c. Umur
Pertumbuhan rambut berbeda dengan umur. Masa dalam kandungan, janin akan mengalami masa anagen. Pada masa lahir, setelah beberapa minggu rambut
pada janin akan rontok. Pada masa balig, pertumbuhan rambut pada ketiak dan tempat kemaluan akan meningkat karena meningkatnya hormon seks. Namun
rambut di kepala akan rontok. Pada masa kehamilan, tiga bulan pertama, jumlah rambut telogen akan berada dalam batas normal tetapi akan menurun hingga 10
pada masa kehamilan tua. Setelah tiga bulan melahirkan, folikel-folikel rambut kepala ibu akan beralih ke fase telogen. Pada masa tua, laki-laki dan perempuan
akan mengalami kerontokan rambut. Fase anagen akan menjadi singkat dan rambut rontok akan meningkat Kusumadewi, 2002.
d. Vaskularisasi
Vaskularisasi dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut tetapi bukan penyebab utama pada gangguan kerontokan rambut. Pengaruh pada pertumbuhan
rambut terjadi karena adanya kerusakan pada pembuluh darah di bawah folikel rambut sebelum mengalami perubahan Suling, 2012.
2.1.4.2 Faktor patologis a.
Peradangan sistemik setempat
Kuman lepra akan menyebabkan kulit mengalami atropi dan folikel rambut rusak. Akhirnya terjadi kerontokan alis mata dan bulu mata madarosis.
Pada penyakit sifilis stadium 2, rambut akan menipis secara rata atau setempat secara tidak rata. Keadaan ini disebut moth eaten appearance. Infeksi jamur pada
kulit kepala dan rambut akan menyebabkan kerusakan pada batang rambut dan akan menyebabkan kerontokan rambut Suling, 2012.
b. Obat
Obat antineoplasma bleomisin, endoksan, vinkristin, antimitotik kolkisin akan menghalangi pembentukan batang rambut yang akan
menyebabkan rambut rontok. Obat logam berat thalium, merkuri dan arsen akan
Universitas Sumatera Utara
terikat pada grup sulfhidril dalam keratin rambut yang akan mempengaruhi pertumbuhan rambut Suling, 2012.
c. Bahan-bahan kimia
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam berbagai jenis proses styling seperti pelurusan, pengeritingan dan pewarnaan mengakibatkan kerusakan pada
rambut seperti rambut kering, rambut kasar dan rambut bercabang serta kelainan pada kulit kepala seperti rasa terbakar, rasa gatal dan kulit kepala bersisik. Radiasi
akibat proses styling yang berlebihan juga mengakibatkan kerusakan rambut seperti rambut bercabang, rambut rontok, rambut kering dan rambut kasar. Bahan-
bahan kimia seperti PPD, amonia, hidrogen peroksida, anilin yang terdapat dalam proses pewarnaan rambut dapat menyebabkan kerusakan pada rambut seperti
rambut kusam, rambut kering, rambut rontok, rambut kasar, rambut bercabang dan rambut mudah patah. Selain itu, pewarnaan rambut juga dapat menyebabkan
kelainan pada kulit kepala seperti rasa gatal, rasa terbakar, kulit kepala bersisik, kemerahan, bengkak, dan luka. Pemilihan shampoo dan kondisioner yang tidak
cocok dengan jenis rambut juga bisa menyebabkan terjadinya kerusakan rambut seperti rambut mudah patah, rambut kering, rambut kasar dan rambut rontok.
Jenis bahan kimia seperti amonium tioglikolat dan amonium bikarbonat yang ditambahkan pada alkali kurl merusakan batang rambut dan akan bertindak keras
pada permukaan rambut Jusuf, 2014.
2.1.5 Kelainan pada Rambut
Kelainan pada rambut dapat terjadi akibat pengaruh faktor fisiologis dan patologis. Klasifikasi kelainan pada rambut adalah gangguan siklus folikel
rambut, perubahan folikel rambut yang tidak dikehendaki, regenerasi folikel rambut yang tidak sempurna, defek pada struktur batang rambut, kesalahan
pertumbuhan folikel rambut, dan kombinasi dari semua. Pada gangguan pada siklus folikel rambut, terjadinya kasus-kasus seperti telogen efluvium, alopesia
areata, alopesia androgenik, alopesia yang diinduksi kemoterapi. Telogen efluvium adalah keadaan dimana rambut dalam fase telogen terlepas lebih banyak
Universitas Sumatera Utara
dari normal seperti 150 jadi 400 lembar sehari. Telogen effluvium bisa terjadi akibat menderita demam tinggi. Alopesia areata adalah kehilangan rambut yang
cepat dan komplit sehingga terbentuk berak satu atau lebih, berupa bulatan atau oval, biasanya di kepala dan tempat berambut lain alis mata, kumis, badan. Pada
kasus alopesia androgenik, hirsutisme, hipertrikosis terjadinya perubahan pada folikel rambut yang tidak dikehendaki. Alopesia androgenik dapat terbagi kepada
dua yaitu pada laki-laki dan pada wanita. Pada laki-laki dikenali sebagai male pattern alopecia. Pada wanita dikenali sebagai female pattern alopecia.
Terjadinya kerontokan rambut akibat pengaruh hormon. Regenerasi folikel rambut yang tidak sempurna akan menyebabkan kasus seperti alopesia sikatrikal
liken planopilaris, alopesia karena traksi, alopesia karena radiasi, folliculitis decalvans dan SLE kronis. Folikulitis adalah inflamasi folikel rambut akibat
infeksi. Defek pada struktur batang rambut seperti gangguan pada batang rambut akan menyebabkan monilethrix, pili torti, dan trikotiodistrofi. Kesalahan
pertumbuhan folikel rambut menyebabkan Aplasia cutis congenital dan dysplasia ectodermal. Kelainan pada rambut bisa juga terjadi akibat kombinasi dari semua
kelainan di atas Harrison, 2003. Penyakit tertentu juga memiliki peranan yang cukup besar yang
menyebabkan rambut rontok seperti penyakit kanker, diabetes mellitus, systemic lupus erythematosus SLE, penyakit kronis dan degeneratif lainnya yang masuk
dalam stadium lanjut. Perubahan dan ketidak seimbangan hormon tubuh juga memiliki peranan aktif dalam masalah rambut rontok. Perubahan hormon ini
dapat terjadi pada seorang wanita yang sedang dalam masa kehamilan, seseorang yang memasuki masa menopause, efek samping pemakaian pil kontrasepsi dan
ketidak seimbangan kelenjar tiroid Soepardiman, 2010. Pada umumnya, rambut rontok mengalami kerontokan 50-100 helai setiap
harinya. Dibandingkan rambut yang berjumlah 100.000 helai di setiap kepala, tetapi tidak menyebabkan penipisan rambut berlebih. Rambut yang mulai menipis
biasanya disebabkan oleh faktor usia yang semakin bertambah. Jika rambut yang rontok lebih banyak daripada rambut yang tumbuh, dan jika rambut tumbuh lebih
tipis dibanding rambut yang rontok pada bagian tertentu Suling, 2012.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Pewarnaan Rambut
2.2.1 Sejarah Pewarnaan Rambut
Saat ini pewarnaan rambut sangat populer. Tidak hanya wanita, kaum pria- pun telah memiliki kecenderungan yang meningkat dalam penggunaan bahan
pewarna ini. Pewarna rambut yang aman pertama kali di-komersilkan pada tahun 1909 oleh seorang kimiawan asal Perancis, Eugene Schuller Carbett, 1988.
Proses pewarnaaan pada rambut sebetulnya terjadi karena adanya reaksi kimia antara molekul rambut dengan zat pewarna rambut. Reaksi pada umumnya
merupakan reaksi oksidasi. Rambut pada dasarnya adalah keratin, yaitu sejenis protein yang juga sama ditemukan pada kulit dan kuku. Warna alami pada rambut
bergantung pada perbandingan dan jumlah dari dua jenis protein yang terkandung di dalamnya. Dua jenis protein tersebut bernama eumelanin dan phaeomelanin.
Eumelanin adalah zat yang berperan pada pewarnaan rambut coklat ke corak hitam sedangkan phaeomelanin berperan pada pewarnaan rambut keemasan,
pirang, dan merah. Ketidakikutsertaan salah satu dari melanin tersebut akan mengakibatkan warna putih atau abu-abu pada rambut. Manusia telah mewarnai
rambut mereka sejak ribuan tahun yang lalu dengan menggunakan tumbuhan dan mineral alami, contohnya inai, kerak biji kacang kenari, dan cuka vinegar
Carbett, 1988. Para arkeologi menemukan bahwa cat rambut atau pewarna rambut telah
digunakan sejak masa Neanderthal, dimana manusia waktu itu menggunakan berbagai sarana untuk mengubah warna rambut dan kulit. Orang-orang Galia
Kuno dan Saxon juga mengecat rambut mereka untuk menunjukkan peringkat atau status sosialnya. Sedangkan orang Babilonia menaburkan debu emas untuk
mengubah warna rambut mereka. Pada zaman Mesir Kuno, Yunani dan Romawi, tanaman dan hewan dijadikan bahan untuk mewarnai rambut. Biasanya bahan-
bahan tersebut ditujukan untuk menggelapkan warna rambut Shapiro, 2001. Menjelang tahun 1800-an, perak nitrat digunakan sebagai pewarna rambut
yang ditujukan untuk menggelapkan, hingga rambut pemakainya berwarna keunguan. Warna ungu itu kemudian mengarah pada penciptaan pewarna rambut
sintetis pertama, ketika pada tahun 1800-an ahli kimia menemukan PPD dan
Universitas Sumatera Utara
penggunaannya dalam pembuatan zat warna sintetis. Pada waktu itu pula, hidrogen peroksida ditemukan, dan dinyatakan sebagai bahan kimia yang lembut
dan aman untuk pewarnaan rambut Bolduc, 2001.
2.2.2 Proses Pewarnaan Rambut
Pigmen alami pada umumnya bekerja dengan cara mengecat tangkai rambut dengan warna. Beberapa pewarna alami digunakan dengan cara yang sama
seperti shampoo namun tidak membutuhkan waktu yang lama dan kepekatan yang tinggi seperti pada formula sintetis modern. Permasalahannya adalah sulit untuk
mendapatkan hasil yang sama persis jika menggunakan bahan alami, ditambah lagi karakteristik beberapa orang yang alergi terhadap ramuan tradisional Bolduc,
2001. Sedangkan pewarna sintetis bekerja berdasarkan proses oksidasi. Dalam
beberapa kasus, pigmen warna buatan masuk kedalam tangkai rambut dan membentuk kompleks yang lebih besar di dalam tangkainya. Pewarna sintetis
biasanya bersifat sementara. Hal ini terjadi karena pewarna rambut tidak banyak mengandung amonia yang menyebabkan tangkai rambut bagian atas tidak terbuka
selama proses pewarnaan rambut, sehingga sebenarnya pewarna rambut yang alami lebih mampu menahan produk pencuci atau shampoo jauh lebih baik
Shapiro, 2001. Bahan pemutih biasa digunakan untuk memberikan kesan bercahaya pada
rambut. Reaksi pemutih dengan melanin di dalam rambut merupakan reaksi yang bersifat irreversible. Zat pemutih mengoksidasi molekul melanin. Namun,
melanin masih tetap dapat ditemukan dalam bentuk hasil oksidasi yang telah berganti warna. Walau telah dioksidasi, warna rambut cenderung bercahaya
dengan warna kuning muda, karena warna kuning merupakan warna alami dari zat keratin yaitu struktur protein yang terdapat pada rambut. Selain itu juga pemutih
lebih mudah bereaksi dengan pigmen eumelanin yang pekat dan phaeomelamin, sehingga beberapa hasil sisa warna yaitu warna keemasan atau merah yang dapat
terlihat kembali setelah pencahayaan. Salah satu zat yang digunakan sebagai kesan bercahaya adalah hidrogen peroksida Bolduc, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Pewarna rambut juga dapat bersifat permanen. Bagian luar lapisan dari tangkai rambut disebut kutikula. Bagian ini harus terbuka sebelum pewarnaan.
Pewarnaan rambut permanen melalui dua tahapan proses pewarnaan biasanya terjadi bersama-sama. Proses yang pertama adalah mengganti warna asli rambut
dan proses yang kedua adalah menyimpan warna barunya, dasar prosesnya sama seperti pada proses membuat efek bercahaya pada rambut, kecuali zat pewarna
tersebut terikat dengan tangkai rambut Shapiro, 2001. Amonia adalah zat kimia yang bersifat basa yang mampu membuka
kutikula dan membiarkan pewarna rambut masuk ke dalam bagian korteks rambut. Amonia juga bereaksi sebagai katalis ketika pewarna rambut permanen
masuk bersama-sama dengan peroksida, kemudian peroksida mengganti posisi pigmen pada saat reaksi awal pergantian warna atau “pre-existing” atau disebut
juga awal ketetapan warna. Pada saat itu, peroksida menghancurkan ikatan kimia pada rambut, melepaskan sulfur, dan kemudian memberikan karakteristik bau
pada pewarna rambut Bolduc, 2001. Melanin yang telah ter-decolorinasi akan menjadi warna permanen yang
baru karena telah membentuk ikatan dengan korteks rambut. Beberapa jenis alkohol serta kondisioner juga dapat melakukan degradasi warna pada rambut,
untuk kondisioner prosesnya adalah penutupan kutikula setelah pewarna masuk kedalam selaput dalam dan kemudian mengikat warna baru Bolduc, 2001.
2.2.3 Klasifikasi Pewarnaan Rambut
Pewarnaan rambut dapat dibagi kepada duaa jenis secara garis besar yaitu permanen dan tidak permanen Bariqina, 2001.
2.2.3.1 Pewarnaan Tidak Permanen
Pewarnaan rambut tidak permanen adalah pewarnaan yang hanya tahan kurang dari 6 minggu. Contohnya adalah pewarnaan rambut sementara
temporary dan pewarnaan rambut semi-permanen. Pewarnaan rambut sementara temporary tersedia sebagai bilasan,
shampoo, gel, semprotan, dan busa. Jenis pewarnaan rambut sementara biasanya
Universitas Sumatera Utara
lebih terang dan lebih hidup daripada warna rambut semi-permanen dan permanen. Pewarnaan sementara bertahan hanya 1 cucian. Pewarnaan sementara
paling sering digunakan untuk warna rambut untuk acara-acara khusus dan sering digunakan untuk acara, pesta dan halloween. Molekul-molekul pigmen warna
teknik pewarnaan sementara adalah besar dan tidak bisa menembus lapisan kutikula. Sebaliknya, partikel warna tetap terserap erat patuh pada batang
rambut dan mudah dihapus dengan cucian rambut pertama. Namun, bahkan warna rambut sementara dapat bertahan jika rambut pengguna adalah terlalu kering atau
rusak, memungkinkan untuk migrasi dari pigmen ke bagian dalam batang rambut Bariqina, 2001.
Pewarnaan rambut semi-permanen memiliki molekul yang lebih kecil daripada pewarnaan sementara, dan karena itu dapat sebagian menembus batang
rambut. Untuk alasan ini, warna akan bertahan walaupun cucinya berulang, biasanya 4-6 minggu. Pewarnaan semi-permanen tidak mengandung, atau tingkat
yang sangat rendah dari pengembang, peroksida atau amonia, dan karena itu lebih aman untuk rambut rusak atau rapuh. Namun, pewarnaan semi-permanen
mungkin masih mengandung senyawa beracun PPD atau sarana lainnya. Warna akhir dari setiap helai rambut akan tergantung pada warna dan porositas aslinya,
sehingga akan ada variasi halus di tempat teduh di seluruh kepala. Hal ini memberikan hasil yang lebih natural daripada padat, warna keseluruhan dari
pewarnaan permanen. Namun, itu juga berarti bahwa rambut abu-abu atau putih tidak akan sama sebagai sisa rambut. Jika ada hanya beberapa abu-abu putih
rambut, efeknya biasanya akan cukup bagi mereka untuk berbaur, tetapi sebagai menyebar abu-abu, akan datang suatu titik dimana ia tidak akan menyamar juga.
Dalam hal ini, pindah ke warna permanen kadang-kadang dapat ditunda dengan menggunakan semi-permanen sebagai dasar dan menambahkan pewarnaan.
Warna semi-permanen tidak dapat meringankan rambut Ideawati, 2001.
2.2.3.2 Pewarnaan Permanen
Semua pewarnaan jenis permanen mengandung pengembang, atau zat pengoksidasi, dan agen amonia alkali. Ketika warna yang mengandung bahan
Universitas Sumatera Utara
alkali dikombinasikan dengan pengembang biasanya hidrogen peroksida, peroksida menjadi alkali dan berdifusi melalui serat rambut, memasuki korteks, di
mana melanin berada. Pencelupan terjadi ketika peroksida memecah melanin dan menggantikannya dengan warna baru. Amonia membuka kutikula rambut agar
pigmen warna untuk menembus jauh ke dalam batang rambut. Warna permanen benar-benar permanen dan tidak akan mencuci keluar, meskipun mungkin
memudar. Pertumbuhan kembali rambut jelas akan warna alami rambut, yang berarti bahwa pewarnaan bulanan atau enam rutin mingguan akan menjadi penting
selama warna rambut tetap terjaga. Pewarnaan permanen adalah satu-satunya cara untuk mewarnai rambut gelap menjadi lebih terang, dan itu harus dilakukan dalam
dua bagian: pertama, rambut diputih, dan warna diterapkan. Hasil dari proses ini adalah pewarnaan jenis permanen bertahan untuk jangka waktu yang panjang.
Satu-satunya cara untuk menyingkirkan warna permanen adalah untuk menjalani proses pengupasan yang tidak mungkin dengan semua warna dan dapat merusak
rambut atau warna kembali ke warna yang alami yang bisa sulit jika perubahan warna telah ekstrim Rahmadewi, 2014.
2.2.4 Efek Samping Pewarnaan Rambut
Pada penelitian yang dilakukan oleh Al-Ghamdi di Saudi Arabia, menunjukkan hasil sebagai pewarnaan rambut kebanyakkan digunakan oleh
wanita mulai dari usia muda dan sering digunakan adalah wanita tua, jenis permanen yang tinggal berasingan dari keluarga dan mempunyai uang saku yang
banyak dan tidak melakukan tes alergi sebelum melakukan pewarnaan. Pewarnaan rambut menyebabkan terjadi kerusakan dan perubahan pada struktur rambut. Pada
kulit kepala pula, pewarnaan rambut menyebabkan kerusakan yang mengakibatkan terjadinya masalah kulit kepala bersisik, kulit kepala kering, gatal
dan sebagainya. Pemilihan pewarnaan yang salah dapat mengubah tone warna rambut. Selain dari itu, efek sistemik pewarnaan rambut adalah iritasi pada mata,
gangguan hormonal, kanker payudara dan lain-lain Vizcardine, 2013.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerusakan pada Rambut
Kerusakan rambut dapat dibagi kepada beberapa tingkat kerusakan rambut yaitu tingkat ringan, sedang dan berat. Tingkat kerusakan ringan adalah tingkat
rambut yang rusak disebabkan oleh sinaran matahari, air, dan proses styling. Ciri- ciri rambutnya adalah kusam, kering, rambut mudah patah. Tingkat kerusakan
sedang adalah disebabkan oleh proses kimia. Cirinya adalah kusam, kering, kasar dan kemerahan. Tingkat kerusakan berat disebabkan oleh bleaching. Ciri-cirinya
adalah kusam, kering, rambut bercabang, kasar, kemerahan serta seperti kapas Soepardiman, 2010.
2.4 Kelainan pada Kulit Kepala