang akademik maupun non akademik
4. Tercapainya peningkatan keterampilan menggunakan media Teknologi
Informasi dan Komunikasi TIK 5.
Tercapainya peningkatan kemampuan guru dalam pemahaman dan implementasi SNP
6. Tercapainya peningkatan perolehan rata-rata ujian akhir nasional
7. Tercapainya peningkatan kedisiplinan dan ketertiban peserta didik dalam
mewujudkan program kesiapsiagaan 8.
Tercapainya peningkatan kuantitasdan kualitas fasilitassaranaprasarana di lingkungan sekolah.
9. Tercapainya peningkatan jumlah lulusan yang diterima di perguruan tinggi
yang terakreditasi. 10.
Tercapainya internalisasi budaya tatakrama dalam kehidupan warga sekolah
11. Tercapanya peningkatan kerjasama dengan orangtua, masyarakat sekitar,
dan institusi lain. 12.
Tercapainya peningkatan kegiatan 10 K Ketaqwaan, Kerindangan, Keindahan, Keamanan, Ketertiban, Kekeluargaan, Kebersihan,
Keterbukaan, Keteladanan dan Kenyamanan.
Dan yang menjadi Sasaran dari SMA Negeri 3 Medan, yaitu : Berdasarkan visi, misi, dan tujuan sekolah yang diuraikan di atas, sasaran SMA
Negeri 3 Medan Tahun Pelajaran 20122013 adalah sebagai berikut: Sasaran 1
: Peningkatan pemahaman dan keterampilan seluruh warga sekolah terhadap 8 SNP dan implementasinya dalam proses
pendidikan di sekolah Sasaran 2
: Peningkatan perolehan hasil belajar peserta didik, baik untuk KKM mata pelajaran maupun perolehan nilai Ujian Nasional
sehingga mencapai minimal 75 Sasaran 3
: Peningkatan disiplin seluruh warga sekolah guru, tata usaha, dan karyawan lainnya, serta peserta didik ditandai dengan
terciptanya 10 K dan kehadiran minimal 95 Sasaran 4
: Peningkatan partisipasi masyarakat dan orang tua, baik dalam dukungan moril maupun materil dengan pencapaian kehadiran
pada rapat komite sekolah dan kemampuan membayar sumbangan masing-masing mencapai minimal 90
Sasaran 5 : Pemenuhan peralatan dan bahan-bahan untuk kegiatan
praktikum pada Laboratorium Fisika, Kimia dan Biologi
Sasaran 6 : Penambahan sarana dan prasarana untuk kegiatan praktikum
pada Laboratorium Komputer, sehingga mampu menampung minimal 2 rombongan belajar
Sasaran 7 : Pemenuhan sarana dan prasarana untuk kegiatan praktikum
pada Laboratorium Bahasa, sehingga mampu menampung minimal 1 rombongan belajar
Sasaran 8 : Penambahan sarana dan prasarana, terutama pemenuhan IT
sehingga minimal 75 ruang dilengkapi perangkat IT yang terhubung dengan jaringan internet dalam upaya mendukung
program Sekolah Model Pusat Sumber Belajar PSB Sasaran 9
: Peningkatan kualitas pembelajaran melalui permbelajaran berbasis IT minimal untuk 16 mata pelajaran
Sasaran 10 : Peningkatan mutu lulusan dan jumlah lulusan yang diterima di
Perguruan Tinggi terakreditasi sehingga menacapai minimal 75
Sasaran 11 : Penataan dan pemeliharaan lingkungan sekolah dalam upaya
mewujudkan Sekolah Adiwiyata sekolah berwawasan lingkungan
Sasaran 12 Peningkatan kerjasama dan kemitraan dengan LPMP, PT,
DinasInstansi terkait, dan Dunia UsahaDunia Industri dalam bentuk kesepakatan tertulis MoU
BAB IV PENYAJIAN DATA
IV.1 Identitas Informan
Seperti yang telah diuraikan dari bab sebelumnya bahwa tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kurikulum 2013 di SMANegeri
3 Medan, mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran bidang studi bahasa inggris menurut kurikulum 2013 di SMA Negeri 3 Medan, dan mengetahui
kelemahanan pembelajaran bahasa inggris menurut kurikulum 2013 di SMA Negeri 3 Medan. Dengan demikian untuk mengetahui implementasi Kurikulum
2013 tersebut maka terlebih dahulu dikemukakan identitas informan dalam penelitian ini.
Informan yang dijadikan objek dalam penelitian di SMA Negeri 3 Medan diambil sebanyak 1 orang informan kunci Kepala Bidang Kurikulum, 2 orang
guru Bahasa Inggris dan 40 orang siswa sebagai informan tambahan. Hal ini dilakukan untuk menjamin keabsahan dan informasi yang diperoleh selama
penelitian.Berikut ini merupakan ditribusi jawaban informan tambahan atau siswa – siswi SMAN 3 Medan sebanyak 40 orang.
IV.2 Disribusi Jawaban Informan Tentang Implementasi Kurikulum 2013 Sesuai Dengan Peraturan Mentri No 59 Tahun 2015
Pada zaman globalisasi ini seluruh masyarakat khususnya kaum muda diharuskan mampu bersaing dan memiliki kemampuan yang dapat dijadikan
sebagai senjata untuk menghadapi persaingan dengan masyarakat yang berasal
dari negara atau negara yang sama dan dengan negara lain. Indonesia sebagai negara yang besar dan majemuk, mengharuskan negara ini harus memfokuskan
pada pengembangan dan peningkatan kualitas persaingan masyarakatnya salah satunya adalah melalui pendidikan. Berdasarkan hasil The Global
Competitiveness Report atau laporan persaingan globaltahun 2013 -2014 menempatkan Indonesia pada peringkat 38 dan peringkat 3 di ASEAN dan untuk
Human Development Index UNDP tahun 2014 menempatkan Indonesia diperingkat 121 dari 185 negara dengan rata – rata penduduk Indonesia hanya
mengenyam pendidikan 5,8 tahun. Sumber: www.Bloomberg.com
Berdasarkan hasil tersebut maka diperoleh informasi bahwa kemampuan dan daya saing penduduk Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan
negara lain, hal tersebut dapat tercipta dikarenakan masih lemahnya sistem pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan ketidak sesuaian kurikulum
dengan perkembangan zaman yang sudah semakin pesat berkembang. Pembangunan pendidikan di Indonesia pada dasarnya sudah dimulai dari
zaman penjajahan terbukti dengan beberapa pemuda – pemudi yang mengembangkan pendidikan di luar negeri hingga samapai ke zaman sekarang
dengan program pemerintah wajib belajar 9 tahun wajib belajar kepada setiap masyarakat Indonesia khusunya angkatan muda Indonesia. Dalam pelaksanaan
pengembangan suatu sistem pendidikan diperlukan adanya kurikulum yang dapat menjadi pantuan bagi seorang pendidik dan pelajar dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar.Di Indonesia sendiri pengenalan istilah kurikulum dimulai dari tahun 1947 dengan nama rencana pembelajaran yang terus mengalami perubahan
dan penyempurnaan hingga sampai yang terakhir adalah kurikulum 2013.
Kurikulum2013 atau Pendidikan BerbasisKarakter adalah sebuah
kurikulum baru yang dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menggantikanKurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan.Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas
materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi.Kurikulum ini menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan yang diterapkan sejak 2006 lalu. Dalam Kurikulum 2013 mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada
setiap satuan atau jenjang pendidikan.Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik dipilih sesuai dengan pilihan mereka.Kedua kelompok mata
pelajaran tersebut wajib dan pilihan terutama dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan menengah SMA dan SMK sementara itu mengingat usia
dan perkembangan psikologis peserta didik usia 7 – 15 tahun maka mata pelajaran pilihan belum diberikan untuk peserta didik SD dan SMP.
Sejak kurikulum ini mulai diuji-cobakan 15 Juli 2013 yang dilaksanakan pada sekolah piloting pada 6.236 sekolah di seluruh Indonesia. Sekolah yang telah
melaksanakan Kurikulum 2013 berkisar 3,62 dan sekolah yang belum melaksanakan Kurikulum 2013 ialah 96. Tahun 2014 pemerintah pun
menerapkan kurikulum itu di setiap satuan pendidikan di Indonesia, mulai dari SD berjumlah 116.000, SMP berjumlah 35.000, sampai ke sekolah menengah atas
SMASMKMA yang lebih dari 16. 000 sekolah. sumber :
www.padangekpres.co.id
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No 59 tahun 2014 yang mengatur
tentang kerangka dasar kurikulum, struktur kurikulum, silabus dan pedoman mata pelajaran di Sekolah Menengah AtasMadrasah Aliyah terdapat perbedaan yang
mendasar antara Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No 59 tahun 2014 dengan Peraturan Mentri 81a Tahun 2013 dimana dalam Peraturan Mentri 81a
Tahun 2013 diatur secara keseluruhan kegiatan mulai dari kurikulum sampai kegiatan siswa sedangkan di Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 59
Tahun 2014 hanya mengatur tentang kurikulum dan untuk kegiatan siswa diatur dalam Peraturan Menteri lainnya. Adapun indikator – indikator tersebut yaitu:
1. Komunikasi
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan. Sementara itu, komunikasi kebijakan berarti merupakan
proses penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan policy makers kepada pelaksana kebijakan policy implementors.Kata komunikasi sering
disamakan dengan sosialisasi dalam sebuah implementasi, dimana pengambil kebijakan dengan lembaga yang dibentuk mencoba menginformasikan atau
mensosialisasikan kepada target sosialisasi dalam upaya untuk menghidari kesalahan dalam pelaksanaan tugas yang diserahkan.
Komunikasi atau sosialisasi yang dimaksud dalam penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk menegetahui dan memahami bagaimana implementasi dari
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 59 Tahun 2014 tentang kurikulum
2013 pada jenjang SMA dan untuk membantu para siswa dan guru di SMAN 3 medan tentang kurikulum 2013.
Tabel 4.1 Distribusi Jawaban Informan Tentang Dukungan Kelanjutan
Implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 59 Tahun 2014 tentang kurikulum 2013
No. Kategori
Jumlah Informan Orang
Frekuensi
1 Setuju
30 75
2 Tidak Setuju
10 25
Jumlah 40
100 Sumber: Hasil penelitian, 2015
Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas siswa setuju sebanyak 30 orang atau 75 bahwa kurikulum 2103 dilanjutkan dengan alasan
karena informan sudah terbiasa dan merasa bahwa kurikulum 2013 ini sudah sesuai dengan kebutuhan dari siswa itu sendiri. Sedangkan sebanyak 10 orang
atau 25 menjawab tidak setuju kurikulum 2013 dilanjutkan dengan alasan kurikulum 2013 terlalu membebankan siswa untuk terus aktif dalam kegiatan
belajar. Dari hasil tersebut diperoleh kesimpulan bahwa kurikulum 2013 dapat terus dilanjutkan hanya saja diperlukan diperlukan juga perhatian terhadap beban
siswa dalam mengikuti kegiatan belajar khususnya dalam pelaksanaan metode belajar.
Kemudian dari hasil wawancara dengan informan kunci tentang kelanjutan dari kurikulum 2013, informan kunci berpendapat bahwa kurikulum 2013 ini
sangat baik dan harus dilanjutkan karena dapat mendorong siswa untuk lebih aktif
dan kreatif dalam belajar dan bagi guru agar lebih kreatif dalam menyusun konsep atau silabus mata pelajaran.
2. Sumber Daya Resources