Menurut Sifatnya Menurut Wewenang Pemungutannya Pajak Daerah Defenisi Pajak Penghasilan Pasal 21

produsen atau pihak yang menjual barang tetapi dapat dibebankan kepada konsumen baik secara eksplisit maupun implisit dimasukkan dalam harga jual barang atau jasa. Suandy,2009 : 37

3.2 Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif , yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan kondisi atau keadaan pribadi Wajib Pajak. Dalam menentukan pajaknya harus ada alasan-alasan objektif yang berhubungan erat dengan keadaan materialnya. Contoh : Pengenaan Pajak Penghasilan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dengan memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak sesuai dengan status perkawinan, jumlah tanggungan, dan banyaknya anak untuk menentukan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP sebagai pengurang jumlah penghasilannya dalam menghitung pajak terutang. Harta kekayaan yang dimiliki juga merupakan cerminan dari penghasilan Wajib Pajak. b. Pajak Objektif , yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan objeknya saja baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak maupun tempat tinggal. Contoh : PPN dan PPnBM serta PBB. Suandy,2009 : 39 10 Universitas Sumatera Utara

3.3 Menurut Wewenang Pemungutannya

a. Pajak Pusat Pajak Pusat adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak. Contoh : PPh, PPN, PPnBM, Bea Materai, dan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perkebunan, Perhutanan, dan Pertambangan.

b.Pajak Daerah

Pajak Daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada Pemerintah Daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Contoh : pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, dan sebagainya. Suandy,2009 : 38 4. Pajak Penghasilan PPh Pasal 21

4.1 Defenisi Pajak Penghasilan Pasal 21

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 tentang Pajak Penghasilan, Penghasilan adalah setiap tambahan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008, Pasal 4, Ayat 1 11 Universitas Sumatera Utara Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atas jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri. Pandiangan,2010 : 2.

4.2 Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21