Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang spesifik dengan masalah potensi kebangkrutan Altman dengan menggunakan sejumlah rasio keuangan, dilakukan oleh Lufti 2005, pada evaluasi kinerja perbankan terbuka di Indonesia, dengan menggunakan laporan keuangan sektor perbankan di Bursa Efek Jakarta sebanyak 15 bank, menunjukkan bahwa potensi kebankrutan Altman berpengaruh secara nyata atas sejumlah kinerja perbankan yang mengalami kegagalan di pasar modal. Harga saham secara langsung dipengaruhi oleh tingkat kesehatan dan peluang kebangkrutan terhadap harga saham. Penelitian lanjutan tentang kesehatan dan peluang kebangkrutan dilakukan oleh Keulana 2006 di sektor perbankan dengan menggunakan pendekatan CAMELS, yang merupakan model pengukuran tingkat kesehatan dan peluang kebangkrutan lainnya, menemukan bahwa pergerakan harga saham secara signifikan dipengaruhi oleh tingkat kesehatan emiten perbankan. Beberapa penelitian lain yang menggunakan rasio keuangan untuk memprediksi tingkat kegagalan bisnis dan kebangkrutan sudah dilakukan oleh Beaver 1966, Altman 1968, Houghton 1984, Payamta dan Mas’ud 1999 dan Aryati 1999. Secara menyeluruh penelitian ini menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari potensi kebangkrutan perusahaan terhadap kinerja perusahaan dan Ailando Siregar : Pengaruh Potensi Kebangkrutan Altman Terhadap Pergerakan Harga Saham Perusahaan…, 2008 USU Repository © 2008 harga saham di pasar. Dari penelitian yang dilakukan oleh Altman 1971 selanjutnya menemukan suatu formula potensi kebangkrutan yang dikenal dengan Z-Score. Analis faktor fundamental menggunakan model diskonto dividen tunai di berbagai pasar modal Amerika dan Eropa guna memperoleh harga saham yang mispriced. Sebagaimana hal ini dilakukan oleh Reinganum 1988, terhadap New York Stock Exchange NYSE telah berhasil menemukan saham-saham yang underpriced. Dengan demikian investor atau analis yang mampu melakukan analisis diskonto dividen dengan baik akan mampu menciptakan keuntungan yang khas di pasar modal. Bukti lain yang mendukung bahwa harga saham belum menyerap informasi relevan secara keseluruhan ditemukan oleh beberapa penelitian, dimana pergerakan harga saham menuju arah yang bertolak belakang atau memberikan reaksi terlalu lambat. Penelitian ini berlangsung di pasar modal Inggeris, Belanda dan Pasar Modal Amerika Bernard: 1989, Thomas: 1990, Freeman dan Tse: 1989, Mendenhall: 1991, dan Ball: 1992. Para analis akan menentukan kelompokjenis saham yang akan dinilai, biasanya meliputi saham-saham yang termasuk pada kelompok growth stocks atau kelompok value stocks. Dengan demikian analisis faktor fundamental hanya tertuju pada suatu saham tertentu, bukan pada harga saham secara keseluruhan yang ada di bursa. Growth stocks biasanya memberikan tingkat laba yang tinggi sesuai dengan besaran risiko yang ditanggung investor. Selanjutnya dalam jangka waktu tertentu, karena pertumbuhan emiten yang tinggi dan informasi ini tidak diketahui oleh semua Ailando Siregar : Pengaruh Potensi Kebangkrutan Altman Terhadap Pergerakan Harga Saham Perusahaan…, 2008 USU Repository © 2008 investor, harga pasar sahamnya rendah undervalued. Harga pasar saham ini akan segera berubah sesuai dengan nilai intrinsik yang diperoleh jika pasar menerima informasi yang relevan. Namun demikian analis faktor fundamental meyakini bahwa informasi tersebut tidak diserap seluruhnya, karena kedatangan informasi di pasar juga tidak sekaligus. Dalam kondisi seperti ini sering terjadi suatu saham salah dihargai oleh pasar mispriced sehingga saham seperti ini menjadi peluang bagi analis faktor fundamental atau investor untuk memperoleh laba abnormal Reilly dan Brown, 2000. Basu 1983 menemukan bahwa dengan ukuran rasio harga terhadap pendapatan saham Price Earning Ratio, telah menunjukkan adanya perbedaan harga pasar saham dengan nilai intrinsik. Dalam hal ini harga pasar lebih tinggi dari pada nilai intrinsik. Akibat adanya tekanan jual dari investor, harga saham turun terlalu rendah di bawah nilai intrinsiknya. Bersamaan dengan adanya tekanan pembelian di pasar, harga saham kembali naik mendekati nilai intrinsik. Keadaan ini jelas memungkinkan bagi investor memperoleh laba abnormal jika memiliki kemampuan untuk melakukan analisis fundamental.

II.2. Analisis Fundamental