Agency Theory Bank Pan Indonesia Tbk PNBN

27 membutuhkan sumber daya manusia yang unggul dan pengelolaan yang baik atas sumber daya manusianya. Sumber daya manusia atau karyawan merupakan asset strategic perusahaan yang dapat meningkatkan kualitas perusahaan.

2.2.4.3 Structural Capital Value Added STVA

STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. SC bukanlah ukuran yang independent sebagaimana HC, SC dependen terhadap value creation Pulic 1999. Artinya semakin besar konstribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil konstribusi SC dalam hal tersebut. Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa SC adalah VA dikurangi HC, yang hal ini telah diversifikasi melalui penelitian empiris pada sektor industri tradisional Pulic, 2000.

2.3 Agency Theory

Teori keagenan mengemukakan hubungan kontrak kerja antara pemegang saham principal dengan pengelola perusahaan yang diwakili oleh direksi agent Sutedi, 2012:13. Agent sendiri ditunjuk oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan demi kepentingan para pemegang saham. Agency problem muncul akibat adanya asimetri informasi dan konflik kepentingan antara pemegang saham dengan manajemen sebagai pengelola perusahaan Sutedi, 2012: 14. Pemegang saham menginginkan pengelolaan yang menghasilkan pendapatan maksimal atas dana yang telah diinvestasikan, namun tidak memiliki informasi dan kekuasaan yang luas untuk memonitor dan mengontrol kegiatan manajemen. Di pihak lain, manajemen berkepentingan Universitas Sumatera Utara 28 terhadap insentif atas pengelolaan dana pemegang saham dan harus bertanggung jawab atas keputusan bisnis yang dilaksanakan yang disebabkan oleh wewenangnya atas pengelolaan perusahaan. Teori keagenan agency theory berusaha menjelaskan tentang penentuan kontrak yang paling efisien yang bisa membatasi konflik atau masalah keagenan Jensen dan Meckling, 1976 dan Eisenhardt, 1989 dalam Ningrum 2012. Konflik kepentingan tersebut secara alamiah akan terjadi dalam struktur kepemilikan perusahaan yang tersebar dispersed ownership dan struktur kepemilikan dengan pengendalian pada beberapa pemegang saham saja concentrated ownership. Untuk menekan potensi konflik kepentingan, perusahaan perlu menerapkan praktik corporate governance Surya, 2008:28. Perusahaan dengan struktur kepemilikan yang tersebar kepada pemegang saham publik, perlu menerapkan corporate governance untuk meningkatkan kewenangan yang dimiliki para pemegang saham publik sebagai penyeimbang pihak manajemen. Sedangkan perusahaan yang memiliki beberapa pemegang saham pengendali, struktur kepemilikannya terkonsentrasi, perlu menerapkan corporate governance untuk meminimalkan potensi konflik kepentingan yang timbul antara pengendali perusahaan dan pemegang saham publik Surya, 2008:6. Universitas Sumatera Utara 29

2.4 Penelitian Terdahulu