UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.6. Rencana Pengolahan dan Analisa Data
Data kuantitatif direpresentatifkan secara statistik dengan SPSS Statistical Product and Service Solution 16,0 untuk windows. Analisa data
meliputi uji normalitas, uji homogenitas,, uji parametric one-way ANOVA, Paired sample T-Test, atau uji non parametric Kruskal Wallis.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Determinasi Tanaman
Sampel sarang burung walet putih diperoleh dari Palu, Sulawesi tengah, dideterminasi di Laboratorium Ornithologi, Puslit Biologi Bidang Zoologi LIPI
Cibinong, Bogor, Jawa Barat, hasil menunjukkan bahwa sampel benar merupakan sarang burung walet putih dari burung walet putih Collocalia fuciphaga Thunberg,
1821. Hasil determinasi dapat dilihat pada lampiran 1.
4.1.2. Ekstraksi Sarang Burung Walet
Sebanyak 146 gram serbuk sarang burung walet putih diekstraksi dengan aquabidest melalui beberapa tahap. Filtrat yang diperoleh kemudian dilakukan
pengerigan dengan metode freeze dry selama 8 hari yang dilakukan di Batan, Jakarta Selatan. Didapatkan ekstrak sebanyak 5,8 gram dengan rendemen 3,9. Perhitungan
rendemen dapat dilihat pada lampiran 6.
4.1.3. Uji Kualitatif Ekstrak Air Sarang Burung Walet
Uji kualitatif ekstrak air sarang burung walet putih Collocalia fuchiphaga T. dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit aktif. Hasil uji kualitatif ekstrak air
sarang burung walet putih dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Uji Kualitatif Ekstrak Air Sarang Burung Walet Putih Collocalia
fuciphaga
Uji Kualitatif Hasil
Keterangan
Reaksi Biuret Terjadi perubahan warna dari
bening menjadi warna biru keunguan
Positif adanya protein
Reaksi Molish Terbentuk cincin ungu di
kedua cairan Positif adanya karbohidrat
Reaksi Xantoprotein
Terdapat adanya endapan putih
Positif adanya asam amino bergugus benzene
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4.1.4. Hasil Pengukuran Kadar SGPT Serum Darah
Hasil pengukuran kadar SGPT serum darah yakni pada kelompok Kontrol normal, Kelompok positif, Kelompok negatif, Kelompok uji 1 1 mgkgBB,
Kelompok uji 2 10 mgkgBB dan Kelompok uji 3 100 mgkgBB yakni dapat
dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2.
Rata-rata Kadar SGPT
Kelompok Tikus
Rata-rata SGPT UL ± SD Hari ke- 0
Hari ke- 15 Hari ke- 17
K0 152,12 ± 11,07
75,43 ± 4,53 140,41 ± 25,50
KN 97,7 ± 6,68
49,43 ± 4,93 213,98 ± 21,20
KP 123,42 ± 24,33
77,28 ± 14,07 169,95 ± 37,14
KU1 94,79 ± 3,28
52.52 ± 5,02 181,53 ± 22,14
KU2 121,31 ± 7,73
63.22 ± 8,57 113,97 ± 15,76
KU3 107,7 ± 6,75
58.09 ± 3,63 218,31 ± 17,21
Keterangan : K0 Kontrol Normal, KN Kontrol Negatif, KP Kontrol Positif, KU1 Kelompok Uji 1, KU2 Kelompok Uji 2, KU3 Kelompok Uji 3
Hasil pengukuran kadar SGPT menunjukan bahwa adanya penurunan dan peningkatan kadar SGPT antara hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-17 untuk setiap
kelompok.
Gambar 4.1. Grafik Rata-rata Kadar SGPT
50 100
150 200
250
K0 KP
KN KU1
KU2 KU3
Rata-rata SGPT Hari ke- Rata-rata SGPT Hari ke-
15 Rata-rata SGPT Hari ke-
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Persentase perubahan kadar SGPT pada hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-17 dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Persentase Perubahan Kadar SGPT
Kelompok Tikus
Perubahan kadar SGPT dari
hari ke 0 - 15 Perubahan
kadar SGPT dari hari ke 15
– 17 K0
50,42 86,17
KN 49,40
332,98 KP
37,38 119,91
KU1 44,59
245,63 KU2
47,88 80,27
KU3 46,06
275,81
Keterangan : K0 Kontrol Normal, KN Kontrol Negatif, KP Kontrol Positif, KU1 Kelompok Uji 1, KU2 Kelompok Uji 2, KU3 Kelompok Uji 3
Tanda menunjukan peningkatan dan tanda menunjukan penurunan
Data yang telah diperoleh kemudian diolah secara statistik dengan menggunakan uji Paired samples T-Test. Penurunan kadar SGPT secara bermakna
terjadi pada kelompok normal antara hari ke-0 sampai hari ke-15, dan terjadi peningkatan secara tidak bermakna jika dibandingkan antara hari ke-15 sampai hari
ke-17. Kelompok negatif terjadi penurunan kadar SGPT secara tidak bermakna antara hari ke-0 sampai hari ke-15, dan peningkatan secara bermakna terjadi antara hari ke-
15 sampai hari ke-17. Penurunan SGPT secara tidak bermakna terjadi pada kelompok positif antara hari ke-0 sampai hari ke-15, dan peningkatan secara bermakna antara
hari ke-15 sampai hari ke-17. Kelompok dosis kecil 1 mgkgBB terjadi penurunan kadar SGPT secara
bermakna p≤0,05 antara hari ke-0 sampai hari ke-15, dan peningkatan secara
bermakna terjadi antara hari ke-15 sampai hari ke-17. Kelompok dosis sedang 10 mgkgBB terjadi penurunan kadar SGPT secara bermakna antara hari ke-0 sampai
hari ke-15, dan peningkatan secara tidak bermakna antara hari ke-15 sampai hari ke- 17. Kelompok dosis tinggi 1000 mgkgBB terjadi penurunan kadar SGPT secara
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
bermakna jika dibandingkan antara hari ke-0 sampai hari ke-15, dan peningkatan secara bermakna antara hari ke-15 sampai hari ke-17.
Hal ini menunjukan bahwa ekstrak air sarang burung walet putih dapat mempengaruhi kadar SGPT dan tergantung dengan dosis. Hasil analisa statistika
dapat dilihat pada lampiran 9.
4.1.5. Hasil Pengukuran Kadar SGOT Serum Darah
Hasil pengukuran kadar SGOT serum darah yakni pada kelompok yakni kelompok Kontrol normal, Kelompok positif, Kelompok negatif, Kelompok uji 1 1
mgkgBB, Kelompok uji 2 10 mgkgBB dan Kelompok uji 3 100 mgkgBB dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Rata-rata Kadar SGOT
Kelompok Tikus
Rata-rata SGOT Hari ke- 0
Hari ke-15 Hari ke-17
K0 127,91 ± 21,53
77,90 ± 5,32 179,23 ± 35,89
KN 75,86 ± 8,74
70,47 ± 3,90 196,47 ± 34,07
KP 69,86 ± 15,79
81,17 ± 6,49 223,89 ± 41,81
KU1 76,83 ± 9,57
66,93 ± 6,80 207,88 ± 26,51
KU2 58,84 ± 11,70
86,38 ± 7,72 124,59 ± 19,91
KU3 84,26 ± 9,24
74,44 ± 2,97 243,167 ± 10,82
Keterangan : K0 Kontrol Normal, KN Kontrol Negatif, KP Kontrol Positif, KU1 Kelompok Uji 1, KU2 Kelompok Uji 2, KU3 Kelompok Uji 3
Hasil pengukuran kadar SGOT menunjukan bahwa adanya penurunan dan peningkatan kadar SGOT antara hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-17 untuk setiap
kelompok.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 4.2.
Grafik Rata-rata Kadar SGOT Persentase perubahan kadar SGOT pada hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-17
dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5.
Persentase Perubahan Kadar SGOT
Kelompok Tikus
Perubahan kadar SGOT dari
hari ke 0 - 15 Perubahan
kadar SGOT dari hari ke 15- 17
K0 39,09
130,07 KN
7,10 178,79
KP 16,18
175,82 KU1
12,88 210,59
KU2 46,80
44,23 KU3
11,65 226,66
Keterangan : K0 Kontrol Normal, KN Kontrol Negatif, KP Kontrol Positif, KU1 Kelompok Uji 1, KU2 Kelompok Uji 2, KU3 Kelompok Uji 3
Tanda menunjukan peningkatan dan tanda menunjukan penurunan
Data yang telah diperoleh kemudian diolah secara statistik dengan menggunakan uji Paired samples T-Test. Pada kelompok normal terjadi peningkatan
kadar SGOT antara hari ke-0 sampai hari ke 15 berbeda tidak bermakna. Penurunan
50 100
150 200
250
K0 KP
KN KU1
KU2 KU3
Rata-rata SGOT Hari ke- 0 Rata-rata SGOT Hari ke-15
Rata-rata SGOT Hari ke- 17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
secara bermakna terjadi antara hari ke-15 sampai hari ke-17. Penurunan pada kelompok negatif tidak berbeda secara bermakna, dan peningkatan kadar SGOT pada
kelompok negatif berbeda secara bermakna setelah dua hari pemberian parasetamol p≤0,05.
Peningkatan kadar SGOT pada kelompok positif dan dosis sedang 10 mgkgBB antara hari ke-0 sampai hari ke-15 terjadi secara tidak bermakna.
Kelompok dosis kecil dan kelompok dosis tinggi terjadi penurunan kadar SGOT secara tidak bermakna antar hari ke-0 sampai hari ke-15. Pada kelompok positif
terjadi peningkatan kadar SGOT antara hari ke-15 sampai hari ke 17 secara bermakna p≤0,05. Peningkatan kadar SGOT antara hari ke-15 sampai hari ke 17 secara
bermakna terjadi pada kelompok dosis kecil dan dosis tinggi. Peningkatan kadar SGOT pada kelompok dosis sedang antara hari ke-15 sampai hari ke 17 secara tidak
bermakna. Hal ini menunjukan bahwa ekstrak air sarang burung walet putih dapat mempengaruhi kadar SGOT dan tergantung dengan dosis. Hasil analisa statistika
dapat dilihat pada lampiran 10.
4.2. Pembahasan
Sarang burung walet merupakan salah satu makanan kesehatan yang sering dikonsumsi karena memiliki efek yang baik terhadap kesehatan. Sarang burung walet
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sarang burung walet putih, yang diperoleh dari Palu, Sulawesi Tengah. Determinasi sarang burung walet putih
dilakukan di Laboratorium Ornithologi, Puslit Biologi Bidang Zoologi LIPI Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Hasil menunjukan bahwa sarang burung walet yang
digunakan adalah benar sarang burung walet putih Collocalia fuciphaga Thunberg, 1821.
Tahap pertama dalam proses ekstraksi yaitu penyiapan simplisia dilakukan di Laboratorium Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Sebanyak 150 gram sarang burung walet putih Collocalia fuciphaga T. dibersihkan bertujuan untuk menghilangkan atau membersihkan kotoran-kotoran
yang terdapat di sarang burung walet. Kemudian dihaluskan menggunakan blender untuk memperkecil partikel dan memperluas luas permukaan agar lebih mudah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pelarut berdifusi ke dalam sampel, sehingga didapat 146 gram serbuk sarang burung walet putih Collocalia fuciphaga T.. Serbuk sarang burung walet dilarutkan dalam
4,5 liter aquabidest. Tujuan penggunaan aquabidest yaitu untuk menghindari atau meminimalisir adanya pertumbuhan bakteri selama proses ekstraksi. Kemudian
dipanaskan pada suhu 60
o
C selama 30 menit untuk mengisolasi dan memurnikan protein pada sarang burung walet Ma dan Liu, 2012. Hasil pemanasan, kemudian
dihomogenizer 800 rpm selama 30 menit dengan tujuan untuk mengoptimalisasi ekstraksi. Kemudian disonikasi selama 30 menit dengan tujuan memberikan getaran
sehingga menghasilkan efek yang menyebabkan sel pecah dan isi sel keluar Lacoma, 2009. Hasil sonikasi kemudian disaring menggunakan kain kasa untuk memisahkan
endapan. Hasil filtrat kemudian dipekatkan dengan cara pengeringan freeze dry selama 8 hari yang dilakukan di Batan, Jakarta Selatan. Hasil ekstraksi diperoleh
sebanyak 5,8 gram dengan rendemen 3,9. Uji kualitatif ekstrak air sarang burung walet putih meliputi uji reaksi biuret,
uji reaksi molish, dan uji reaksi xantoprotein. Tujuan uji kualitatif ekstrak air sarang burung walet yaitu untuk mengetahui kandungan yang terkandung dalam sarang
burung walet. Uji reaksi biuret dilakukan untuk menunjukan adanya protein pada ekstrak air sarang burung walet. Hasil pengujian berupa terbentuknya warna biru
keunguan setelah penambahan larutan NaOH dan larutan CuSO
4
. Terjadinya reaksi warna merah muda sampai violet disebut reaksi biuret sebab warna senyawa yang
terbentuk sama dengan warna senyawa biuret bila ditambah larutan natrium hidroksida dan tembaga sulfat Sumardjo, 2009.
Uji reaksi molish dilakukan untuk menunjukan adanya karbohidrat yang terdapat di ekstrak air sarang burung walet. Hasil pengujian berupa terbentuknya
cincin warna ungu di kedua cairan. Pada proses ini, karbohidrat akan mengalami hidrolisis menjadi protein sederhana dan karbohidrat. Karbohidrat yang terbentuk
dengan alfa-naftol dalam alkohol dan asam sulfat akan memberikan warna violet Sumardjo, 2009.
Uji reaksi xantoprotein merupakan uji kualitatif pada protein yang digunakan untuk menunjukan adanya gugus benzene cincin fenil. Hasil pengujian berupa
terbentuk adanya endapan putih setelah penambahan larutan HNO
3
pekat yang
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
berfungsi untuk memecahkan protein menjadi gugus benzen dan endapan berubah menjadi warna kuning setelah dipanaskan. Reaksi xantoprotein positif untuk protein
yang mengandung asam amino dengan gugus benzen seperti fenilalanin, triptofan, tirosin Sumardjo, 2009.
Hasil pengujian kualitatif menunjukan bahwa ekstrak air sarang burung walet mengandung protein, karbohidrat, dan asam amino yang mempunyai gugus benzene
seperti fenilalanin, triptofan, dan tirosin. Sarang burung walet memiliki kandungan yaitu protein 42-63, karbohidrat 10,63-27,26, lemak 0,14-1,28, abu 2,1-
7,3, dan kadar air 7,5-12,9 Lu et al., 1995; Marcone, 2005; Wang, 1921a dalam Ma dan Liu, 2012. Sarang burung walet kaya akan protein. Protein tersusun
atas 20 asam amino, 11 diantaranya dapat disintesis oleh tubuh non-esensial, dan 9 diperoleh melalui makanan esensial Suzana, 2012.
Penelitian lain juga menunjukan bahwa sarang burung walet dari Indonesia memiliki kandungan protein yang tinggi sekitar 59,8-65,8 Hamzah dalam Arsih,
2014. Menurut Marcone, 2005 sarang burung walet memiliki kandungan terbanyak asam amino yang bergugus benzen yaitu fenilalanin dan tyrosin Ma dan Liu, 2012.
Asam amino yang terdapat dalam sarang burung walet yaitu aspartate + asparagin, treonin, serin, glutamik + glutamin, glicin, alanin, valin, metionin, isoleusin, tirosin,
fenilalanin, lisin, histidin, arginine, tryptophan, sistein, prolin Lu et al., 1995; Marcone., 2005 dalam Ma dan Liu, 2012.
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 ekor tikus putih jantan galur Sprague dawley yang berusia 3-6 bulan. Tikus bergalur Sprague dawley
dipilih karena lebih ekonomis bila dibandingkan dengan tikus bergalur lainnya, lebih mudah diperoleh, memiliki sifat yang tenang, dan perkembangan tubuhnya yang
pesat. Jenis kelamin jantan dipilih sebab sistem hormonal pada jantan lebih stabil dibandingkan dengan betina sehingga meminimalkan variasi biologis karena
hormonal Nugraha et al., 2008 dalam Anggraini, 2014. Tikus dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok normal, kelompok negatif, kelompok positif, kelompok
dosis rendah 1 mgkgBB, kelompok dosis sedang 10 mgkgBB, dan kelompok dosis tinggi 100 mgkgBB. Setiap kelompok masing-masing terdiri dari minimal
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
lima ekor tikus. Penentuan jumlah tikus berdasarkan World Health Organization WHO.
Pada penelitian ini zat sebagai hepatotoksik adalah parasetamol karena lebih mudah diperoleh, mudah dan aman dalam pengerjaannya, dan paling banyak
dikonsumsi. Pada perencanaan awal, dosis parasetamol yang digunakan yaitu 2 grkgBB yang diberikan selama satu hari. Berdasarkan Galal et al., 2012 pemberian
parasetamol dengan dosis 2 gkgBB selama 18 jam dihasilkan dapat meningkatkan 34 kali kadar SGPT dan 17 kali kadar SGOT. Namun setelah melakukan uji
pendahuluan dengan 3 ekor tikus dosis parasetamol 2 grkgBB selama satu hari yang kondisi disesuaikan dengan penelitian berdasarkan Galal et al., 2012, belum mampu
meningkatkan kadar SGPT dan SGOT secara signifikan, sehingga diputuskan frekuensi parasetamol yang digunakan menjadi 2 grkgBB selama 2 hari.
Pada penelitian ini metode hepatoprotektif yaitu selama 16 hari Datta et al., 2013 Sebelum dilakukan perlakuan setiap tikus ditimbang terlebih dahulu untuk
menentukan volume yang akan diberikan ke tikus. Sediaan ekstrak air sarang burung walet putih dibuat dengan cara mendispersikan antara ekstrak dan gom arab 5.
Menurut Evidence For The Safety Of Gum Arabic Acacia Senegal L. Wild. As A Food Additive-A Brief Review 2009, menyimpulkan bahwa tidak ada batasan untuk
penggunaan gom arab sebagai bahan tambahan. Parameter hepatoprotektif yang digunakan yaitu SGPT dan SGOT. Serum
transaminase adalah indikator yang peka pada kerusakan sel-sel hati. SGOT atau AST adalah enzim sitosolik, sedangkan SGPT atau ALT adalah enzim mikrosomal,
kenaikan enzim-enzim tersebut meliputi kerusakan sel-sel hati oleh virus, obat-obatan atau toksin yang menyebabkan hepatitis, karsinoma metastatik, kegagalan jantung,
dan penyakit hati granulomatus dan yang disebabkan oleh alcohol Candra, 2013 Pada hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke 17 dua hari setelah pemberian
parasetamol dilakukan pengambilan darah melalui bagian pleksus retro-orbital menggunakan mikrohematokrit bersih yang sebelumnya dibius menggunakan eter
Sari, Azizahwati dan Retno Ariani, 2008. Pada hari ke-15 dilakukan pengambilan darah sebelum pemberian parasetamol pada hari pertama. Tujuan pengambilan darah
pada hari ke-0 yaitu sebagai nilai normal untuk masing-masing kelompok, hari ke-15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk melihat kemampuan sarang burung walet dalam melindungi hati. Dan tujuan pengambilan darah pada hari ke-17 untuk melihat kemampuan sarang walet
melindungi hati setelah pemberian parasetamol. Kemudian darah ditampung dan disentrifugasi. Supernatant diambil karena mengandung beberapa komposisi air,
oksigen, karbondioksida, nitrogen, protein, albumin, fibrinogen, latosa piruvat Dukes, 1955.
Pengukuran kadar SGPT dan SGOT dilakukan dengan metode enzimatis menggunakan spektrofotometer. Serum yang diperoleh setelah disentrifugasi
kemudian ditambahkan larutan reagen SGPT atau SGOT yang dibaca pada panjang gelombang 480nm, sehingga terjadi reaksi seperti berikut :
Prinsip reaksi SGPT : L-
alanin + α-ketoglutaric acid = pyruvic acid + L-glutamic acid Pyruvic acid + NaDH + H
+
= L-lactic acid + NaD
+
+ H
2
O Prinsip reaksi SGOT :
L- aspartatic acid + α-ketoglutaric acid = oxalacetic acid
Oxalacetic acid + NaDH + H
+
= L-malic acid + NaD
+
+ H
2
O Analisa statistika hasil uji normalitas one-sample Kolmogorov-smirnov Test
menunjukan kadar SGPT pada hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-17 darah tikus terdis
tribusi normal p≥0,05 dan uji homogenitas Levene menunjukan kadar SGPT pada hari ke-15 dan hari ke-17
bervariasi secara homogen p≥0,05, karena syarat normalitas dan homogenitas sudah terpenuhi maka dilanjutkan dengan analisa uji
One-way ANOVA. Hasil uji statistik One-way ANOVA menunjukan terdapat perbedaan yang bermakna
p≤0,05 pada hari ke-17, tetapi hari ke-15 menunjukan tidak terdapat perbedaan yang bermakna
p≥0,05. Uji homogenitas pada hari ke-0 menunjukan kadar SGPT tidak bervariasi secara homogen, sehingga dilanjutkan uji
Kruskal wallis. Hasil uji Kruskal wallis menunjukan kadar SGPT pada hari ke-0 tidak berbeda secara bermakna p≥0,05.
Analisa statistika uji normalitas one-sample Kolmogorov-smirnov Test menunjukan kadar SGOT pada hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-17 darah tikus
terdistrib usi normal p≥0,05. Uji Homogenitas Levene menunjukan kadar SGOT
pada hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-17 bervariasi secara homogen, karena syarat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sudah terpenuhi maka analisa dilanjutkan dengan uji ANOVA. Hasil uji ANOVA menunjukan hari ke- 0 adanya perbedaan yang bermakna. Pada hari ke-15 dan hari
ke- 17 menunjukan tidak adanya perbedaan secara bermakna p≥0,05.
Hasil data untuk kadar SGPT dan SGOT hari ke- 0 menunjukan nilai yang tinggi. Nilai normal SGPT untuk tikus putih yaitu 17,5-30,2 UL Girindra dalam
Andriani, 2008 dan nilai normal SGOT untuk tikus putih yaitu 74-208 UL Mitruka, 1987. Penelitian-penelitian lain hepatorptektif juga menunjukan kadar SGPT dan
SGOT yang tinggi sebelum dilakukan perlakuan seperti penelitian Pengaruh Air Perasan Kunyit Terhadap Kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
SGOT, Serum Glutamic Pyruvic Transaminase SGPT, Dan bilirubin Total Serum Goenarwo, 2009, dan penelitian Uji Aktivitas Hepatorpotektif Dan Hepaokuratif
Madu Hutan Sumbawa Terhadap Hati Tikus Putih Jantan Galur Sprague-Dawley Anggraini, 2014.
Berdasarkan data yang diperoleh untuk kadar SGPT dan SGOT kelompok normal hari ke-15 mengalami penurunan sebanyak 50,40 dan 39,09. Untuk nilai
SGOT pada kelompok normal terjadi peningkatan dari 77,9 UL menjadi 179,23 UL. Peningkatan yang tinggi dapat disebabkan oleh variabel luar yang tidak dapat
dikendalikan seperti kondisi fisiologis hewan uji. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan tingginya kadar enzim transaminase terutama SGOT yaitu kegiatan
yang berat, cidera otot, dan hemolisis. Tikus adalah hewan yang aktif bergerak dan seringnya terjadi perkelahian antar tikus, maka kedua faktor kemungkinan
berpengaruh terhadap tingginya kadar SGOT. Kelompok normal dan negatif selama 14 hari diberikan aquadest, dan
kelompok normal pada hari ke-15 dan 16 diberikan gom arab. Tujuan yaitu untuk membuktikan bahwa pemberian aquadest dan gom arab tidak dapat meningkatkan
atau menurunkan nilai kadar SGPT atau SGOT. Namun hasil menunjukan adanya pengaruh pemberian gom arab dan aquadest terhadap kadar SGPT atau SGOT. Tetapi
hal ini tidak dapat disimpulkan karena belum adanya penelitian lebih lanjut yang menyatakan bahwa gom arab dan aquadest akan memberikan nilai yang berpengaruh
terhadap kadar SGPT dan SGOT.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kelompok negatif setelah pemberian parasetamol selama dua hari, pada hari ke-17 kadar SGPT mengalami peningkatan sekitar 332,89 dan kadar SGOT sekitar
178,79. Berdasarkan hasil tersebut, menunjukkan bahwa parasetamol dapat mengakibatkan kerusakan hati dengan ditandai adanya peningkatan kadar SGPT dan
SGOT. Hal ini sesuai dengan uji pendahuluan yang membuktikan bahwa pemberian parasetamol 2grkgBB selama 2 hari akan mengalami peningkatan SGPT sebanyak 3-
4 kali. Menurut Riswanto, 2009 peningkatan ringan sampai 3 kali normal mengalami sirosis atau kerusakan hati. Pemberian parasetamol dosis tinggi akan
mengakibatkan peningkatan
pembentukan Nacetyl-para-benzoquinoneimine
NAPQI, dan simpanan glutathion hati menjadi berkurang. Terbentuknya metabolit antara NAPQI dalam jumlah yang banyak dan penurunan jumlah glutathion hati, akan
berakibat terjadi nekrosis atau kerusakan hati. Sel-sel hati yang rusak akan melepaskan enzim-enzim yang menandai kerusakan tersebut diantaranya SGOT,
SGPT dan bilirubin total serum Husadha dalam Candra, 2013. Kelompok positif pada hari ke-15 mengalami penurunan sebanyak 37,38
untuk SGPT dan terjadi peningkatan 16,18 untuk SGOT. Setelah pemberian parasetamol selama 2 hari mengalami peningkatan. Peningkatan kadar SGPT dan
SGOT lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok negatif. Obat hepatoprotektor standart yang digunakan dalam penelitian ini yaitu obat Hepa-Q
®
. salah satu kandungan dari obat Hepa-Q yaitu sylimarin. Menurut penelitian Panjaitan
2011 silymarin merupakan obat hepatoprotektor yang sudah terbukti dapat menurunkan kadar SGPT dan SGOT. Silymarin dapat menurunkan kadar SGPT dan
SGOT secara signifikan Yahya, 2013. Kelompok uji mengalami penurunan kadar SGPT dan SGOT pada hari ke-15
dan peningkatan pada hari ke-17. Kelompok uji 2 10mgkgBB pada hari ke-15 dapat menurunkan kadar SGPT dan SGOT lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok uji 1, kelompok uji 3 dan kelompok positif. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sarang burung walet memiliki kandungan protein yang tinggi
Kathan dan weeks dalam Atiqah, 2012. Komponen utama yaitu glikoprotein Marcone dalam Atiqah, 2012, yang berfungsi sebagai lubricant dan agen protektif
Murray dalam Atiqah, 2012.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Menurut penelitian Nuroini 2013 salah satu komponen protein yaitu glikoprotein yang berfungsi dapat menurunkan produksi TNF-
α dalam proses inflamasi. Sehingga diprediksikan mekanisme kerja ekstrak air sarang burung walet
putih yaitu glikoprotein dapat menurunkan produksi TNF- α sehingga proses
terjadinya inflamasi dapat terhambat dan pengeluaran SGPT dan SGOT dapat dicegah, dan didalam sarang burung walet juga terdapat EGF faktor pertumbuhan
epidermal yang berfungsi sebagai proliferasi sel Ma dan Liu, 2012. Kemampuan obat Hepa-Q
®
kelompok positif untuk melindungi hati lebih rendah daripada kelompok uji 2 10mgkgBB. Penggunaan obat Hepa-Q
®
untuk melindungi hati yaitu 3-6 bulan ISO, 2012. Diduga karena pada pemberian obat
Hepa-Q
®
ini hanya 16 hari, maka kerja obat belum optimal. Sehingga kemampuan obat Hepa-Q untuk melindungi hati dari kerusakan yang disebabkan oleh parasetamol
belum menghasilkan efek farmakologis yang maksimal. Kelompok uji 1 1 mgkgBB kemampuan hepatoprotektif lebih rendah jika
dibandingkan dengan kelompok uji 2. Kemungkinan hal ini disebabkan karena dosis kelompok uji 1 terlalu kecil, sehingga dengan dosis tersebut belum memberikan efek
farmakologi sarang burung walet dalam melindungi hati dari kerusakan parasetamol. Hasil data juga menunjukan bahwa Kelompok uji 3 100mgkgBB persentase
peningkatan kadar SGPT dan SGPT lebih besar dibandingkan dengan kelompok uji 2 10mgkgBB. Hal ini diduga karena sarang burung walet mengikuti model
farmakokinetik nonlinear, yaitu dengan peningkatan dosis maka berbanding terbalik dengan efek farmakologi yang ditimbulkan Smith, 1993. Dan kemungkinan dapat
disebabkan karena salah satu komponen darang burung walet yaitu galactosamin. Menurut Ferencikova, 2003 d-galactosamin dikenal dapat menginduksi ciri hepatitis
akut pada tikus. Efek toksik d-galactosamin dapat dihubungkan dengan kekurangan UDP-glukosa, UDP-galaktosa dan kehilangan kalsium intraselular dan dapat
menghambat energi metabolisme hepatosit.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada penelitian ini, ekstrak air sarang burung walet dapat mempengaruhi kadar SGPT dan SGPT. Pada dosis 10mgkgBB mampu mencegah kenaikan kadar
SGPT dan SGOT akibat pemberian parasetamol dosis toksik jika dibandingkan dengan kelompok uji dosis 1mgkgBB, dan 100mgkgBB. Dari hasil penelitian ini
maka ekstrak air sarang burung walet dapat berpotensi sebagai agen hepatoprotektif yang dapat dikembangkan.
38 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Dari hasil penelitian uji aktivitas hepatoprotektif pemberian ekstrak air sarang burung walet putih Collocalia fuciphaga T. terhadap aktivitas SGPT dan SGOT
pada tikus putih jantan, diperoleh kesimpulan bahwa pemberian ekstrak dengan dosis 10mgkgBB memperlihatkan aktivitas SGPT adanya perbedaan yang bermakna
p≤0,05 dan aktivitas SGOT tidak adanya perbedaan yang bermakna p≥0,05 terhadap kontrol negatif.
5.2.Saran
1. Penelitian ini perlu dikembangakn lebih lanjut mengenai potensi hepatoprotektif ekstrak air sarang burung walet putih Collocalia fuciphaga
T. dengan parameter lain seperti kadar albumin, bilirubin, dan GGT. 2. Perlu dilakukan uji hepatoprotektif dengan metode ekstraksi lainnya.