Pemikiran politik dan kebijakan Tun Hussein Onn

(1)

1

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

ALFIYAH BINTI MOHD RUSLAN NIM: 109045200021

K O N S E N T R A S I S I Y A S A H S Y A R I’ Y Y A H P R O G R A M S T U D I J I N A Y A H S I Y A S A H

F A K U L T A S S Y A R I A H D A N H U K U M U N I V E R S I T A S I S L A M N E G E R I

S Y A R I F H I D A Y A T U L L A H J A K A R T A


(2)

(3)

(4)

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperloleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 21 Januari 2011 M 16 Safar 1432 H

Penulis,


(6)

KATA PENGANTAR

ِمْيِحَّْلا ِنمْحَّْلا ِهْا ِمْسِب

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadrat Allah Swt, Tuhan segenap alam karena dengan limpahan rahmat, nikmat, hidayah dan mahabbah-Nya ke seluruh alam sehingga penulis dapat menyelesaikan kewajiban penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam buat Khatimul Anbiya‟, junjungan besar Nabi Muhammad Saw, ahli keluarga baginda, para

sahabat, tabi‟ tabi‟in serta seluruh pengikut baginda yang menyeru pada yang ma‟ruf dan

mencegah pada yang mungkar demi mengharap keredhaan-Nya sampai akhir zaman, semoga mendapat kejayaan dan ganjaran di akhirat sana.

Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulisan skripsi ini telah dapat diselesaikan dengan baik walaupun masih banyak kekurangannya. Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini karena adanya pertolongan dan dukungan dari semua pihak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Pihak pemimpin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta yang telah mengizinkan penulis untuk menuntut ilmu di sini;

2. Kepada Negara Republik Indonesia yang telah memberi kebenaran dan izin kepada penulis untuk tinggal, mencari serta memperoleh ilmu yang sangat bermanfaat dan bernilai;


(7)

4. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. sebagai Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta;

5. Dr. Asmawi, M.Ag. dan Afwan Faizin, MA., sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Jinayah Siyasah, dan juga kepada Ibu Sri Hidayati yang banyak memberikan bantuan, kemudahan administratif, bimbingan akademik sejak awal perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini;

6. Dr. Phil. Asep Saepuddin Jahar, MA., sebagai dosen pembimbing yang senantiasa memberikan petunjuk dan nasehat kepada penulis ke arah perfeksi penulisan, meluangkan waktu dan banyak memberi masukan hingga selasai skripsi ini;

7. Dr. Asmawi, M.Ag. dan Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, MA., sebagai dosen penguji seminar proposal dan juga banyak memberi bimbingan kepada penulis sepanjang proses perbaikan proposal;

8. Khamami Zada, MA. dan Masyrofah, S Ag., M Si, sebagai dosen penguji penulis yang telah banyak memberi komentar dan nasehat sepanjang proses sidang munaqashah dijalankan;

9. Seluruh dosen Kolej Universiti Darul Quran Islamiyyah (KUDQI) dan Institut Pengajian Al-Azhar (IPA) terutama Bapak Rektor Al-Fadhil Ustaz Mohd Zain bin Abd. Rahman, Ustaz Muhayyat bin H. Husin, H. Wan Ahmadul Badawi bin Wan Ibrahim dan Ustazah Hasanah Halin yang banyak memberikan sokongan dan dukungan moral sehingga penulis dapat meneruskan pengajian di bumi Indonesia;


(8)

9. Segenap dosen-dosen Syariah dan Hukum yang telah memberi petunjuk dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada diri penulis dan teman-teman seperjuangan selama menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta;

10. Para pemimpin dan staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta;

11. Kedutaan Besar Malaysia di Indonesia atas pengawasan dan kebajikan yang mengambil alih peran dalam menjaga seluruh mahasiswa Malaysia di bumi Indonesia;

12. Keluarga tersayang Ayahanda Mohd Ruslan Abdullah dan Ibunda Maryam Abdullah yang sentiasa mendoakan kejayaan, merawat, mangasuh, mendidik serta memberikan dukungan moral dalam setiap langkah penulis;

13. Saudara/ri Norwatie, Rahmat Rusdin, Frankie Joe, Ahmad Shauqi, Nabila, dan adikku Khairul Amir serta Abang Jepin dan keponakanku Erra Jessica, Effa Sabrina, Dee Dorothy, Shelly Melissa dan Pripilia Ester (Agnes) serta kerabat-kerabat dari pihak ayahanda dan bondaku,

14. Insan tersayang, Mohamad Nasrullah bin Mohamad Zainudin dan keluarga yang banyak memberi dukungan peribadi;

15. Haji Akhbar bin Ibrahim dan keluarga yang banyak membantu dari sudut keuangan dan nasehat.

16. Ustaz Syed Muhammad al-Attas dan Ummi sekeluarga serta teman-teman semuanya. Terima kasih atas penjagaan kalian selama tujuh tahun di Madrasah Al-Khairiah.


(9)

17. Teman seperjuangan Azidah Ahmad Zaki, Dayang Syafiqah Mustafar, Rozilawatie Ismail, Rabiatul Adawiyyah Mamat, Noor Baayah Abu Bakar, NurFaizah Mohd Saad, Siti Hajar Halim, Siti Balqis Halim, Sahara Ali, Shaidah Othman, Khadijah Abd. Munir, Nur Najihah Ismail, AnNurul Hidayah Zudeena Kuek dan Syazwani Ahmad, Mohd Sabri Mamat, Mohd Rizuan Mohamad, Muhammad Ramadhan Subky, Muaz Abd Aziz, Muhammad Farid Azif, Muhamad Sukri Nayan, Muhamad Munir Ramlan, Mohd Zalani Junoh, Ahad Ukasyah Hassan, Mohd Azahari Roslan, Hanzalah Zolkefli, Muhammad Khalil Atan dan junior-junior penulis semuanya serta teman-teman yang sama-sama mencari ilmu di Republik Indonesia, baik dari Indonesia maupun warga Internasional Office.

18. Saudara Abd Karim Munthe dan Muhsin yang sudi meluangkan waktu untuk membantu penulis menterjemahkan skripsi ini:

19. Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia (PKPMI), Malaysian Club UIN Jakarta (MCUJ) dan Kelab UMNO Jakarta Indonesia;

20. Kerajaan Malaysia dan Pemerintah Republik Indonesia.

21. Semua pihak yang telah menghulur bantuan secara langsung maupun tidak langsung sepanjang penyusunan skripsi ini, semoga segala bantuan dan niat baik diterima sebagai amal shaleh di sisi Allah SWT. Amin.

Akhirnya penulis menginsafi bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu kritikan dan saran yang konstruktif sangat diperlukan untuk


(10)

perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat sebagai karya ilmiah khususnya bagi penulis dan sekalian pembaca umumnya.

Jakarta, 14 April 2011 M

10 Jumadil Awal 1432 H


(11)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI... .vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...6

D. Review Studi Terdahulu...7

E. Metode Penelitian...9

F. Sistematika Penulisan...11

BAB II SOSIAL-POLITIK MALAYSIA SEBELUM DAN SETELAH KEMERDEKAAN 1957 A. Nasionalisme Malaysia...12

B. Partai Politik dan Demokrasi Malaysia...20

C. Kebijakan Luar Negeri Malaysia...29

BAB III TUN HUSSEIN ONN (1976-1981) A. Biografi Tun Hussein Onn...42

B. Asal Mula Keterlibatan Politik Tun Hussein Onn...46


(12)

A. Kebijakan Ekonomi: Rancangan Malaysia Ketiga...56

B. Kebijakan Sosial dan Politik...62

C. Kebijakan Luar Negeri Malaysia... 72

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...75 B. Saran-Saran ...78


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya, terdapat tiga kumpulan etnis utama yang membentuk masyarakat Malaysia yaitu Melayu, Cina dan India. Keberadaan tiga etnis ini serta berbagai etnis lainnya telah mewujudkan masyarakat majemuk di negara tersebut. Meskipun mereka tinggal di negara yang sama, namun ketiga etnis ini masih melestarikan identitas dan menggunakan adat budaya masing-masing. Maka dikarenakan setiap etnis masih setia terhadap adat budaya mereka, ia telah menimbulkan kesulitan untuk membentuk satu budaya dan persatuan bangsa di Malaysia.1

Semangat nasionalisme Malaya berawal dari kehadiran kekuatan asing ke Tanah Melayu. Tujuan utama kemunculan adalah hanya untuk menguasai kekayaan hasil bumi. Tetapi tujuan mereka berubah arah dan timbul keinginan untuk menguasai Tanah Melayu dari sudut politik, ekonomi dan sosial. Namun Inggris mulai mempengaruhi seluruh urusan administrasi di setiap negeri di Tanah Melayu. Hal ini terjadi karena rasa takut dan timbul persaingan antara negara-negara Barat untuk menguasai sumber-sumber ekonomi yang menguntungkan di Asia Tenggara yang kaya. Tindakan intervensi Inggris tersebut adalah karena ingin menjamin pasokan

1

Internasional Law Book Service, Malaysia Kita, Panduan dan Rujukan untuk Peperiksaan Am Pemerintah, Bab 4: Masyarakat Malaysia (Selangor Darul Ehsan: SS Graphic Printers (M) Sdn. Bhd. [252774-K], Wisma ILBS, 2008, 2009), Cet. Semula, h. 267.


(14)

bahan baku yang dibutuhkan secara berkelanjutan dan ingin menjadi kekuasaan mutlak dalam membuat keputusan, menentukan nasib masyarakat di Tanah Melayu dan mendominasi sumber ekonominya. Hal ini akhirnya berhasil melahirkan semangat nasionalisme yang kuat dan kental dalam jiwa setiap masyarakat di Tanah Melayu hingga berhasil mencapai kemerdekaan.2

Malaysia telah mencapai kemerdekaan dengan berbasis kerjasama dan kesepahaman antara tiga etnis terbesar yang mendiami negara itu. Semua rakyatnya mendapat kebebasan hidup melalui keamanan dan keharmonisan. Meskipun mereka memiliki berbagai perbedaan dari sudut agama, budaya dan bahasa, namun mereka tetap hidup rukun dan damai. Sikap kesepahaman dan toleransi merupakan komponen penting untuk menetapkan dan mempertahankan persatuan negara. Keadilan adalah fungsi utama untuk setiap negara yang bersifat majemuk. Dan jika keadilan diabaikan, maka pergolakan akan terjadi dan stabilitas negara akan terpengaruh.3

Setelah terjadi perusuhan kaum pada 13 Mei 1969, pemerintah Malaysia telah melakukan berbagai upaya dan kebijakan untuk menyatukan rakyatnya yang majemuk itu. Pada tahun 1970, masa pemerintahan Tun Abdul Razak, satu kebijakan dikenal Dasar Ekonomi Baru (DEB), dilaksanakan bertujuan untuk mengatasi masalah ketidakstabilan ekonomi dan sosial yang telah membangkitkan antagonisme etnis dalam masyarakat Malaysia yang bersifat majemuk. Pada tahun 1971, Rukun

2

Mahdi Shuid. dkk, Longman Teks Pra-U STPM Sejarah Malaysia (Selangor Darul Ehsan: Pearson Malaysia Sdn. Bhd., 2009), Cet. Pertama, h. 51-53.

3

Internasional Law Book Service, Malaysia Kita, Panduan dan Rujukan untuk Peperiksaan Am Pemerintah, Cet. Semula, h. 291.


(15)

Negara (Pancasila) diperkenalkan. Ia merupakan inti dan landasan hidup bagi setiap warga negara Malaysia. Kemudian pada tahun yang sama, pemerintah telah menerapkan kebijakan yang lebih tegas terhadap penggunaan bahasa Melayu sebagai alat mempertahankan persatuan bangsa dan menjadikan pendidikan sebagai satu kebijakan yang sangat penting bagi setiap rakyatnya.4

Di Malaysia, titik awal berdirinya partai-partai politik adalah dari unsur etnis yang ada. Bagi orang Melayu mereka bersatu membentuk United Malays National Organisation (UMNO) sebagai sebuah pertahanan terhadap ancaman orang Melayu oleh Malayan Union pada 11 Mei 1946. Malaysian Indian Congress (MIC) merupakan partai nasional kedua setelah UMNO yang mewakili etnis India di Malaysia pada 8 Agustus 1946. Etnis Cina membentuk dan mendirikan Malaysian Chinese Association (MCA) pada 27 Februari 1949 berawal dari reaksi mereka terhadap perjanjian Malaya-Inggris5 dan kemudian merubah peran yang bercorak politik dan bergabung dengan partai UMNO.

Malaysia juga merupakan negara yang mengamalkan Sistem Demokrasi Berparlemen dan fitur utamanya adalah pemilihan umum. Pemilihan umum ini dilakukan untuk memungkinkan rakyat menggunakan dan memanfaatkan kesempatan yang diberikan untuk memilih pemimpin yang dapat memerintah negara dengan adil dan bertanggung jawab serta memenuhi kebutuhan dan aspirasi rakyatnya. Semua

4

Ibid., h. 291-292.

5

Internasional Law Book Services, Malaysia Kita, Panduan dan Rujukan untuk Peperiksaan Am Pemerintah, Bab 2: Sistem Politik Negara Malaysia (Selangor Darul Ehsan: Golden Books Centre SDN. BHD, [T-142284] Wisma ILBS, 2005), Cet. Keenam, h. 127.


(16)

negara di dunia pasti akan membuat perencanaan rapi agar dapat menikmati kemajuan dan pembangunan sesuai dengan kondisi dan perubahan zaman dan waktu. Setahun sebelum merdeka, Malaysia telah meluncurkan program untuk membangunkan ekonomi negara dan ia berhasil dilaksanakan dengan cemerlang dan memberikan efek positif pada negara. Rencana tersebut terus dikembangkan oleh pemimpin berikutnya dan senantiasa mengalami perubahan sesuai dengan ide dan pemikiran pemimpinnya hingga sekarang.6

Sejak tahun 1957, kebijakan luar negeri Malaysia telah melalui beberapa tahap perkembangan dalam administrasi negara. Meskipun ada perbedaan pendekatan dalam kebijakan luar, tetapi ia dipengaruhi oleh perubahan dari sudut lingkungan sosial, ekonomi, politik dan keamanan. Setiap kebijakan yang dilakukan adalah untuk kepentingan negara.7

Saat ini, Malaysia telah memiliki enam Perdana Menteri yang memiliki gagasan kebijakan masing-masing. Perdana Menteri ketiga Malaysia yaitu Tun Hussein Onn, yang dikenal dengan Bapa Persatuan Malaysia dan ia memimpin Malaysia selama lima tahun yaitu dari tahun 1976-1981 dalam kondisi yang sangat kokoh kepada penggantinya, Tun Dr. Mahathir bin Mohamad.

Tun Hussein Onn lahir dari keluarga yang memiliki semangat nasionalisme dan basic politik yang mendalam. Tun Hussein Onn mengundurkan diri bekerja sebagai pegawai sipil untuk masuk ke dunia politik. Berawal menjadi Kepala Pemuda

6

Hasnah Hussin dan Mardiana Nordin, Pengajian Malaysia, (Selangor: Penerbit Oxford Fajar Sdn Bhd., 2007), Cet. Pertama, h. 195.

7


(17)

Pertama UMNO yang dibantu oleh ayahnya dan pada tahun 1950, kemudian terpilih menjadi Sekretaris Jenderal UMNO. Setelah berlaku konflik internal dalam UMNO yaitu masalah penolakan hebat oleh orang-orang UMNO sendiri terhadap ayahnya, Dato‟ Onn Jaafar yang menyarankan supaya menerima kemasukan orang-orang bukan Melayu dalam partai tersebut.

Selain itu, dua partai yang didirikan oleh ayahnya yaitu Independent of Malayan Party (IMP) pada tahun 1951 dan Partai Negara pada tahun 1954 tidak begitu mendapat dukungan penuh dari masyarakat Tanah Melayu ketika itu. Lagi pula, keterlibatan Tun Hussein Onn tidak begitu aktif dalam poltik waktu itu lebih mengokohkan lagi alasan ia meninggalkan dunia politik untuk seketika dan pergi ke London untuk studi hukum di Lincoln's Inn, dalam bidang Barrister-at-Law pada tahun 1958. Ia kembali sebagai sarjana hukum, bekerja dan mempraktekkannya di Kuala Lumpur, kemudian kembali ke politik setelah dibujuk oleh Perdana Menteri Tun Abdul Razak untuk bergabung dengan UMNO.8

Sepanjang periode menjadi kepala negara Malaysia pada tahun 1976-1981, ia banyak memberi pemikiran politiknya, terutama terkait dengan persatuan bangsa. Ia banyak memberi ide untuk menyatukan rakyat Malaysia. Ia juga tidak membedakan antara etnis-etnis di Malaysia, malah ia berusaha untuk membantu etnis yang mundur dari etnis yang lain supaya tidak berlaku perbedaan sosioekonomi yang jauh antara mereka. Dalam kebijakannya pula, ia berfokus kepada urusan ekonomi dan

8

Perdana Menteri Malaysia. Artikel diakses pada 12 Januari 2011 dari http://www.kiat.net/malaysia/past-PM.html.


(18)

pendidikan negara. Ini karena ia percaya bahwa dengan kestabilan dari sudut ekonomi dan adanya ilmu pengetahuan itu akan merubah kehidupan seseorang untuk menjadi bangsa yang maju dan Berjaya.

Dengan latar belakang yang cukup kompleks di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan menganalisa lebih dalam melalui skripsi yang diberi judul

PEMIKIRAN POLITIK DAN KEBIJAKAN TUN HUSSEIN ONN”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini menjadi lebih praktis dan terfokus sehingga para pembaca mendapatkan manfaat dari penelitian ini, maka penulis membuat batasan hanya kepada pemikiran politik dan kebijakan Tun Hussein Onn sepanjang keterlibatannya dalam dunia politik di Malaysia selama lima tahun yaitu dari tahun 1976 hingga 1981.

2. Perumusan Masalah

Supaya tidak menjadi kajian yang melebar, penulis merumuskan permasalahan dengan rinci dalam bentuk persoalan berikut yaitu bagaimanakah pemikiran politik dan kebijakan Tun Hussein Onn di Malaysia.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui pemikiran politik dan kebijakan Tun Hussein Onn di Malaysia.


(19)

Adapun manfaat dari penelitian penulisan ini adalah sebagai berikut:

1) Supaya penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan bagi orang lain, tentang pemikiran politik dan kebijakan Tun Hussein Onn sebagai Bapa Persatuan Malaysia oleh Pergerakan Pemuda UMNO pada tahun 1977.

2) Agar dapat dijadikan bahan masukan dan informasi bagi mahasiswa yang ingin menambahkan pengetahuan tentang perjalanan politik di Malaysia.

3) Sebagai sumbangan pemikiran pada pembaca yang ingin menambah pengetahuan tentang Tun Hussein Onn selama menjadi Perdana Menteri Malaysia ketiga pada tahun 1976-1981.

D. Review Studi Terdahulu

Review studi yang dimaksudkan dalam penulisan ini adalah untuk meneliti kajian yang membahas mengenai tema yang hampir sama, namun substansi yang berbeda. Berikut ini merupakan paparan tinjauan umum atas sebagian karya-karya penelitian:

Skripsi yang ditulis oleh saudara Ahmad Baha bin Mohammad pada tahun 2009 yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul Analisis Pemikiran Politik Anwar Ibrahim di Malaysia 1982-1998.9 Skripsi ini membahaskan tentang pemikiran Anwar Ibrahim

9

Ahmad Baha bin Mohammad, Analisis Pemikiran Politik Anwar Ibrahim di Malaysia 1982-1998 (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009).


(20)

dalam kontek reformasi Islam di Malaysia dan peran Anwar Ibrahim dalam proses demokratisasi di Malaysia.

Di samping itu, terdapat beberapa sumber-sumber yang penulis rasakan relevan untuk dijadikan rujukan penulis, antaranya adalah:

Buku pertama, Malaysia Kita. Buku ini adalah hasil karya International Law Book Services.10 Buku ini secara lengkap membahaskan tentang Malaysia dan terbagi kepada beberapa bab, yaitu sejarah, sistem pemerintahan, sistem administrasi, masyarakat, ekonomi, sistem pendidikan, kebijakan pembangunan nasional dan rancangan pembangunan negara, sistem pengurusan perlayanan umum, kebijakan luar dan ke arah mewujudkan negara Malaysia yang cemerlang dan sukses.

Buku kedua, Dasar-dasar Ilmu Politik karya Miriam Budiardjo,11 antara yang dibahaskan dalam karya ini adalah tentang dasar-dasar ilmu politik yaitu tentang bentuk negara, konsep kekuasaan, dan pembuatan keputusan. Dan dimasukkan juga tentang Undang-undang Dasar, kelompok-kelompok politik, serta sistem pemerintahan negara pada umumnya.

Buku ketiga, Prinsip Perlembagaan dan Pemerintahan di Malaysia12. Buku ini adalah hasil karya Tun Mohd Salleh Abas. Buku ini membahaskan tentang sejarah Undang-undang Dasar Malaysia, unsur-unsur tradisi dalam Undang-undang Dasar

10

International Law Book Services, Malaysia Kita (Selangor Darul Ehsan: Direct Art Company, 2005).

11

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet. Ketiga.

12

Mohd Salleh Abbas, Prinsip Perlembagaan dan Pemerintahan di Malaysia (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2006), Cet. Ketiga.


(21)

Malaysia, parlemen Malaysia, pemerintahan Malaysia, pemilihan umum Malaysia, Undang-undang Dasar negeri, pemerintah negeri, hak asasi dan kondisi darurat di Malaysia.

E. Metode Penelitian 1) Jenis Penelitian

Untuk pengumpulan data dan penelitian dalam skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research), yaitu kajian melalui penelitian pustaka, karena sumber penelitian dan data lebih difokus pada studi pustaka dan studi tokoh.

2) Obyek Penelitian

Yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah pemikiran politik dan kebijakan Tun Hussein Onn sepanjang keterlibatannya dalam dunia politik di Malaysia.

3) Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang lebih faktual, teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumenter dari bahan-bahan tertulis yakni dengan mencari bahan-bahan yang terkait serta mempunyai relevansi dengan obyek penelitian yaitu pemikiran politik dan kebijakan Tun Hussein Onn sepanjang keterlibatannya dalam dunia politik di Malaysia


(22)

4) Sumber Data

Sumber-sumber data adalah yang meliputi sebagai berikut:

1) Data Primer: Yang termasuk ke dalam sumber data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber yang asli dan obyek penelitian, yaitu buku Malaysia Kita.

2) Data Sekunder: Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang diperolehi dari sumber kedua atau sumber pendukung dari data yang kita butuhkan.13 Data ini akan didapatkan dalam bentuk buku-buku, dokumen, dan literatur-literatur yang berkaitan dengan objek penelitian.

3) Data Tertier: Data tertier merupakan data pelengkap yang terdiri dari kamus, jurnal, artikel dan lain-lain.

5) Teknik Analisis Data

Dalam melakukan analisis data, penulis menggunakan teknik analisis data yang sudah terhimpun, kemudian digunakan teknik analisis data melalui pendekatan historis dan politik. Yaitu analisis pemikiran politik dan kebijakan Tun Hussein Onn dalam mencapai persatuan bangsa di Malaysia.

6) Teknik Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

13

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Prenada Media, 2005), Cet. Pertama, h. 122.


(23)

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dan memperoleh gambaran yang menyeluruh, penelitian skripsi ini ditulis berdasarkan sistematika berikut:

Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang mengandung latar belakang penelitian, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua membahas sosial-politik era Tun Hussein Onn mencakup nasionalisme Malaysia, partai politik dan demokrasi dan kebijakan luar negeri Malaysia.

Bab ketiga mencakup biografi dan awal keterlibatan politik Tun Hussein Onn bertujuan untuk memberikan pengenalan tentang tokoh tersebut.

Bab keempat menguraikan tentang inti penelitian yaitu menganalisis mengenai rancangan Malaysia ketiga, kebijakan sosial dan politik Tun Hussein Onn dan kebijakan luar negeri di masa pemerintahannya.

Bab kelima merupakan penutup yang di dalamnya berisi kesimpulan dan saran-saran.


(24)

BAB II

SOSIAL-POLITIK MALAYSIA SEBELUM DAN SETELAH KEMERDEKAAN 1957

A. Nasionalisme Malaysia

1. Definisi Nasionalisme

Nasionalisme adalah suatu kesadaran kelompok manusia untuk membentuk sebuah komunitas yang berkebudayaan sama, yang terikat oleh garis-garis batas wilayah yang jelas, memiliki sejarah silam yang mirip, memiliki proyek masa depan yang sama dan mengklaim hak pemerintahan sendiri.

Singkatnya, nasionalis berkeyakinan bahwa umat manusia terbagi dalam bangsa-bangsa dan semua bangsa memiliki pemerintahan dan menentukan nasibnya sendiri. Negara dan bangsa multinasional yang terdiri atas berbagai negara secara inheren adalah salah. Oleh karena itu, negara bangsa adalah satu-satunya unit politik yang sah sebagai penjaga identitas bangsa. Persatuan bangsa adalah tujuan utama dari tindakan politik kaum nasionalis.14

Menurut Walter Theimer dalam bukunya, ”Encyclopedia of World Politics”, nasionalisme berarti satu sentimen kesukuan yang didasarkan atas fitur bangsa terutama bahasa dan kebudayaan dengan kecenderungan menekankan perbedaan

14

Ian Adams, Ideologi Politik Mutakhir, Konsep, Ragam, Kritik, dan Masa Depan, (Yogyakarta: Qalam. 1993), Cet Pertama, h. 119.


(25)

antara satu bangsa dengan bangsa yang lain. Soekarno pula menjelaskan bahwa nasionalisme adalah suatu cita-cita yang mengingini serba kebaikan bangsa.15

Menurut Karl Marx, nasionalisme ada saat sesuatu bangsa dijajah. Maka negara tersebut secara otomatis akan lahir dua golongan yang bertentangan yaitu satu golongan yang menjajah (menindas) dan satu lagi golongan yang terjajah. Mereka bertentangan karena golongan yang menjajah ingin mempertahankan jajahannya, sedangkan yang terjajah ingin membebaskan diri dari jajahan tersebut.16 Nasionalisme juga dapat diartikan sebagai ajaran atau paham untuk mencintai dan menghargai bangsa dan negara sendiri, termasuk kebudayaan, hasil produksi dan sebagainya.17

Imam Hassan al-Banna berpendapat, jika paham ini bertepatan dengan Islam, maka ia dibolehkan, tetapi jika ia bertentangan dengan Islam, maka Islam adalah bebas darinya. Dan ia menegaskan bahwa Islam mewajibkan umatnya untuk menyayangi tanah air mereka serta mempertahankannya.18 Menurutnya, apabila yang dimaksud dengan nasionalisme adalah kerinduan atau keberpihakan terhadap tanah air, keharusan berjuang membebaskan tanah air dari jajahan, ikatan kekeluargaan antar masyarakat, dan pembebasan negeri-negeri lain maka nasionalisme dengan

15

Mahdi Shuid. dkk., Longman Teks Pra-U STPM Sejarah Malaysia (Selangor Darul Ehsan: Pearson Malaysia Sdn. Bhd., 2009), Cet. Pertama, h. 169.

16

Ibid., h. 169.

17

Zainul Bahri, Kamus Umum, Khususnya Bidang Hukum & Politik (Bandung: Penerbit Angkasa, 1996), Cet. Pertama, h. 189.

18

Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Fiqh Siyasah Menurut Imam Hassan Al-Banna,


(26)

makna demikian dapat diterima dan bahkan dalam kondisi tertentu dianggap sebagai kewajiban.19

Dalam usaha untuk mengemukakan definisi nasionalisme yang lebih lengkap dan unggul, R. Suntharalingam mendefinisikaan apa yang diberikan oleh Hans Kohn, yaitu sebagai ”Suatu kondisi fikiran, yang menyerap masuk ke dalam jiwa sebagian besar rakyat dan didakwa menyerap masuk ke kalangan semua anggotanya, dia mengakui negara bangsa sebagai bentuk organisasi politik yang unggul, dan bangsa sebagai sumber untuk segala kehidupan budaya yang membangun dan sumber kesejahteraan ekonomi. Oleh itu, puncak kesetiaan manusia adalah berfokus kepada bangsanya, karena kehidupannya sendiri adalah terpercaya berdasarkan kepada dan

berkemungkinan oleh kebajikan bangsanya.”20

2. Awal (Gerakan Kesadaran) Kebangkitan Semangat Nasionalisme (1906-1957) Perlu diperhatikan bahwa semangat nasionalisme yang ada di Tanah Melayu yang dikenal sebagai Malaysia saat itu adalah semangat nasionalisme yang berfokus lebih kepada nasionalisme Melayu. Ini karena, sebelum Tanah Melayu dijajah, ia adalah salah satu di antara kawasan yang terletak di Kepulauan Melayu. Setelah Semenanjung Tanah Melayu yang kaya dengan biji timah telah dikuasai oleh kolonial Inggris pada akhir abad ke-19. Inggris telah melaksanakan dasar pecah dan perintah

19

http://robbani.wordpress.com/2007/08/01/4, diakses pada tanggal 13 Februari 2011, jam 23:25 WIB.

20

Roslan Saadon, Gagasan Nasionalisme Melayu Raya: Pertumbuhan dan Perkembangannya (Selangor Darul Ehsan: Karisma Publications Sdn. Bhd., 2009), Cet. Pertama, h. 5.


(27)

(devide and rule)21 atas kepentingan mereka dan mengokohkan lagi posisi mereka di tanah Melayu. Terdapat dua kondiasi yang memungkinkan dalam dasar tersebut yaitu:

a. Inggris sengaja memisahkan etnis-etnis bagi mengelakkan dan menyekat sebarang usaha penyatuan yang membawa resiko penentangan terhadap penjajahan.

b. Inggris perlu mengekalkan penduduk pribumi di kampung-kampung serta mengekalkan aktivitas pertanian orang Melayu bagi memastikan bekalan makanan penduduk Tanah Melayu tidak terjejas. Tindakan membawa masuk pekerja asing adalah bagi mengelakkan penduduk pribumi meninggalkan aktivitas pertanian.

Ekploitasi secara meluas terhadap sumber ekonomi setempat mengakibatkan terjadinya kemasukan pekerja asing di Tanah Melayu. Impact atau kesan dari eksploitasi itu menjadikan kemasukan imigran Cina dan India bertambah banyak. Kemasukaan kedua etnis ini adalah untuk memudahkan dan mempercepatkan penghasilan bijih timah dan getah. Hasilnya Inggris memperoleh keuntungan yang banyak dan kekuasaannya semakin kuat di Tanah Melayu.

Dasar pengurusan itulah yang telah menggalakkan kemasukan orang Cina untuk bekerja di lombong-lombong bijih timah22 dan orang India bekerja di

21

Dasar devide and rule yang dilakukan oleh Inggris ini adalah untuk mempertahankan kuasanya di Tanah Melayu. Cara yang dilaksanakannya adalah dengan memisahkan jarak antara etnis-etnis di Tanah Melayu yang terdiri dari Melayu, Cina dan India. Ketiga etnis-etnis ini diberi tugas masing-masing. Maka, berlakulah jurang pemisah yang amat jelas antara mereka dari sudut ekonomi dan gaya hidup. Etnis yang maju tetap ke hadapan sedangkan yang mundur dan miskin tetap terbelakang.

22

Ini karena permintaan bijih timah yang semakin meningkat di England dan Eropa. Orang Cina kebanyakannya tinggal di kawasan-kawasan kota.


(28)

ladang getah.23 Sedangkan orang Melayu hanya fokus kepada aktivitas pertanian saja. Orang Melayu tetap berada dalam kemiskinan sedangkan orang Cina dan India menguasai bidang ekonomi dan perusahaan. Oleh itu, dasar pecah dan perintah (devide and rule) yang dilakukan oleh penjajah Inggris tersebut sering dikaitkan dengan terjadi jurang perbedaan ekonomi dan sosial di kalangan etnis di Malaysia.24

Selain atas dasar ekonomi, munculnya semangat nasionalisme Melayu adalah karena hilangnya hak kuasa dan posisi Raja-raja Melayu yang selama ini menjadi simbol kepada hak keistimewaan orang Melayu di Tanah Melayu. Hal ini disebabkan oleh lahirnya sebuah pemerintahan baru yang dinamakan Malayan Union.25

Kebangkitan semangat nasionalisme di Tanah Melayu tidak banyak berbeda dengan negara-negara lain di Asia. Apa yang membedakannya hanya dari sudut corak gerakan nasional tersebut. Asal mula semangat nasionalisme di kalangan orang Melayu telah ada sejak intervensi Inggris pada tahun 1874 di Tanah Melayu. Penentangan itu dilakukan oleh pejuang-pejuang tanah air antaranya Dato‟ Maharaja Lela, Dato‟ Bahaman, Haji Mat Hassan bin Munas (Tok Janggut), Haji Abdul Rahman bin Haji Abdul Hamid,Mohamed Salleh dan lain-lain. Namun, semua usaha mereka menemui kegagalan karena tidak mendapat dukungan penuh dari masyarakat

23

Bagi mempercepatkan hasil ladang-ladang getah. Orang India tinggal di estet-estet yang telah disediakan oleh kolonial Inggris.

24

Internasional Law Book Services, Malaysia Kita, Panduan dan Rujukan untuk Peperiksaan Am Pemerintah (Selangor Darul Ehsan: SS Graphic Printers (M) Sdn. Bhd. [252774-K], Wisma ILBS, 2008, 2009), Cet. Semula, h. 288-289.

25

Gagasan Malayan Union yang didirikan pada 1 April 1946 itu tidak mendapat dukungan oleh orang Melayu. Oleh itu seorang tokoh terkenal, Dato‟ Onn Jaafar telah menentang keras gagasan tersebut karena ia merupakan satu kerugian besar bagi raja-raja Melayu dan rakyat Tanah Melayu khususnya orang Melayu.


(29)

dan disebabkan tidak memiliki pelengkapan senjata yang modern dibanding pihak Inggris.26

Tetapi, usaha dan semangat nasionalisme tidak hilang begitu saja, malah ia lebih kuat. Antara tahun 1900-1941, ada beberapa faktor yang berkontribusi kepada kebangkitan nasionalisme orang Melayu. Faktor tersebut terbagi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah peristiwa yang terjadi di Tanah Melayu dan memberi pengaruh yang sangat besar dalam membangkitkan dan menyemarakkan semangat nasionalisme orang Melayu. Antara faktor-faktornya adalah:

a. Agama, faktor agama ini digerakkan oleh Kaum Muda. Ia memainkan peran yang penting dalam menyatukan orang Melayu terutamanya pada peringkat awal kebangkitan semangat nasionalisme di Tanah Melayu. Kesedaran politik melalui agama disebarkan oleh pelajar-pelajar Melayu yang menuntut di Universiti Al-Azhar, Mesir. Mereka dipengaruh oleh gerakan reformis Islam di Mesir yang dipelopori oleh Syed Jamaluddin al-Afghani (1838-1897) dan Sheikh Muhammad Abduh (1849-1905).27

b. Kemunduran orang Melayu yang tertinggal jauh dalam bidang pendidikan, ekonomi (yang dikuasai oleh orang Cina dan pedagang Eropa) dan sosial. Pendirian Maktab Perguruan Sultan Idris (MPSI), di Tanjung Malim pada tahun

26

Mahdi Shuid. dkk, Longman Teks Pra-U STPM Sejarah Malaysia, h. 169-170.

27

Di antara tokoh-tokohnya adalah Syed Sheikh al-Hadi, Sheikh Tahir Jalaluddin, Haji Abas bin Mohd Taha, dan Syed Mohd Salim al-Kalali. Mereka menerbitkan majalah Al-Imam yang berarti ‟pemimpin‟ dalam usaha untuk menyebarkan pahaman mereka dalam kalangan orang Melayu. Mahdi Shuid. dkk, Longman Teks Pra-U STPM Sejarah Malaysia, h. 170-171.


(30)

1922 telah melahirkan golongan guru yang telah memainkan peran yang penting dalam membangkitkan semangat nasionalisme orang Melayu di luar kota. Kemudian, mereka mendirikan Persatuan Sastra Tanah Melayu (PSM) dan menghasilkan beberapa karya-karya seperti cerpen, novel, majalah dan puisi yang bertemakan semangat nasionalisme, masalah-masalah yang dihadapi orang Melayu dan kemunduran orang Melayu.

c. Golongan intelektual yang kebanyakan mereka dilahirkan oleh sekolah Inggris28, sekolah Melayu29 dan sekolah agama.30 Golongan ini bergiat aktif untuk meyebarkan ide-ide, filsafat politik seperti demokrasi dan nasionalisme, serta memainkan peran penting dalam memberi pengetahuan kepada masyarakat Melayu.

d. Jurnalis, yaitu para jurnalis yang aktif sepanjang tahun 1930-an hingga 1940-an, terdapat lebih kurang 80 buah koran dan majalah yang diterbitkan. Antaranya adalah Majelis Warta Malaya, Al-Imam, Utusan Melayu dan Warta Negara. Kesemua hasil-hasil ini berperan menyalurkan pendapat, memberi ilmu pengetahuan, dan menyampaikan pesan, dan menyebarkan ide-ide nasionalisme dan menyeru orang Melayu supaya bersatu.31

28

Lulusan sekolah Inggris kebanyakannya terdiri dari golongan bangsawan yang bekerja dalam pemerintahan. Mereka lebih berfokus dalam memperjuangkan kepentingan orang Melayu dengan menyuarakan masalah-masalah sosial dan ekonomi. Antara tokohnya adalah Dato‟Onn Jaafar.

29

Kebanyakan mereka terdiri dari pelajar lulusan Maktab Perguruan Sultan Idris (MPSI) yang memberi perhatian kepada soal politik dan perkembangan nasionalisme di luar negara terutama Indonesia. Antara tokohnya adalah Ibrahim Yaakub.

30

Dipelopori oleh Kaum Muda yang mengajak kepada ajaran Islam yang sebenar untuk membebaskan diri dan negara dari cengkaman penjajah.

31


(31)

Sedangkan faktor eksternal pula adalah peristiwa yang terjadi di luar Tanah Melayu, tetapi memberi dampak yang sangat besar kepada perkembangan semangat nasionalisme orang Melayu di Tanah Melayu.32 Antaranya adalah:

a. Pengaruh nasionalisme Filipina yang berhasil mengusir koloni Sepanyol.

b. Perang Rusia-Jepang (1904-1905) memberi efek yang mendalam untuk membangkitkan semangat melawan Inggris.33

c. Pengaruh dari Gerakan Turki Muda yang berhasil mengambil kembali negara Turki.34

d. Pengaruh dari Serikat Islam Indonesia yang telah berhasil membangkitkan semangat nasionalisme di Indonesia dan juga di Tanah Melayu.35

e. Keberhasilan Revolusi 1911 di China.36

Dalam membicarakan nasionalisme di Tanah Melayu, latar belakang pengaruh adalah hal penting yang harus dilihat. Perkembangan politik luar seperti China, Jepang, Turki, Filipina dan Indonesia banyak mempengaruhi politik tanah air.

32

Fauziah Shaffie dan Ruslan Zainuddin, Sejarah Malaysia (Shah Alam: Penerbit Fajar Bakti, 2000), Cet. Pertama, h. 241.

33

Pada tahun 1904, terjadi perang antara Jepang dan Rusia. Rusia terpaksa menyerah kalah pada tahun 1905 di tangan Jepang. Kemenangan Jepang ini telah memberi semangat dan kekuatan kepada bangsa Asia termasuk orang Melayu untuk melawan kewibawaan dan kekuasaan kolonial Barat.

34

Penguasaan Inggris ke atas Turki telah menimbulkan kemarahan rakyat Turki. Gerakan Turki Muda yang dipimpin oleh Mustafa Kamal Attartuk berhasil menjadikan Turki sebagai negara modern dan kuat. Keberhasilannya itu telah memberikan ilham dan semangat kepada orang Melayu untuk membebaskan Tanah Melayu dari kolonial Inggris.

35

Perjuangan orang Indonesia dijadikan inspirasi oleh orang Melayu untuk melawan Inggris demi membebaskan negara dari cengkeraman Inggris. Internasional Law Book Service, Malaysia Kita,Panduan dan Rujukan untuk Peperiksaan Am Pemerintah, (2008, 2009), Cet. Semula, h. 64.

36

Pada Oktober 1911, Dr. Sun Yat Sen telah melakukan revolusi untuk melawan Dinasti Manchu dengan menyebarkan ide-ide tentang nasionalisme, demokrasi dan sosialisasi kepada orang China. Tujuan utama Revolusi 1911 adalah untuk menangani kedaulatan dan martabat negara China dan berhasil mencapai tujuan tersebut. Mahdi Shuid. dkk, Longman Teks Pra-U STPM Sejarah Malaysia, h. 177.


(32)

T. Silcock dan Ungku Aziz dalam karya mereka yang berjudul ‟Nasionalism In

Malaya‟, berkata bahwa nasionalisme di Tanah Melayu pada dasarnya adalah dari pengaruh nasionalisme negara-negara luar. Dua aliran penting yang mempengaruhi perkembangan nasionalisme awal di Tanah Melayu adalah aliran reaksi kebudayaan Islam yang melawan Barat (1906-1926) dan aliran pergerakan nasionalisme Indonesia (1926-1937).37

B. Partai Politik dan Demokrasi Malaysia

1. Definisi Partai Politik dan Demokrasi

Partai politik adalah organisasi yang memiliki fungsi sebagai penyalut antikulasi dan agregasi kepentingan publik yang paling mapan dalam sebuah sistem politik modern. Ia juga adalah salah satu pilar dan institusi demokrasi yang penting dalam membangun politik yang lebih berkualitas dan beradab. Selain itu, partai politik adalah ”jembatan” antara rakyat dan pemerintah.38 Pada umumnya, partai politik adalah sekelompok manusia terorganisir, yang anggotanya sedikit banyaknya memiliki orientasi nilai-nilai serta cita-cita yang sama dan yang memiliki tujuan untuk memperoleh kekuasaan politik serta mempertahankannya guna untuk melaksanakan program yang telah ditetapkan.39

37

Roslan Saadon, Gagasan Nasionalisme Melayu Raya: Pertumbuhan dan Perkembangannya, h. 20-21.

38

Leo Agustino, Perihal Ilmu Politik, Sebuah Bahasan Memahami Ilmu Politik, (Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2007), Cet. Pertama, h. 100.

39

Meriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet. Ketiga, h. 422.


(33)

Secara etimologis, demokrasi dari kata Yunani, yang asal katanya, ”demos” yang berarti rakyat sedangkan ”cratos” berarti berkuasa (kekuasaan). Maka, arti yang lebih relevan adalah kekuasaan ada di tangan rakyat secara penuh. Secara terminologis, menurut Koentjoro Poerbopranoto, demokrasi adalah suatu sistem di mana rakyat diikutsertakan dalam pemerintahan negara.40

Sedangkan demokrasi menurut beberapa pemikir politik Barat seperti Austin Ranney (1990:112-118) yang melihat bahwa demokrasi harus diperhatikan prihal-prihal penting seperti kedaulatan publik (pemberian kekuasaan tertinggi kepada rakyat, termasuk dalam pembuatan keputusan politik), persamaan politik (persamaan hak untuk setiap warga negara untuk terlibat dalam politik), konsultasi publik (adanya mekanisme artikulasi dan agregasi tuntutan-tuntutan serta kebutuhan-kebutuhan publik), dan kekuasaan mayoritas.41

Samuel P. Hungtington (1990) mengatakan bahwa skala kecil demokrasi dapat didefinasikan sebagai pemilihan umum yang terbuka, bebas, dan adil, adanya pembagian kekuasaan yang jelas, terjaganya stabilitas dan adanya tingkat partisipasi yang luas dan otonom.42 Ringkasnya, dapat dipahami bahwa demokrasi adalah sistem politik yang melembagakan kontrol terhadap pemerintah untuk memberi pertanggung

40

Ibid., h. 50.

41

Leo Agustino, Perihal Ilmu Politik, Sebuah Bahasan Memahami Ilmu Politik, h. 141.

42


(34)

jawaban kepada rakyat, melalui badan perwakilan yang telah diatur dalam konstitusi.43

2. Partai Politik dan Perjuangan Kemerdekaan

Sebelum Malaysia mencapai kemerdekaannya pada tangal 31 Agustus 1957, ada beberapa partai politik yang berusaha berjuang membebaskan tanah air dari terus menjadi korban empat kolonial yaitu Portugis (1511-1641), Belanda (1641-1824), Inggris (1824-1957) dan Jepang (1941-1945). Antara partai politik yang ada di Tanah Melayu khususnya setelah Perang Dunia 1 telah mencoba memperjuangkan kemerdekaan adalah:

a. Independent of Malayan Party (IMP) yang didirikan oleh Dato 'Onn Jaafar pada 16 September 1951 setelah usahanya untuk membuat UMNO sebuah partai yang terdiri dari beberapa kaum ditentang oleh orang Melayu. Bagaimanapun, IMP gagal untuk mendapatkan keanggotaan dari kaum bukan Melayu. Ini jelas menggambarkan bahwa partai politik di Tanah Melayu itu adalah rasis.

b. Partai-partai berhaluan sosialis yang mencoba mendapatkan kemerdekaan menggunakan tindakan yang agak radikal. Antara partai tersebut adalah Partai Kebangsaan Melayu Malaya (PKMM)44 yang didirikan pada 17 Oktober 1945,

43

Amirullah, “Negara Utama” Al-Farabi dan Ide Demokrasi (Jakarta: Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 32.

44

Partai Kebangsaan Melayu Malaya (PKMM), juga didirikan pada 17 Oktober 1945 di Ipoh, Negeri Perak. Partai ini merupakan partai politik Melayu pertama didirikan setelah pendudukan Jepang di Tanah Melayu. Tujuan utama pembentukan PKMM adalah untuk menuntut

kemerdekaan penuh bagi Tanah Melayu dan menentang segala bentuk penjajahan Inggris. PKMM juga berusaha mengatasi masalah orang Melayu di segi pelajaran, sosial dan ekonomi serta kebebasan mencetak dan bersuara. Pada 30 November 1945, PKMM telah mengeluarkan delapan resolusi yang dianggap oleh pemerintah sebagai diinspirasikan oleh rencana 'Sembilan Hal' Partai Komunis Malaya.


(35)

Angkatan Pemuda Insaf (API)45 yang didirikan pada 17 Februari 1946 dan Ikatan Pemuda Tanah Air Melayu (PETA)46 yang didirikan pada bulan September 1947. Kebanyakan partai ini mendapatkan inspirasi kemerdekaan dari perjuangan nasionalis-nasionalis negara tetangga khususnya Indonesia.

c. Partai politik yang berlandaskan perjuangan ke arah agama yaitu agama Islam. Partai tersebut adalah Hizbul Muslimin (HM) yang dipimpin oleh Ustaz Abu Bakar al-Baqir47 dan memiliki tujuan utama untuk mendirikan sebuah pemerintah Islam di Tanah Melayu. Sementara itu, Partai Islam Se-Malaysia (PAS) yang dipimpin oleh Tuan Haji Ahmad Fuad Hassan48 didirikan pada 24 November 1951. Tujuan PAS adalah menjadi agama Islam sebagai agama resmi, bahasa Melayu sebagai bahasa resmi dan mengetatkan peraturan kewarganegaraan. d. Ada juaga partai yang lahir hasil dari gabungan antara beberapa partai yang lain

dikenal sebagai Partai Perikatan. Ia adalah satu usaha awal untuk menggabungkan PKMM pada mulanya tidak condong ke komunisme. Tetapi bila Mokhtaruddin Lasso diangkat sebagai presidennya yang pertama pada bulan Oktober 1946, partai ini dipengaruhi oleh komunis.

45Angkatan Pemuda Insaf (API) adalah sebuah partai politik yang didirikan pada 17 Februari

1946 di Ipoh, Perak oleh Ahmad Boestamam, Abdurrahman Rahim dan Bakar Thareek. API adalah sebuah badan politik kiri dan sosialis Melayu yang awalnya merupakan sayap pemuda Partai Kebangsaan Melayu Malaya (PKMM). Partai ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan Gabungan Pemuda Demokratik Sedunia dan Organisasi Lembaga Pemuda Bangsa Asia di Indonesia yang banyak mempengaruhi API di setiap sudut perjuangannya.

46

Ikatan Pemuda Tanah Air Melayu (singkatan: PETA) didirikan pada bulan September 1947 oleh Wahi Anwar. PETA ini berhaluan Sosialis Melayu. Namun, ia telah diharamkan oleh pemerintah pada tahun 1948.

47

Abu Bakar al-Baqir adalah pengasas Maahad II Ihya As-Syarif, Gunung Semanggol, Perak. Di situlah berawalnya karir politik ia dalam menggerakkan pahaman Kaum Muda, pendirian MATA, PEPERMAS dan kemudian menjadi pendiri gerakan politik Islam pertama yaitu HM, Ishak Saat,

Sejarah Politik Melayu Pelbagai Aliran (Shah Alam: Penerbit Karisma Publication Sdn. Bhd., 2007), Cet. Pertama, h. 257-258.

48

Haji Ahmad Fuad Hassan adalah seorang ulama yang disegani. Latar belakang agama dan pendidikan Islam yang ia miliki serta pernah memimpin Biro Ugama UMNO adalah faktor utama mengapa ia diberi kepercayaan untuk memimpin PAS yang didirikan pada tahun 1951, Ibid., h. 258-259.


(36)

partai-partai yang terdiri dari beberapa kaum dalam satu pakatan dimulai ketika UMNO49 dan MCA50 membentuk aliansi bersama untuk menghadapi pemilu Mejlis Perbandaran Kuala Lumpur pada tahun 1957. Dalam pemilihan tersebut, aliansi telah memenangkan 9 kursi dari 12 kursi yang dipertandingkan. Selanjutnya, aliansi tersebut memenangkan juga pemilihan Johor Bahru, Muar dan Melaka. Perolehan aliansi ini mencerminkan bahwa usaha-usaha bersama antara kaum dapat menghasilkan perolehan untuk kepentingan bersama. Berlandaskan perolehan ini, Tunku Abdur Rahman dan Tan Cheng Lock telah membentuk Partai Perikatan di tingkat nasional di tahun 1952. Pada tahun 1955, MIC51 pula turut berpartisipasi dalam Partai Perikatan. Dengan ini jelas bahwa rakyat yang beberapa kaum telah memberikan mandat kepada partai itu untuk memperjuangkan kemerdekaan Tanah Melayu.52

Kesimpulannya, walaupun partai-partai tersebut memiliki ideologi yang berbeda, tetapi mereka sanggup mengenepikan persoalan ideologi untuk sementara waktu. Mereka bekerjasama, bersatu dan berusaha dalam berbagai bentuk pendekatan

49UMNO adalah satu partai yang didirikan pada tanggal 11 Mei 1946 oleh Dato‟ Onn Jaafar

dan ia dikhususkan hanya untuk etnis Melayu saja. Tujuan pendiriannya adalah melawan Malayan Union dan menyatukan orang Melayu, Mahdi Shuid. dkk, Longman Teks Pra-U STPM Sejarah Malaysia, h. 236.

50

MIC ini didirikan pada 8 Agustus 1946 oleh John Thiny demi menjaga kepentingan etnis India. Hasnah Hussin dan Mardina Nordin, Pengajian Malaysia (Selangor: Penerbit Oxford Fajar Sdn Bhd., 2007), Cet. Pertama, h. 71.

51

MCA didirikan pada 27 Februari 1949 oleh Tan Cheng Lock bertujuan untuk melindungi kepentingan etnis Cina di Tanah Melayu. Internasional Law Book Services, Malaysia Kita, (2005), Cet. Keenam, h. 149.

52

Tommy GunTalib (RAD/DP/07-3-0077), Studi Am Malaysia (LAN123) Tokoh-tokoh yang Membawa Malaysia Ke arah Kemerdekaan dan Partai yang Diwujudkan.


(37)

untuk berdepan dengan kolonial Inggris dan berebut kembali tanah air dari terus berada dalam cengkaman penjajah.

3. Demokrasi di Malaysia

Sebelum mencapai kemerdekaan, Tanah Melayu diperintah secara terpisah oleh Inggris, yaitu Negeri-negeri Selat (NNS)53, Negeri-negeri Melayu Bersekutu (NNMB)54, dan Negeri-negeri Melayu Tidak Bersekutu (NNMTB)55. Ketiga bentuk menajemen itu diketuai oleh seorang Komisioner Tinggi Inggris. Timbul desakan dari penduduk lokal agar Inggris memberi kesempatan kepada mereka untuk bergabung dalam Majelis Perundangan Persekutuan (MPP). Akhirnya pada 1 Februari 1951, Sistem Anggota56 diperkenalkan dan diikuti dengan identifikasi Pemilihan Umum Bandaran Pulau Pinang pada tahun 1951 dan Kuala Lumpur pada tahun 1952.

Pada saat itu, partai yang menang akan meletakkan wakil untuk bergabung dengan MPP yang menyerupai kabinet. Ini menunjukkan dasar awal sistem pemerintahan demokrasi berbentuk Barat dalam menajemen Tanah Melayu sehingga

53

NNS adalah gabungan tiga negeri yaitu Singapura, Melaka dan Pulau Pinang. Inggris telah melakukan pergabungan tiga negeri itu pada tahun 1826, bertujuan untuk menyeragamkan administrasi dan menghematkan biaya. Ia dikawal oleh Gabenur Jeneral yang berpusat di India. Mahdi Shuid, dkk,

Longman Teks Pra-U STPM Sejarah Malaysia, h. 64.

54

NNMB lahir hasil dari Perjanjian Persekutuan pada tahun 1895 gabungan dari empat negeri yaitu Perak, Selangor, Pahang dan Negeri Sembilan. Ia diketuai oleh Residen Jeneral. Faktor pendiriannya adalah terjadinya masalah keuangan di Pahang akibat penentangan pemimpin tempatan, kelemahan Sistem Residen yang tidak tersusun, dan mengurangkan perbelanjaan administrasi tanpa memerlukan biaya yang besar. Hasnah Hussin dan Mardiana Nordin, Pengajian Malaysia, (Selangor: Penerbit Oxford Fajar Sdn Bhd., 2007), Cet. Pertama, h. 41.

55

NNMTB merupakan gabung empat negeri yaitu Perlis, Kedah, Kelantan dan Johor. Ia dibentuk pada tahun 1909 ketuka Inggris dan Siam menandatangani Perjanjian Bangkok. Setiap negeri diketuai oleh Penasehat Inggris. Ibid., h. 43.

56

Sistem Anggota adalah satu kabinet kecil yang terletak di bawah kuasa Komisioner Tinggi Inggris sebelum Tanah Melayu mencapai kemerdekaan.


(38)

negara mencapai kemerdekaan pada tahun 1957.57 Pemilihan Umum 1952 adalah satu pengalaman pertama untuk rakyat Malaysia berasa bebas memilih pemimpin mereka walaupun pada waktu itu Tanah Melayu belum merdeka. Namun, Malaysia masih mengamalkan pemerintahan bercorak demokrasi sejak kemerdekaan hingga saat ini. Konsep demokrasi yang dilakukan di Malaysia sama dengan apa yang dianut oleh negara lain, yaitu pemerintahan yang menggunakan suara rakyat dalam menentukan pemimpin negara atau tampuk pemerintahan. Pemilihan Umum di Malaysia dilakukan lima tahun sekali.58

Di Malaysia, corak pemerintahan yang dipraktekkan adalah berbentuk demokrasi berparlemen melalui ketentuan Perlembagaan Persekutuan Malaysia (Konstitusi Federasi). Pemerintah yang dipilih oleh rakyat harus menjaga dan menghargai profesi yang diberikan dengan baik. Prinsip utama sistem demokrasi berparlemen di Malaysia adalah sistem parlemen yang terdiri dari Yang Di-Pertuan Agung (YDPA), Dewan Negara59 dan Dewan Rakyat60, pemerintahan secara perwakilan, pengakuan kebebasan minoritas (menjamin hak-hak golongan minoritas), persamaan, corak pemerintahan (berbentuk pengasingan kuasa, yaitu badan legislatif,

57

Hasnah Hussin dan Mardiana Nordin, Pengajian Malaysia, h. 164.

58

Ibid., h. 165.

59

Dewan Negara adalah komponen kedua dalam Parlemen Malaysia. Ia merupakan Majelis Tertinggi atau Senat. Fungsi utamanya ialah membahas rancangan undang-undang dengan lebih rinci. Ia juga mendiskusikan hal-hal yang terkait dengan kepentingan umum. Berdasarkan Perlembagaan Persekutuan Malaysia, Pasal 45, Dewan Negara ini haruslah terdiri dari 70 orang anggota. Mereka dipilih oleh YDPA. Internasional Law Book Services, Malaysia Kita, h. 155.

60

Dewan Rakyat ini adalah komponen ketiga dalam Parlemen Malaysia. Ia merupakan satu majelis khusus untuk rakyat menyuarakan aspirasi dan kehendak serta mendapat pembelaan menerusi wakil-wakil mereka. Semua anggota Dewan Rakyat ini dipilih berdasarkan sistem pemilihan umum dan setiap mereka mewakili setiap kawasan yaitu kawasan pemilihan umum Dewan Rakyat atau kawasan Parlemen. Fungsinya adalah meluluskan Undang-undang, menentukan belanjawab negara dan mengawasi perjalanan pemerintahan. Ibid., h. 156.


(39)

badan menajemen, dan badan peradilan), kebebasan dasar (perorangan untuk kebebasan berbicara, berkumpul, berserikat, bergerak dan sebagainya) dan pemilihan umum (satu cara untuk memilih wakil ke Dewan Rakyat dan Dewan Undangan Negeri (DUN) berdasarkan undian).61

Sistem demokrasi berparlemen di Malaysia memiliki beberapa kebaikan yaitu dari sudut keamanan, pembangunan ekonomi, persatuan bangsa dan pembangunan politik. Sistem ini telah memberi stabilitas dan kemantapan politik yang memungkinkan pemerintah merencanakan, membentuk dan seterusnya melaksanakan strategi pembangunan negara. Dengan cara itu, maka setiap rakyat dapat menikmati kemakmuran dan kesejahteraan dalam kehidupan masing-masing.62

Pemilihan Umum adalah satu cara yang digunakan untuk memilih pemimpin yang memiliki kelayakan, mempunyai sosok yang sesuai dan dapat membela nasib rakyatnya serta berkemampuan baik dalam urusan dalam dan luar negara. Fungsi pemilihan umum ini adalah untuk membentuk sebuah pemerintahan yang demokratis, mempertahankan pucuk pimpinan, pemilihan calon untuk mengisi jabatan tinggi pemerintahan, memperkuat stabilitas dan legitimasi dalam satu organisasi serta komunitas politik.63

Suruhanjaya Pilihan Raya (SPR) atau Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah sebuah komisi bebas yang bertugas saat terjadinya suatu pemilihan pemimpin dan

61

Mahdi Shuid. dkk, Longman Teks Pra-U STPM Sejarah Malaysia (Selangor Darul Ehsan: Pearson Malaysia Sdn. Bhd., 2009), Cet. Pertama, h. 262-263.

62

Hasnah Hussin dan Mardiana Nordin,Pengajian Malaysia, h. 197.

63


(40)

anggota-anggotanya dipilih oleh YDPA. Berdasarkan Pasal 114, Perlembagaan Persekutuan Malaysia, SPR ini didirikan pada 4 September 1957 Pada awal berdirinya, ia hanya beranggotakan seorang ketua dan dua orang anggota. Namun, setelah Sabah dan Sarawak bergabung dengan Malaysia pada 16 Setember 1963, maka bilangan anggota SPR ditambah sesuai dengan kebutuhandan kepentingan negara.64

Tujuan atau prinsip dasar SPR ini adalah untuk melestarikan dan mempertahankan sistem demokrasi berparlemen di Malaysia melalui pemilihan umum yang adil, efisien dan transparan. Antara fungsinya pula adalah mempelajari dan membuat pembagian bagian-bagian pemilihan umum, menjalankan urusan pendaftaran pemilih dan memeriksa daftar pemilih, menjalankan pemilihan umum, mendaftarkan calon-calon yang bertanding dan memastikan mereka memenuhi kriteria serta kualifikasi yang disyaratkan.65

Untuk proses pemilihan umum di Malaysia, sejak tahun 1957, Malaysia mempertahankan sistem politik berbagai partai di mana partai politik yang memperoleh mayoritas kursi di Parlemen (Dewan Rakyat) atau Dewan Undangan Negeri, boleh mendirikan pemerintahan federal atau negeri. Sistem yang digunakan di Malaysia adalah berbasis „First-Past-The-Post-System‟. Calon yang memperoleh mayoritas akan diumumkan sebagai pemenang.66

64

Mahdi Shuid. dkk, Longman Teks Pra-U STPM Sejarah Malaysia, h. 264.

65

Hasnah Hussin dan Mardiana Nordin, Pengajian Malaysia, h. 197.

66


(41)

Pada tingkat awal, partai politik di Tanah Melayu kebanyakkannya bercorak etnis dan ideologi seperti PKMM, PAS, UMNO, MCA dan lain-lain. Namun, ide Dato‟ Onn dibawah IMP yang bercorak terbuka kepada semua bangsa menjadi landasan kepada perkembangan politik di Tanah Melayu. Walaupun ia gagal pada permulaan tetapi Partai Perikatan yang menggunakan konsep ini telah berhasil dalam pemilihan umum pada 1955. Ini menunjukkan masyarakat dalam hal kemerdekaan sanggup melupakan kepentingan masing-masing untuk mengusir Inggris dari Tanah Melayu.67 Melalui pemilihan umum itu, pemimpin Melayu secara langsung diperlihatkan mengenai sistem demokrasi berparlemen. Akhirnya, Tanah Melayu memperolehi kemerdekaan melalui persatuan bangsa antara tiga etnis utamanya pada 31 Agustus 1957, sedangkan Malayan Union merupakan perintis bagi penyatuan ketiga kaum ini iaitu Melayu, India, dan Cina.

Setelah peristiwa berdarah pada 13 Mei 1969, hubungan etnis di Malaysia lebih erat dengan terdirinya Dasar Ekonomi Baru (DEB). Rakyat yang berbilang bangsa dan budaya hidup dengan aman dan harmonis. Pada pemilihan umum ke-12, partai-partai politik bercorak etnis sudah tidak releven lagi karena mereka lebih cenderung kepada perjuangan rakyat, tidak lagi tertumpu kepada sesuatu etnis tertentu. Perkembangan ini jelas menunjukkan bahwa hubungan antara etnis semakin

67

Fadilah Zaini dan Kassim Thukiman, Hubungan Etnis di Malaysia (Johor Bahru: Universiti Teknologi Malaysia, 2008), h. 201.


(42)

baik karena masyarakat yang berbilang bangsa lebih cenderung kepada kesejahteraan hidup dibanding kepentingan etnis mereka.68

Kesimpulannya, Negara Malaysia yang ada saat ini adalah hasil dari semangat nasionlisme rakyatnya yang mahu mendirikan negara yang bebas dari campur tangan penjajah. Kemenangan Partai Perikatan pada Pemilihan Umum 1955 telah membuka jalan ke arah mewujudkan pemerintahan sendiri. Usaha rundingan kemerdekaan dilakukan oleh Tunku Abdul Rahman bersama beberapa pemimpin lain ke London pada bulan Januari 1956 telah dijanjikan kemerdekaan pada 31 Agustus 1957. Berawal dari nama Persekutuan Tanah Melayu yang hanya terdiri dari negeri-negeri di Semenanjung Tanah Melayu, kemudian pada 16 September 1963, Malaysia berhasil diwujudkan dengan gabungan Sabah, Sarawak dan Singapura. Namun pada 1965, Singapura memundurkan diri dari Malaysia.

C. Kebijakan Luar Negeri Malaysia

Kebijakan luar negeri berarti kebijakan pemerintah terhadap negara-negara lain. Negara juga bisa diibaratkan sebagai seorang manusia. Maka, negara harus menjaga keamanannya. Kita semua ingin menjalankan tugas rutin harian tanpa diganggu atau diancam oleh pihak-pihak tertentu. Begitu juga negara harus mempertahankan kedaulatannya serta menjamin keamanannya dari serangan musuh. Hal ini lebih dipilih untuk suatu negara yang kecil seperti Malaysia. Kadangkala

68


(43)

negara-negara kecil ini terpaksa mencari perlindungan dari kekuatan besar, atau bekerjasama dengan negara lain untuk mempertahankan kepentingan bersama.69

Persyaratan dasar negara yang berikutnya adalah mencari sumber pendapatan. Berdasarkan hal ini, negara harus menjamin kepentingan ekonomi perdagangan yang menjadi sumber pendapatannya. Negara-negara yang tergantung pada perdagangan tentu akan memelihara hubungan yang baik dengan negara-negara lain untuk memasarkan produknya atau untuk mendapatkan bahan baku yang dibutuhkan. Maka, jika kita ingin memahami kebijakan luar negeri, kita harus mengetahui kebutuhan dasar negara itu dari segi keamanan ekonomi dan politik. Selain itu, kita harus juga mengetahui tentang latar belakang sejarah dan kebudayaan masyarakat tersebut.70 1. Definisi Kebijakan Luar Negeri

Kebijakan luar negeri dapat didefinisikan sebagai tujuan, rancangan dan tindakan yang dilakukan oleh negara dalam usaha untuk berhubung dengan negara yang lain dalam pengertian yang terbatas. Kebijakan luar negeri hanya mementingkan aspek tindakan yang diambil oleh sebuah negara untuk mempengaruhi kondisi-kondisi yang berada di luar wewenangnya.71

Menurut Lew Hee Men, kebijakan luar negeri berarti "berbaik-baik dengan semua negara demi keamanan dan kesejahteraan dunia". Menurutnya juga,

69

Siti Katijah binti Aris, Kerja Kursus Berasaskan Ilmu (KKBI) Sains Politik-Dasar-Dasar Luar Malaysia, Jabatan Kajian Sosial Institut Perguruan Sultan Mizan, Terengganu, h. 20.

70 Syed Ahmad Albal, Jumat, “Evolusi Dasar Luar Malaysia”, 24 Desember 2010, 12:47

WIB, Bernama News. Artikel diakses pada 12 April 2011 dari http://syedhamidalbar.net/index.php?option=com_content&view=article&id=86:evolusi-dasar luar-malaysia-&catid=34:latest&Itemid=57.hmtl.

71

Siti Katijah binti Aris. “Dasar Luar Negara Malaysia”. Artikel diakses pada 24 Maret 2011, http://www.scribd.com/doc/19008044/Dasar-Luar-Negara-Malaysia.html.


(44)

kebijakan luar negeri terbagi kepada dua bentuk, yaitu hubungan bilateral (hubungan langsung dengan negara-negara tertentu, dan hubungan multilateral (hubungan dalam bentuk kelompok dan organisasi). Sedangkan Azizi Ahmad pula memberikan definisi kebijakan luar negeri sebagai kebijakan menjalani hubungan internasional dengan negara lain. Kebijakan luar negeri adalah tindakan yang diambil oleh pembuat kebijakan sesuatu pemerintah membentuk dan menyelesaikan sesuatu masalah. Ia merupakan strategi atau tindakan menghapus, mengurangi, mempertahankan dan saling bekerjasama antara negara.

Untuk menjaga kepentingan, keamanan dan kesejahteraan sebuah negara, hubungan di antara negara dengan negara yang lain adalah harus dan penting. Hal ini demikian karena kebanyakan negara tergantung satu sama lain dalam berbagai aspek seperti politik, ekonomi, teknologi dan keamanan. Negara maju harus mengadakan hubungan dengan negara berkembang khususnya dalam bidang perdagangan.72

2. Latar Belakang Sejarah Hubungan Luar Negeri Malaysia

Kebijakan luar negeri yang ada saat ini merupakan kesinambungan kepada kebijakan dalam negara Malaysia. Malaysia telah menjalinkan hubungan diplomatik sejak zaman pra-kemerdekaan di era Kesultanan Melayu Melaka dengan beberapa negara seperti India, Siam, China, Persia, Arab, Jepang dan negara lain di sekitar Kepulauan Melayu. Setelah merdeka, Malaysia masih meneruskan tradisi tersebut.73

72Azizi Ahmad, “Dasar Malaysia”. Artikel

diakses pada 2 April 2011 dari http://www.geocities.com/mt961013/unitem/dasarmalaysia.html.

73


(45)

Di Malaysia, kebijakan luar negeri dikelola oleh Kementerian Luar Negeri yang dikenal sebagai Wisma Putra sempena nama Perdana Menteri Malaysia yang pertama, Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj. Ia juga adalah Menteri Luar Tanah Melayu yang pertama. Berdasarkan prinsipnya, Malaysia menjalin hubungan baik dengan semua negara tanpa melihat ideologi politik negara tersebut.74

Setiap tindakan yang diambil adalah memperhatikan kepentingan yang menganjurkan perdamaian, kebebasan serta semangat kerjasama antara negara. Tujuan kebijakan luar negeri ini adalah untuk melindungi kepentingan nasional di arena internasional dan di pentas dunia. Menurut pernyataan mantan Menteri Luar Negeri, Dato‟ Seri Syed Ahmad Albar, antara tujuan paling utama75 adalah:

a. Menjaga, mempertahankan dan memajukan kepentingan-kepentingan Malaysia di tingkat global.

b. Menjaga, mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan dan keamanan Malaysia dalam kebijakan tidak intervensi dalam urusan dan masalah internal negara lain. c. Menangani perkembangan dan tantangan politik, ekonomi, keamanan dan sosial di

pentas dunia.

d. Memupuk hubungan baik dan dapat mengeratkan kerjasama dengan negara-negara lain.

e. Pendirian dan kepentingan negara-negara berkembang dapat dipertahankan di tingkat internasional.

74

Mahdi Shuid. dkk, Longman Teks Pra-U STPM Sejarah Malaysia, h. 289.

75

Siti Katijah binti Aris, Kerja Kursus Berasaskan Ilmu (KKBI) Sains Politik-Dasar-Dasar Luar Malaysia, h. 22.


(46)

f. Mempertahankan dan menjunjung tinggi hak, kepentingan dan aspirasi Malaysia dalam semua bidang.76

Maka, dapat dirumuskan bahwa tujuan kebijakan luar negeri yang paling utama adalah sama, yaitu ke arah menjaga kedamaian, keharmonisan dan mempertahankan kepentingan Malaysia di arena internasional berikutnya berusaha memakmurkan negara tetangga. Selain dari tujuan utama di atas, kebijakan luar negeri Malaysia juga memiliki prinsip utama, di antaranya adalah menyelesaikan masalah melalui perundingan. Malaysia menerapkan prinsip pendekatan berbaik-baik dengan negara lain di samping bersedia membuka hubungan diplomatik dengan suatu negara yang kooperarif dengannya. Malaysia juga memilih menyelesaikan masalah antara negara lain dalam cara perundingan dan menolak sekeras-kerasnya pendebatan apalagi secara kekerasan dan paksaan.77

Malaysia juga menerapkan prinsip hidup bersama secara aman dan harmonis. Malaysia selalu memperjuangkan hak untuk setiap negara agar menyelesaikan masalah internal tanpa intervensi dari pihak luar. Selain itu, Malaysia yakin bahwa setiap rakyat di semua negara tahu apa yang terbaik untuk negara mereka dan lebih memahami apa yang dibutuhkan. Oleh itu, Malaysia mendukung secara tidak langsung perjuangan Organisasi Pembebasan Palestin, Pemerintah Campuran Demokratik Kampuchea dan pejuang-pejuang Mujahidin Afghanistan.78

76

Hasnah Hussin dan Mardina Nordin, Pengajian Malaysia, h. 332.

77

Siti Katijah binti Aris, Kerja Kursus Berasaskan Ilmu (KKBI) Sains Politik-Dasar-Dasar Luar Malaysia, h. 22.

78


(47)

3. Faktor-faktor Pertimbangan dalam Perbentukkan Kebijakan Luar Negeri

Tanggung jawab mengatur hukum luar negeri di negara manapun terletak di tangan otoritas prerogatif (kekuasaan yang sah) yang paling tinggi di negara tersebut. Kekuasaan ini biasanya dipegang oleh eksekutif di negara yang pimpinannya dipimpin oleh Perdana Menteri atau Presiden. Di negara mana sekalipun, perubahan kebijakan luar negeri harus mempertimbangkan beberapa faktor penting demi kepentingan dan keamanan negara.79 Kebijakan luar negeri Malaysia dibentuk dengan mengambil berbagai faktor yang berkait erat satu dengan yang lain yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Antara faktor-faktor yang berperan penting adalah: a. Kepentingan nasional, yaitu keamanan dan kesejahteraan ekonomi dari sudut

perdagangan internasional. Dari sudut keamanan negara, Malaysia sebisa mungkin menghindari jenis ancaman maupun serangan dari negara luar terutama negara yang memiliki kekuasaan veto.80

b. Sistem politik negara. Sebagai sebuah negara yang mengamalkan sistem demokrasi berparlemen, Malaysia mementingkan demokrasi, kebebasan dan kemakmuran rakyat. Oleh itu, ia memberi penekanan kepada prinsip kebebasan manusia dan keamanan serta melawan semua bentuk jajahan dan penindasan di kalangan masyarakat internasional.81

79

Mohammed Azhari Karim, Malaysian Foreign Policy: Issues and Perspectives (Kuala Lumpur: Institut Tadbiran Awam Negara, Malaysia, 1990), Cet Kedua, h. 78.

80

Siti Katijah binti Aris, Kerja Kursus Berasaskan Ilmu (KKBI) Sains Politik-Dasar-Dasar Luar Malaysia, h. 23.

81


(48)

c. Struktur Demografis. Malaysia dikenal dengan masyarakat yang berbagai etnis. Karena itu, Malaysia amat mementingkan persatuan bangsa dan prinsip menghormati hak asasi manusia dengan perjuangan melawan Dasar Apartheid. d. Persekitaran Geostrategis. Malaysia adalah satu negara yang terletak di area yang

paling strategis dunia karena ia menjadi laluan utama yang terdapat di Asia Tenggara. Maka, Malaysia harus menggunakan dasar berbaik-baik dengan negara luar untuk memastikan wilayah ini bebas, aman dan terhindar dari tekanan pengaruh luar seperti komunis.82

e. Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sebagai negara anggota, Malaysia sangat berpegang teguh dengan konsep PBB, yaitu keberadaan sistem internasional di mana semua masyarakat di dunia ini dapat hidup dengan aman dan harmonis serta terhindar dari penindasan. Dalam hal ini, Malaysia telah berperan aktif dan memberikan kontribusi yang berarti terhadap PBB dalam partisipasi penuh semangat dalam badan PBB seperti UNESCO dan UNCTAD. Misalnya, Malaysia telah mengirim tentara juru damai ke Kongo, Afrika (Zaire) pada tahun 1960 untuk mengakhiri perang saudara di sana.83

f. Prinsip Hidup Bersama. Malaysia juga menekankan prinsip hidup bersama dalam kebijakan luar negeri yang dilaksanakannya. Dalam hal ini, Malaysia telah membuat beberapa perubahan dengan mengambil pendekatan yang lebih berani dan telah berusaha mendekati negara Dunia Ketiga seperti Afrika, Timur Tengah

82

Hasnah Hussin dan Mardina Nordin, Pengajian Malaysia, h. 330.

83


(49)

dan negara-negara kecil di Selatan Pasifik. Misalnya, Dr. Mahathir Mohamad sangat tegas dalam menyuarakan pandangannya tentang isu-isu seperti Dasar Apartheid84 yang dilaksanakan oleh pemerintah Afrika Selatan dan penderitaan yang dihadapi oleh penduduk Palestina akibat kekejaman Israel. Malaysia percaya bahwa setiap masyarakat di dunia ini bebas menjalani kehidupan aman dan memiliki hak yang sama.85

4. Kebijakan Luar Negeri sejak Merdeka hingga Sekarang

Kebijakan luar negeri Malaysia yang dibentuk sejak merdeka telah melalui beberapa tahap serta pemimpin-pemimpin yang berbeda. Di era pemerintahan Tunku Abdul Rahman (1957-1970), kebijakannya lebih bercorak pro-Barat dan anti Komunis. Ini karena, Malaysia adalah negara yang baru merdeka dan waktu itu ancaman komunis masih kuat. Selain itu, ia juga mengadakan jaringan regional dan berbaik-baik dengan negara tetangga. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa perjanjian yang ditandatangani seperti Organisasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASA) tahun 1961 yang melibatkan Thailand dan Filipina, MAPHILINDO pada tahun 1961 yang melibatkan Filipina dan Indonesia serta ASEAN pada 8 Agustus 1967 bersama-sama dengan Thailand, Indonesia, Filipina dan Singapura.86

Pada masa pemerintahan Tun Abdul Razak (1971-1975), kebijakan luar negeri lebih menitikberatkan pembangunan dan integrasi sosial dengan mengadakan

84

Ibid., h. 521.

85

Kebijakan Aparteid adalah kebijakan pemerintah Afrika Selatan yang diperintah oleh orang kulit putih yang membedakan status penduduk negara tersebut berdasarkan warna kulit. Orang kulit putih diberikan banyak keistimewaan sementara orang kulit hitam dianggap rendah dan tidak diberikan hak politik dan kemasyarakatan yang sama status. (Sumber: Lew Hee Men, et. al, 2005: 521).

86


(50)

banyak hubungan diplomatik dengan semua negara tanpa mengambil dasar ideologi politik. Antara kebijakan luar negeri yang dilakukannya adalah Zona Aman, Bebas dan netral (ZOPFAN). Hubungan diplomatik dengan China dimulai saat Tun Abdul Razak membuat kunjungan resmi ke negara China pada tahun 1974. Pada era Tun Hussein Onn (1976-1981), ia lebih menekankan kepada kerjasama pertahanan dan keamanan negara malah era pemerintahannya juga masih bersikap pro-Barat.87

Pada era Tun Mahathir Mohamad (1981-2003), kebijakan luar negeri Malaysia di bawah pimpinannya lebih berorientasi ke berbagai aspek seperti kedamaian dan keharmonisan negara, aspek-aspek ekonomi dan aspirasi negara-negara berkembang. Selain itu, soal keamanan dan keadilan masyarakat internasional juga menjadi agenda penting negara,88 seperti isu negara Dunia Ketiga89, tantangan terhadap Dasar Apartheid dan isu Antartika.90

Pada masa Tun Abdullah Ahmad Badawi (2003-2009), sebagai Perdana Menteri Malaysia yang kelima, Datuk Seri Abdullah dianggap beruntung mewarisi administrasi negara dari pemimpin sebelumnya yang begitu tegas dalam menyuarakan apapun isu yang bersangkutan hubungan internasional. Namun, itu

87

Internasional Law Book Services, Malaysia Kita, Panduan dan Rujukan untuk Peperiksaan Am Pemerintah, (2005), Cet. Keenam, h. 488-489.

88

Hasnah Hussin dan Mardina Nordin, Pengajian Malaysia, h. 329.

89

Dr. Mahathir juga dengan lantang telah mengungkapkan pandangannya tentang isu-isu Negara Dunia Ketiga seperti penindasan terhadap penduduk kulit hitam di Afrika Selatan, penderitaan yang dialami oleh penduduk Palestina, kebijakan perdagangan yang memihak kepada negara maju, reformasi sistem administrasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang selama ini berada di bawah dominasi kekuatan besar dunia, isu-isu berhubungan penyalahgunaan narkoba dan termasuk isu pada kontrol atas perdagangan mata uang.

90

Isu Antartika sebenarnya timbul setelah antusiasme beberapa negara mengeksplotasi benua berais di Kutub Selatan untuk kepentingan ekonomi dan politik negara-negara tersebut tanpa memikirkan efek jangka panjang atas sistem ekologi dunia. Bahkan ia juga mendesak agar Benua Antartika dipusakai semua umat manusia berbasis prinsip milik bersama.


(51)

tidak berarti ia hanya melanjutkan kebijakan luar negeri yang sudah ada dan tidak memiliki misi dalam memperbaiki hubungan tersebut. Abdullah telah melanjutkan kesinambungan kebijakan luar negeri pada era pemimpin sebelumnya di samping memperhalus dan memperkuat kebijakan luar yang sudah ada.91

Kebijakan luar negeri era Perdana Menteri Malaysia keenam, yaitu Mohd Najib Tun Abdul Razak mengacu pada kerjasama dan hubungan diplomatik dengan beberapa negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Singapura, dan Palestina.

5. Keterkaitan Malaysia di Arena Internasional

Malaysia juga berkomitmen untuk melaksanakan kebijakan luar negeri dalam bidang ekonomi, politik dan isu lingkungan. Dari sudut ekonominya, Malaysia telah menerapkan kebijakan ekonomi terbuka dan tergantung pada perdagangan. Usaha ke arah berbagai pasar yang dilaksanakan melalui inisiatif perdagangan bilateral, regional dan multilateral, fasilitasi promosi dan perdagangan serta investasi secara agresif telah membawa kepada kemunculan pasar ekspor baru untuk Malaysia. Belanda, India, Pakistan dan beberapa negara Asia Barat, termasuk Uni Emirat Arab, Turki, Arab Saudi dan Iran, adalah pasar yang sangat penting kepada Malaysia.92

Selain itu, Malaysia berpartisipasi aktif dalam beberapa forum dan organisasi, antaranya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ASEAN93, ASEAN + 3 (China,

91

Faridah Jaafar, Perdana Menteri dan Dasar Luar Malaysia 1957-2005, Kuala Lumpur, Penerbit Universiti Malaya, h. 89.

92

Ibid., h. 91.

93

Pendirian ASEAN diusul oleh Tunku Abdul Rahman dan telah dipersetujui oleh negara-negara seperti Singapura, Thailand, Indonesia dan Filipina. Negara-negara-negara yang menganggotai ASEAN ialah Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand, Indonesia, Myanmar, Kemboja, Vietnam, Filipina dan Laos. Bagi Malaysia, ASEAN merupakan satu keutamaan dalam menentukan arah tuju


(1)

mereka sadar bahwa sikap bertolak ansur penting bagi mengekalkan keharmonisan negara.

2) Perkongsian Kuasa Politik di Malaysia

Pemimpin tiga bangsa utama yaitu Melayu, Cina dan India harus menyadari bahwa sifat tolak ansur dalam politik dan perkongsian kuasa amat perlu dijaga dan dilaksanakan dengan adil untuk mengelakkan berlakunya perebutan kuasa dan perpecahan. Jabatan penting dalam pemerintahan, kursi dalam pemilihan umum dan calon-calon yang bertanding tidak boleh hanya dikuasai oleh satu bangsa saja.

3) Menghilangkan Jurang Ekonomi antara Etnis

Kadar kemiskinan yang paling tinggi masih dipegang oleh kaum pribumi. Jika ini dibiarkan, akan timbul masalah lain antaranya kecemburuan sosial antara pribumi dengan bangsa-bangsa lain, merasa diri tertindas, gejala sosial, peningkatan kadar jinayah dan sebagainya. Untuk mengatasi kondisi ini, pembagian dalam sektor ekonomi mestilah dilakukan dengan cara yang adil dan sesuai dengan keperluan bangsa yang terdapat di Malaysia. Bangsa yang lemah dan miskin harus dibantu dengan berbagai cara untuk meningkatkan taraf ekonomi mereka.

4) Meningkatkan Taraf Pendidikan Pribumi

Jurang pendidikan dan jurang ekonomi saling berkait antara satu dengan lain. Jika pendidikan mereka lebih baik maka peluang untuk menambah pendapatan dan meningkatkan ekonomi keluarga adalah lebih besar. Tahap pemikirannya juga akan berubah menjadi lebih baik.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abas, Mohd Salleh. Prinsip Perlembagaan dan Pemerintahan di Malaysia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. 2006.

Abdullah, Abdul Rahman. Pemikiran Islam di Malaysia, Sejarah dan Aliran. Jakarta: Gema Insani Press, 1997.

---. Gerakan Anti Penjajah di Malaysia 1511-1950: Pengaruh Agama dan Tarekat. Kuala Lumpur: Publication Kintan Sdn. Bhd., 1994.

---. Pemikiran di Malaysia: Sejarah dan Aliran. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1998.

Abu Faris, Muhammad Abdul Qadir. Fiqh Siyasah Menurut Imam Hassan Al-Banna. Kuala Lumpur: Pustaka Syuhada, 2000.

Adam, Ramlah. Dr. Burhanuddin al-Helmy: Kajian Mengenai Kegiatannya dalam PKMM 1946-1948, Titian. Kuala Lumpur: Akademik Pengajian Melayu, Universitas Malaya, 1993.

Adams, Ian. Ideologi Politik Mutakhir, Konsep, Ragam, Kritik, dan Masa Depan. Yogyakarta: Qalam. 1993.

Agustino, Leo. Perihal Ilmu Politik, Sebuah Bahasan Memahami Ilmu Politik. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2007.

Ahmad Sanusi, Abdullah. Kerajaan dan Pemerintahan Malaysia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1980.

Ahmad, S. Hashim. Tun Hussein Onn: Potret Seorang Negarawan. Kuala Lumpur: Penerbit Revolusi Rekaria Sdn. Bhd., 2009.

---. Jejak Keramat. Ampang, Selangor: Darul Ehsan, Penebit Juz‟ Art, Agustus 1999.

Amirullah. “Negara Utama” Al-Farabi dan Ide Demokrasi. Jakarta: Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.


(3)

Aris, Siti Katijah. Kerja Kursus Berasaskan Ilmu (KKBI) Sains Politik-Dasar-Dasar Luar Malaysia, Jabatan Kajian Sosial Institut Perguruan Sultan Mizan, Terengganu.

Bahri, Zainul. Kamus Umum, Khususnya Bidang Hukum & Politik. Bandung: Penerbit Angkasa, 1996.

Boestamam, Ahmad. Dato‟ Onn yang Saya Kenali. Kuala Lumpur: Penerbit Adabi Snd. Bhd., Pustaka Umum Negeri Selangor, 1979.

Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media, 2005.

GunTalib, Tommy. (RAD/DP/07-3-0077), Pengajian Am Malaysia (LAN123) Tokoh-tokoh yang Membawa Malaysia Ke arah Kemerdekaan dan Parti yang Diwujudkan. Selangor: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2006.

Haji Abdullah, Firdaus. Radikal Malay Politics: Its Origin and Early Development. Petaling Jaya, Selangor: Pelanduk Publication, 1985.

Hussin, Hasnah, dan Nordin, Mardiana. Pengajian Malaysia. Shah Alam, Selangor: Penerbit Oxfodr Fajar Sdn. Bhd, 2007.

Ibnu Syarif, Mujar, dan Zada, Khamami. Fiqh Siyasah, Doktrin dan Pemikiran Politik Islam. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2008.

International Law Book Services. Malaysia Kita, Panduan dan Rujukan untuk Peperiksaan Am Kerajaan. Selangor Darul Ehsan: Direct Art Company, 2005. ---. Malaysia Kita, Panduan dan Rujukan untuk Peperiksaan Am Kerajaan.


(4)

Jaafar, Faridah. Perdana Menteri dan Dasar Luar Malaysia 1957-2005. Kuala Lumpur: Penerbit Universiti Malaya, 2007.

Karim, Mohammed Azhari. Malaysian Foreign Policy: Issues and Perspectives. Kuala Lumpur: Institut Tadbiran Awam Negara, Malaysia, 1990.

Mahmud, Ibrahim. Sejarah Perjuangan Bangsa Melayu. Kuala Lumpur: Pustaka Antara, 1981.

Men, Lew Hee. Sejarah Dunia. Selangor: Penerbit Fajar Bakti, 2005.

Mohammad, Ahmad Baha. Analisis Pemikiran Politik Anwar Ibrahim di Malaysia 1982-1998. Jakarta: Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

Rahman, A.. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2007.

Saadon, Roslan. Gagasan Nasionalisme Melayu Raya: Pertumbuhan dan Perkembangan. Shah Alam, Selangor: Penerbit Karisma Punlications Shd. Bhd., 2009.

Saat, Ishak. Sejarah Politik Melayu Berbagai Aliran. Shah Alam, Selangor: Penerbit Karisma Publications Shd. Bhd., 2007.

Samat, Talib. Kenali Tokoh Berjasa. Ampang, Selangor: Penerbit Pekan Ilmu Publications, 2010.

Shaffie, Fauziah & Ruslan Zainuddin. Sejarah Malaysia. Shah Alam, Selangor: Penerbit Fajar Bakti, 2000.

Shuid, Mahdi. dkk.. Longman Teks Pra-U STPM Sejarah Malaysia. Selangor Darul Ehsan: Penerbit Pearson Malaysia Sdn. Bhd., 2009.

Supriyadi, Dedi. Perbandingan Fiqh Siyasah, Konsep, Aliran dan Tokoh-tokoh Politik Islam. Bandung: Penerbit Pustaka Setia, 2007.

Zaini, Fadilah dan Kassim Thukiman. Hubungan Etnis di Malaysia. Johor Bharu: Universiti Teknologi Malaysia, 2008.


(5)

Website:

Ahmad, Azizi. “Dasar Malaysia”. Artikel diakses pada 2 April 2011 dari http://www.geocities.com/mt961013/unitem/dasarmalaysia.html.

Alias, Ariff. “Pemimpin Kita: Tun Hussein Onn”. Artikel diakses pada 26 Januari 2011 dari http://djlovehistory.blogspot.com/2008/05/pemimpin-kita-4-tun-hussein-onn.html.

Albar, Syed Hamid. “Evolusi Dasar Luar Malaysia”. Bernama News, Jumat, 24 December 2010 12:47 WIB, diakses pada 12 April 2011 dari http://syedhamidalbar.net/index.php?option=com_content&view=article&id= 86:evolusi-dasar-luar-malaysia-&catid=34:latest&Itemid=57.html.

AlmarhumTun Hussein bin Dato' Onn (Tun Hussein Onn) Perdana Menteri Ketiga (1976-1981) “Penyambung Warisan Yang Terbilang”. Artikel diakses pada 24 Maret 2011 dari http://www.angelfire.com/dragon2/ertimerdeka/onn2.html. Aris, Siti Katijah. “Dasar Luar Negara Malaysia”. Artikel diakses pada 24 Maret

2011 dari http://www.scribd.com/doc/19008044/Dasar-Luar-Negara-Malaysia.html.

“Dasar Luar Negara: Definisi. Laporan Ekonomi.” Artikel diakses pada 2 April 2011 dari http://www.scribd.com/doc/25889560/Dasar-Luar-Negara-Definisi.html. “Arti Merdeka.” Artikel diakses pada 26 Januari 2011 dari

http://www.angelfire.com/dragon2/ertimerdeka/onn2.html. Artikel diakses pada 13 Februari 2011 dari

http://robbani.wordpress.com/2007/08/01/4, html.

“Kementerian Kemajuan Luar Bandar dan Wilayah Malaysia.” Artikel diakses pada

12 April 2011, dari

http://ms.wikipedia.org/wiki/Kementerian_Kemajuan_Luar_Bandar_dan_Wil ayah_Malaysia.html.

Maruwiah, Ahmat. “Sejarah Islam dan Malaysiana”. Artikel diakses pada 7 April 2011 dari http://maruwiah.wordpress.com/2010/06/17/tun-hussein-onn/.html.


(6)

Nasionalisme Malaysia sehingga Merdeka. Artikel diakses pada 1 Maret 2011 dari http://ilovesejarah5.blogspot.com/2008/01/bab-2-nasionalisme-malaysia sehingga-merdeka.html.

Noor Arbaiyah, 13 Mei 2008, “Pemimpin Malaysia.” Artikel diakses pada 26 Januari 2011 dari http://djlovehistory.blogspot.com/2008/05/pemimpin-kita-4-tun-Tun Hussein-onn.html

“Partai Islam SeMalaysia.” Utusan Melayu. 25 November 1951.

“Partai Islam SeMalaysia”. Artikel diakses pada 2 Mei 2011 dari http://ms.wikipedia.org/wiki/Parti_Islam_Se-Malaysia.html.

“Partai Kebangsaan Melayu Malaya”. Artikel diakses pada 2 Mei 2011 dari http://ms.wikipedia.org/wiki/Parti_Kebangsaan_Melayu_Malaya.html.

Perdana Menteri Malaysia. Artikel diakses pada 12 Januari 2011 dari http://www.kiat.net/malaysia/past-PM.html.

“Sejarah Pembentukan Partai Islam SeMalaysia.” Warta Negara. 26 November 1951. Tun Hussein Onn (1976-1981): Father of Unity. Artikel diakses pada 12 Januari 2011

dari

http://www.malaysianbar.org.my/echoes_of_the_past/tun_hussein_onn_1976_ 81_father_of_unity.html.