17 Genus
: Vibrio Spesies
: Vibrio cholerae
2.5 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri
1. Nutrisi
Nutrisi digunakan untuk keperluan hidupnya, semua mahluk hidup memerlukan bahan makanan untuk sintesis bahan sel dan mendapatkan energi.
Demikian juga dengan mikroorganisme, untuk kehidupannya membutuhkan energi dari lingkungannya. Bahan tersebut dinamakan nutrisi atau zat gizi
Waluyo, 2004. Semua mikroorganisme memerlukan nutrisi sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah karbon,
nitrogen, sulfur, zat besi dan sejumlah kecil logam-logam lainnya. Kekurangan sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada
akhirnya dapat menyebabkan kematian Gamman, 1992. 2.
Temperatur Bakteri sangat peka terhadap suhu atau temperatur dan daya tahan tubuh
bakteri tidak sama untuk semua spesies. Menurut Gamman 1992, bakteri dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan suhu pertumbuhan yang
diperlukan, seperti diantaranya: a.
Bakteri Psikrofil, yakni mikroorganisme yang dapat tumbuh baik pada suhu 0- 20°C, dengan suhu optimumnya adalah 10-20°C. Kebanyakan golongan ini
tumbuh di tempat dingin. b.
Bakteri Mesofil, mikroorganisme yang dapat hidup dengan baik pada suhu 5- 60°C, dan memiliki suhu pertumbuhan optimal antara 20-45°C.
Universitas Sumatera Utara
18 c.
Bakteri Termofil, mikroorganisme dapat tumbuh baik pada suhu 45-80°C. Suhu optimumnya antara 50-60°C
3. Oksigen
Oksigen dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, berdasarkan kebutuhan oksigen, bakteri dapat dibedakan menjadi 4 kelompok antara lain:
a. Aerob yaitu bakteri yang membutuhkan oksigen di dalam pertumbuhannya.
b. Anaerob yaitu bakteri yang tidak membutuhkan oksigen di
dalampertumbuhannya, bahkan oksigen ini dapat menjadi racun bagi bakteri tersebut.
c. Anaerob fakultatif yaitu bakteri yang dapat hidup tumbuh dengan atau tanpa
adanya oksigen. d.
Mikroaerofilik yaitu bakteri yang memerlukan hanya sedikit oksigen dalam pertumbuhannya.
4. pH
Pertumbuhan bakteri juga memerlukan pH tertentu, namun umumnya bakteri memiliki jarak pH yaitu sekitar pH 6,5-7,5 atau pada pH netral Waluyo,
2004. Untuk tiap mikroorganisme dikenal nilai pH minimum, optimum, dan maksimum. Atas dasar daerah, pH bagi kehidupan mikroba, dibedakan adanya 3
golongan besar Suriawira, 2005 yaitu: a.
Mikroba yang asidofilik, yaitu yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0-5,0. b.
Mikroba yang netrofilik, yaitu yang dapat tumbuh pada pH antara 5,5-8,0. c.
Mikroba yang alkalifilik, yaitu yang dapat tumbuh pada pH antara 8,7-9,5. 5.
Air dan kelembaban
Universitas Sumatera Utara
19 Semua organisme membutuhkan air dalam reaksi metabolik dalam sel dan
merupakan alat pengangkut zat-zat gizi ke dalam dan ke luar sel. Jumlah air yang terdapat dalam bahan pangan atau larutan dikenal sebagai aktivitas air water
activity = a
w
, dan air murni mempunyai a
w
= 1,0. Jenis mikroorganisme yang berbeda membutuhkan jumlah air yang berbeda pula dalam pertumbuhannya.
Bakteri umumnya tumbuh dan berkembang biak hanya dalam media dengan a
w
tinggi 0,91, jamur membutuhkan nilai a
w
lebih rendah 0,87-0,91. Mikroba mempunyai nilai kelembapan optimum. Pada umumnya untuk
pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembapan yang tinggi di atas 85, sedangkan untuk jamur memerlukan kelembapan yang rendah di bawah 80.
Bakteri merupakan mahluk yang suka akan keadaan basah, bahkan hidup di dalam air, tetapi dalam air yang tertutup tidak dapat hidup subur, hal ini disebabkan
karena kurang udara dan jika udara kering maka bakteri akan mati Waluyo, 2004.
6. Tekanan Osmosis
Osmosis merupakan perpindahan air melewati membran semipermiabel karena ketidakseimbangan material terlarut dalam media. Dalam larutan hipotonik
air akan masuk ke dalam sel mikroorganisme, sedangkan dalam larutan hipertonik air akan keluar dari dalam sel mikroorganisme sehingga membran plasma
mengkerut dan lepas dari dinding sel plasmolisis, serta menyebabkan sel secara metabolik tidak aktif. Mikroorganisme halofil mampu tumbuh pada lingkungan
hipertonik dengan kadar garam yang tinggi, contohnya Halobacterium halobium Gamman, 1992.
Universitas Sumatera Utara
20
2.6 Sterilisasi