89 88
87 b
86 85
84 83
82 81
80 ab
a b
a b
ab b
b b
b b
Kombinas i je nis is olat fungi dos is pupuk P
Gambar 4. Diagram Rata-rata Umur Panen Tanaman Kedelai
Huruf yang sama pada puncak batang menunjukkan tidak berbeda nyata =0,05 Keterangan : M0 : Tanpa fungi Kontrol
P0 : Tanpa dosis pupuk P M1 : Fungi PH1-3F
P1 : Dosis Pupuk P 0,5 g M2 : Fungi PH1-4F
P2 : Dosis Pupuk P 1g M3 : Fungi PH5-5F
Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa hasil uji Duncan rata-rata umur panen pada perlakuan kombinasi jenis isolat fungi – dosis pupuk P pada umumnya tidak
berbeda =0,05 dibandingkan dengan kontrol Lampiran 18. Hal ini berarti penambahan jenis isolat fungi dan dosis pupuk P tidak mempengaruhi umur panen
dibandingkan dengan kontrol.
4.2.4. Jumlah Polong
Pembentukan polong ditandai dengan terbentuknya polong sepanjang 5 mm pada salah satu dari tempat buku teratas pada batang. Selanjutnya polong
akan penuh dengan ditandai adanya polong sepanjang 2 cm pada salah satu dari
38
a ab
ab b
tempat buku teratas pada batang utama Pitojo, 2002. Rata-rata jumlah polong berkisar antara 6,7 – 21,2 buah Lampiran 7.
Berdasarkan hasil analisis variansi =0,05 rata-rata jumlah polong tidak berpengaruh pada perlakuan kombinasi jenis isolat fungi dan dosis pupuk P.
Perlakuan jenis isolat fungi berpengaruh terhadap jumlah polong, hal ini berarti fosfat yang diuraikan oleh fungi dapat dimanfaatkan dengan baik oleh tanaman
dalam pembentukan polong Lampiran 19.
20 18
16 14
12 10
8 6
4 2
kontrol PH1-3F
PH1-4F PH5-5F
Je nis Is olat Fungi
Gambar 5. Diagram Rata-rata Jumlah Polong Tanaman Kedelai
Huruf yang sama pada puncak batang menunjukkan tidak berbeda nyata =0,05 Keterangan : M0 : Tanpa fungi Kontrol
P0 : Tanpa dosis pupuk P M1 : Fungi PH1-3F
P1 : Dosis Pupuk P 0,5 g M2 : Fungi PH1-4F
P2 : Dosis Pupuk P 1 g M3 : Fungi PH5-5F
Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa hasil uji Duncan rata-rata jumlah polong pada semua perlakuan isolat fungi PH1-3F, PH1-4F dan PH5-5F berbeda
dibandingkan dengan kontrol Lampiran 18. Rata-rata jumlah polong yang
39
dihasilkan paling banyak diperoleh dari perlakuan inokulasi isolat fungi PH1-4F Penicillium sp.. Hal ini menunjukkan dugaan bahwa Penicillium sp. lebih
banyak dapat melarutkan fosfat yang tersedia di dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk memproduksi polong. Menurut Alexander
1997 mikroorganisme pelarut fosfat seperti fungi jenis Penicillium sp. dapat menghasilkan asam organik yang akan bereaksi dengan bahan pengikat fosfat
seperti Al
3+,
Fe
3+
, Ca
2+
dan Mg
2+
membentuk khelat organik yang stabil sehingga mampu membebaskan ion fosfat terikat dan dapat diserap oleh tanaman kedelai
untuk memproduksi jumlah polong.
4.2.5. Jumlah Biji