Tanggapan Stakeholders terhadap Bahan Ajar Apresiasi Prosa Fiksi

125 Agar siswa menjadi lebih berminat pada pembelajaran apresiasi prosa fiksi, sebaiknya guru memberikan kebebasan bagi siswa untuk mengemukakan pendapatnya, yang dipentingkan dalam pembelajaran ini adalah pendapat tersebut masih berkaitan dengan prosa fiksi yang disajikan. Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran apresiasi prosa fiksi dengan bahan ajar berbasis quantum learning yang diterapkan guru dapat mempermudah siswa dalam menuangkan ide atau gagasan untuk mengapresiasi, mengekspresikan, dan berkreasi dengan prosa fiksi.

C. Tanggapan Stakeholders terhadap Bahan Ajar Apresiasi Prosa Fiksi

dengan Pendekatan Quantum Learning Para guru menyatakan bahwa kendala yang dihadapi di lapangan dalam pembelajaran apresiasi prosa fiksi adalah pandangan orang tua terhadap anak, yaitu orientasi orang tua yang berhenti pada nilai skor atau hasil belajar, bukan proses belajar. Kendala lain yang dihadapi adalah sikap siswa dalam menerima dan mengikuti proses pembelajaran apresiasi prosa fiksi yang cenderung tidak bersemangat dan menganggap bahwa pembelajaran apresiasi prosa fiksi adalah pembelajaran yang sulit. Mereka hanya berorientasi pada skor hasil belajar. Oleh karena itu bentukan tata nilai terlupakan. Karena orientasi hanya pada nilai maka materi LKS Lembar Kerja Siswa diutamakan, sehingga hakikatnya guru sangat membutuhkan model bahan ajar yang tidak hanya berorientasi pada LKS. Berkaitan dengan itu, para guru juga tidak memiliki bahan ajar yang tepat, sehingga kehadiran model bahan ajar dengan pendekatan quantum learning disambut dengan gembira. 126 Deskripsi data yang lain dapat dilihat adanya tanggapan guru yang menyatakan bahwa fenomena yang ada sekarang, bahwa dasar pendidikan yang dapat mencapai pendidikan kejujuran, tata nilai, moralitas kini mengalami kemunduran. Yang bersangkutan menyetujui model pengembangan bahan ajar apresiasi prosa fiksi dengan pendekatan quantum learning, karena dapat diharapkan untuk mencapai pendidikan yang juga mendidik siswa dalam hal kejujuran, tata nilai, dan moralitas. Tanggapan guru dalam deskripsi data yang lain mengungkapkan bahwa kendala guru dalam pembelajaran apresiasi prosa fiksi selama ini adalah meteri terpatok pada panduan atau buku yang telah ditentukan oleh pemerintah. Padahal disadarinya bahwa seharusnya guru bebas menentukan bahan pengajaran untuk siswa. Dengan demikian siswa dapat mengenal gejala yang ada di lingkungannya. Apresiasi prosa fiksi tidak lepas dari lingkungan pendukung. Misalnya kehidupan sosial sebagian orang di Indonesia yang mengimitasi orang lain. Kehadiran quantum learning dalam dilabus, RPP, dan format evaluasi dapat mewujudkan keinginan tersebut. Berdasarkan deskripsi data yang lain dapat dikatakan bahwa kehadiran model bahan ajar apresiasi prosa fiksi dengan pendekatan quantum learning sangat disenanginya. Kemudian yang bersangkutan berharap model bahan ajar ini akan berlanjut dan akan dipakai sebagai bahan pembelajaran prosa fiksi di kelas. Hanya saja kendala yang dikhawatirkan jika diterapkan di lapangan adalah guru dihadapkan kepada banyak materi yang harus diajarkan, kemampuan guru terbatas, alokasi waktu terbatas, sehingga guru kesulitan menyusun RPP. Namun demikian, dengan hadirnya 127 model bahan ajar ini guru menyambut terbuka karena dapat digunakan sebagai bahan pengajaran apresiasi prosa fiksi di kelasnya. Tanggapan para guru terhadap keberadaan bahan ajar apresiasi prosa fiksi dengan pendekatan quantum learning semuanya dapat dikategorikan positif. Tanggapan-tanggapan positif ini menandakan bahwa pengembangan model bahan ajar apresiasi prosa fiksi dengan pendekatan quantum learning di SMP Negeri 4 Sukoharjo berterima. Berterimanya model ini bagi guru dapat diharapkan pembelajaran apresiasi prosa fiksi pada masa mendatang akan berubah warna. Perubahan itu terjadi dari yang semula merasa tidak senang menjadi senang. Dari semula menganggap apresiasi prosa fiksi sukar, menjadi dapat diterima dengan mudah. Selain itu, penerimaan guru terhadap model bahan ajar apresiasi prosa fiksi dengan pendekatan quantum learning selain bermanfaat bagi siswa dan bagi pembelajaran itu sendiri, juga bermanfaat bagi guru yang bersangkutan. Dikatakan demikian karena berdasarkan uraian Herman J. Waluyo 2007 : 10. Seorang guru agar dapat memperoleh sertifikasi ia wajib memiliki karya pengembangan profesi. Penerapan model bahan ajar ini bagi guru termasuk dalam penerapan pembelajaran yang inovatif dan ini termasuk karya pengembangan profesi.

D. Hasil Uji Keefektivan Bahan Ajar Apresiasi Prosa Fiksi dengan