41
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang
berlainan. Instrumen dilakukan uji reabilitas dengan menggunakan uji cronbach alfa suatu instrumen dikatakan reliabel jika realbilitasnya diatas 0,70. Instrumen
penelitian tentang pengetahuan dan sikap perawat tentang pemberian cairan pada pasien luka bakar telah dilakukan uji reabilitas oleh peneliti kepada 20 responden
di RS. Islam Malahayati Medan. Hasil uji reliabilitas untuk instrumen penelitian ini didapatkan hasil 0,73.
4.7 Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Mengirimkan permohonan izin meneliti ke bagian penelitian di RSUD Dr.
Pirngadi Medan. Setelah mendapat surat balasan dari bagian penelitiaan di RSUD Dr. Pirngadi Medan, kemudian dilakukan pengumpulan data baik melalui
observasi langsung maupun dari catatan rekam medik pasien. Peneliti menjelaskan tujuan, prosedur pada calon responden. Peneliti melakukan
wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner terhadap responden, yang sebelumnya telah dipilih dengan menggunakan tehnik acak dengan cara di undi.
Responden diberi kesempatan untuk bertanya pada peneliti bila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Selanjutnya, data yang diperoleh dikumpulkan untuk
dianalisa.
Universitas Sumatera Utara
42
4.8 Analisa Data 4.8.1 Pengolahan Data
Proses pengolahan data dilakukan secara komputerisasi, dengan langkah- langkah sebagai berikut :
1. Editing Editing adalah kegiatan melakukan pemeriksaan kembali kuesioner yang
telah diisi oleh responden, meliputi kelengkapan isian dan kejelasan jawaban dan tulisan.
2. Coding Coding adalah proses merubah data yang berbentuk huruf menjadi data yang
berbentuk angka. Hal utama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah memberikan kode untuk jawaban yang diberikan responden penelitian.
3. Processing Processing yaitu memasukkan data ke dalam komputer untuk diproses.
4. Cleaning Cleaning yaitu melakukan pembersihan dan pengecekan kembali data yang
telah dimasukkan. Kegiatan ini diperlukan untuk mengetahui apakah ada kesalahan ketika memasukkan data.
5. Komputerisasi Komputerisasi digunakan untuk mengolah data dengan komputer.
Universitas Sumatera Utara
43
4.8.2 Analisis Data
Menganalisis data yang telah terkumpul dari hasil pengetahuan dan sikap perawat tentang pemberian cairan pada pasien luka bakar. Peneliti menentukan
presentase jawaban dari setiap responden. Selanjutnya peneliti memasukkan data ke dalam computer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik
komputerisasi yang menggunakan program statistika. Dari pengolahan data stastistik deskriptif hasil analisa data disajikan dalam bentuk table distribusi
frekuensi untuk melihat pengetahuan dan sikap perawat tentang pemberian cairan pada pasien luka bakar di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Universitas Sumatera Utara
44
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengetahuan dan sikap perawat tentang pemberian cairan pada pasien luka bakar di RSUD Dr.
Pirngadi Medan. Penyajian data dalam penelitian ini ditampilkan secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.
5.1.1 Data Demografi Responden
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh data distribusi frekuensi dan persentase karakteristik perawat menunjukkan bahwa mayoritas
umur perawat adalah dewasa akhir 36-45 tahun sebanyak 17 orang 38,6, mayoritas jenis kelamin perawat adalah perempuan dengan jumlah 37 orang
84,1, mayoritas agama perawat adalah agama kristen protestan sebanyak 24 orang 54,5. Suku perawat mayoritas adalah batak dengan jumlah 36 orang
81,8. Sementara, mayoritas pendidikan perawat adalah D III keperawatan sebanyak 29 orang 65,9. Untuk lebih jelasnya data distribusi frekuensi dan
persentase karakteristik perawat dapat dilihat pada tebel 5.1.
Universitas Sumatera Utara
45
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Perawat tentang Pemberian Cairan pada Pasien Luka Bakar di RSUD Dr.
Pirngadi Medan n=44
Karakteristik Responden Frekuensi f
Persentase
Usia Remaja Akhir 17-25 tahun
Dewasa Awal 26-35 tahun Dewasa Akhir 36-45 tahun
Lansia Awal 46-55 tahun 1
16 17
10 2,3
36,4 38,6
22,7
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan 7
37 15,9
84,1 Agama
Islam Kristen Protestan
20 24
45,5 54,5
Suku Batak
Melayu Lain-lain
36 3
5 81,8
6,8 11,4
Pendidikan DIII Keperawatan
S1 Keperawatan 29
15 65,9
34,1
5.1.2 Pengetahuan Perawat Tentang Pemberian Cairan pada Pasien Luka Bakar di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Berdasarkan tabel 5.2 bahwa hasil penelitian yang dilakukan terhadap 44 perawat tentang pengetahuan perawat tentang pemberian cairan pada pasien luka
bakar di RSUD Dr. Pirngadi Medan diperoleh hasil mayoritas pengetahuan perawat adalah baik sebanyak 28 perawat 63,6 , dan pengetahuan perawat
adalah cukup sebanyak 16 perawat 36,4 .
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Perawat tentang Pemberian Cairan pada Pasien Luka Bakar n=44
Pengetahuan Frekuensi f
Persentase
Baik 28
63,6 Cukup
16 36,4
Total
44 100
Universitas Sumatera Utara
46
Hasil penelitian pengetahuan perawat tentang pemberian cairan pada pasien luka bakar adalah menunjukkan sebanyak 42 orang perawat 95,5 telah
mengetahui prinsip pemberian cairan pada pasien luka bakar. Namun sebanyak 21 perawat 47,7 tidak mengetahui tentang volume kecepatan pemberian cairan
infus pada pasien luka bakar. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Perawat tentang Pemberian Cairan pada Pasien Luka Bakar
No Pernyataan
B f
S f
1. Cara menentukan pemberian cairan pada pasien
luka bakar berdasarkan rumus baxter 39 88,6
5 11,4 2.
Kebutuhan cairan pada 8 jam pertama dengan luas luka bakar 18 dan BB 50 kg
34 77,3 10 22,7 3.
Cara pemberian cairan pada pasien luka bakar 42 95,5
2 4,5 4.
Tujuan pemberian cairan koloid pada pasien luka bakar yaitu
24 54,5 20 45,5 5.
Jumlah pemberian larutan ringer laktat yang seimbang dalam 24 jam pertama pasien luka bakar
31 70,5 13 29,5 6.
Cairan yang sebaiknya digunakan pada pasien luka bakar derajat 2
34 77,3 10 22,7 7.
Kebutuhan cairan 24 jam, luas luka bakar 40 dan BB 50 kg dihitung menggunakan rumus baxter
34 77,3 10 22,7 8.
Larutan nutrient yang memberikan 200 kkalL untuk mengatasi dehidrasi
34 77,3 10 22,7 9.
Tujuan resusitasi pada pasien luka bakar 39 88,6
5 11,4 10. Volume kecepatan pemberian cairan infus pada
pasien luka bakar 23 52,3 21 47,7
5.1.3 Sikap Perawat tentang Pemberian Cairan pada Pasien Luka Bakar di RSUD Dr. Pirngadi Medan n=44
Berdasarkan tabel 5.4 bahwa hasil penelitian yang dilakukan terhadap 44 perawat tentang sikap perawat tentang pemberian cairan pada pasien luka bakar di
RSUD Dr. Pirngadi Medan diperoleh hasil mayoritas sikap perawat adalah baik sebanyak 25 perawat 56,8 , dan sikap perawat adalah cukup sebanyak 19
perawat 43,2 .
Universitas Sumatera Utara
47
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Sikap Perawat tentang Pemberian Cairan pada Pasien Luka Bakar di RSUD Dr.
Pirngadi Medan n=44
Tindakan Frekuensi f
Persentase
Baik Cukup
25 19
56,8 43,2
Total 44
100
Hasil penelitian sikap perawat tentang pemberian cairan pada pasien luka bakar adalah menunjukkan sebanyak 29 orang perawat 64,4 telah mengetahui
sikap pertolongan pertama dalam pemberian cairan pada pasien luka bakar. Tetapi sebanyak 12 perawat 26,7 tidak mengetahui sikap dalam pemberian cairan
pada pasien luka bakar yang mengalami haluaran urin. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Sikap Perawat tentang Pemberian cairan Pada Pasien Luka Bakar
No Pernyataan
S f
P f
TP f
1. Pasien luka bakar derajat II, pemberian cairan
dalam 1 hari sesuai kebutuhan dan luas luka bakar
28 62,2
16 35,6
2. Menangani kasus luka bakar dengan mengatasi
defisit cairan dan mencegah adanya potensi kelebihan air
17 37,8
26 57,8
1 2,2
3. Pemberian cairan yang luas luka bakarnya lebih
dari 30 dapat menyebabkan syok 17
37,8 17
37,8 10
22,2 4.
pemberian cairan melalui intravena dan oral mempertahankan keseimbangan cairan
25 55,6
13 28,9
6 13,3
5. Menurunkan kecepatan pemberian infus jika
pasien luka bakar mengalami haluaran urin lebih besar dari 50 mljam
18 40,0
14 31,1
12 26,7
6. Pemberian cairan sebanyak 3600 cc dalam 1 hari
diberikan pada pasien luka bakar yang berusia lebih dari 35 tahun
17 37,8
20 44,4
7 15,6
7. Menjaga keseimbangan asam basa pada pasien
luka bakar dapat dilakukan dengan memasukkan zat makanan secara rutin
19 42,2
22 48,9
3 6,7
Universitas Sumatera Utara
48
8. Pertolongan pertama pada pasien luka bakar
diberikan terapi cairan infus 29
64,4 15
33,3 9.
Pemberian cairan pasien luka bakar sesuai dengan derajat luka bakar yang dialami oleh
pasien 25
55,6 15
33,3 4
8,9 10. Hari pertama saya memberikan separuh
kebutuhan cairan diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan 16 jam sisa hitungan
24 jam 21
46,7 23
51,1
5.2 Pembahasan 5.2.1 Pengetahuan Perawat tentang Pemberian Cairan pada Pasien Luka
Bakar
Pengetahuan yang ada didalam diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan
digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam
menyelesaikan persoalan yang dihadapinya Notoatmojo, 2007. Pengetahuan tentang pemberian cairan pada pasien luka bakar sangat penting dimiliki oleh
seorang perawat yang bekerja di ruangan yang terdapat pasien luka bakar, karna resusitasi cairan yang adekuat menghasilkan sedikit penurunan volume darah
selama 24 jam pertama pasca luka bakar dan mengembalikan kadar plasma pada nilai yang normal pada akhir periode 48 jam dan hal ini dapat membantu
mempertahankan fungsi tubuh manusia Moenadjat, 2003.
Hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan perawat tentang pemberian cairan pada pasien luka bakar di RSUD Dr. Pirngadi sebagian besar dalam
kategori baik yaitu sebanyak 28 perawat 63,6. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Laia 2014 hubungan pengetahuan dan sikap
Universitas Sumatera Utara
49
perawat dengan pemberian cairan pada pasien luka bakar di RSUP H. Adam Malik Medan, hasil penelitian yang diperoleh dengan kategori cukup. Namun
dalam penelitian ini peneliti juga mendapatkan adanya perawat yang masih belum memiliki pengetahuan mengenai tujuan pemberian cairan koloid yaitu sebanyak
20 perawat 45,5, dan juga mengenai volume kecepatan pemberian cairan infus pada pasien luka bakar sebanyak 21 perawat 47,7. Hal ini dapat disebabkan
karena sebagian perawat yang bekerja di RSUD Dr. Pirngadi masih ada yang belum mendapatkan pelatihan tentang cairan koloid dan volume pemberian cairan
infus sehingga ada sebagian kecil perawat yang tidak dapat mengetahui tentang cairan koloid dan volume pemberian cairan infus.
Pengetahuan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya pendidikan, pengalaman dan sumber informasi Notoatmodjo, 2010. Lebih dari setengah total
perawat berpendidikan D III Keperawatan yaitu sebanyak 29 orang 65,9 dan Sarjana Keperawatan sebanyak 15 orang 34,1. Dari data tersebut dapat
diketahui bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang dapat menambah pengetahuan seseorang, sehingga tingkat pendidikan mendukung
pengetahuan baik yang dimiliki perawat pada penelitian ini. Hal ini tidak lepas dari adanya kerjasama yang baik antara perawat D III keperawatan dengan
perawat yang sudah Sarjana Keperawatan di setiap ruangan yang menangani pasien luka bakar. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiman 2013 bahwa
semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan semakin luas pula pengetahuannya. Namun bukan berarti seseorang dengan pendidikan rendah
mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak
Universitas Sumatera Utara
50
diperoleh pada pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non-formal dan faktor pendukung lainnya Budiman, 2013. Menurut
peneliti, hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang menangani pemberian cairan pada pasien luka bakar di RSUD Dr. Pirngadi sudah memiliki pengetahuan
yang baik dan sudah berusaha dengan baik dalam pemberian cairan pada pasien luka bakar disetiap ruangan yang merawat pasien luka bakar.
5.2.2 Sikap Perawat tentang Pemberian Cairan pada pasien Luka Bakar
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek Notoadmojo, 2003. Sikap terbagi atas
menerima receiving berarti mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. Merespon responding berarti memberi jawaban jika ditanya,
mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan indikasi sikap. Menghargai valuing berarti mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah. Bertanggung jawab responsible berarti sikap yang paling tinggi, dengan segala resiko bertanggung jawab terhadap sesuatu
yang telah dipilih, meskipun mendapat tantangan dari keluarga Maulana, 2009. Sebagaimana diketahui bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan
dibentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang perkembangan selama hidupnya. Pada manusia sebagai mahluk sosial, pembentukkan sikap tidak lepas
dari pengaruh interaksi manusia atau dengan yang lain eksternal. Di samping itu, manusia juga sebagai mahluk individual, sehingga apa yang datang dari dalam
dirinya internal, juga mempengaruhi pembentukkan sikap Sunaryo, 2007.
Universitas Sumatera Utara
51
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap perawat tentang pemberian cairan pada pasien luka bakar berada pada kategori baik yaitu sebanyak
25 perawat 56,8. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sikap perawat tentang pemberian cairan pada luka bakar yang meliputi pemberian cairan sesuai luas luka
bakar, mengatasi defisit cairan, mempertahankan keseimbangan air, menetukan derajat luka dan pertolongan pertama pada luka bakar telah dilakukan dengan
baik. Tetapi masih ada perawat yang tidak pernah menurunkan kecepatan pemberian infus pada pasien luka bakar yang mengalami haluaran urin lebih besar
dari 50 mljam sebanyak 12 orang 26,7. Hal ini mungkin di sebabkan karena sebagian perawat yang bekerja di Rumah Sakit Dr. Pirngadi lupa mengukur
haluaran urin saat penggantian cairan.
Baiknya tingkat sikap perawat dalam pemberian cairan pada pasien luka bakar di RSUD Dr. Pirngadi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu; baiknya
tingkat pengetahuan perawat tentang pemberian cairan pada pasien luka bakar dan mayoritas perawat berada pada usia produktif yakni dewasa Awal 26-35 tahun
dan dewasa akhir 36-45 tahun. Masa ini dikenal dengan masa yang kreatif dimana individu memiliki kemampuan mental untuk mempelajari dan
meyesuaikan diri pada situasi baru, seperti mengingat hal-hal yang pernah dipelajari, penalaran analogis, berpikir kreatif serta belum terjadi penurunan daya
ingat Hurlock, 1999. Pada penelitian ini perawat yang berada pada usia dewasa awal dan dewas akhir memiliki kemampuan untuk bersikap dan meyesuaikan diri,
dan mengingat hal-hal yang pernah dipelajari tentang pemberian cairan pada pasien luka bakar sehingga hasil yang didapatkan masuk dalam kategori baik. Hal
Universitas Sumatera Utara
52
ini memungkinkan perawat dalam bersikap dengan optimal. Namun ada juga perawat yang tidak bisa optimal dalam mengatasi defisit cairan terutama yang
dapat menyebabkan syok yaitu sebanyak 10 orang 22,2. Hal ini dapat disebabkan karena sebagian perawat yang bekerja di RSUD Dr. Pirngadi masih
ada yang belum mendapatkan pelatihan tentang penanganan syok pada luka bakar. Sikap merupakan organisasi pendapat keyakinan seseorang mengenai
objek atau situasi yang relatif disertai perasaan tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon dan berprilaku dalam cara tertentu
yang dipilihnya Sunario, 2004. Sikap merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan afeksi pemikiran kognisi dan predisposisi tindakan konasi
seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnyaAzwar, 2007. Menurut peneliti, hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang menangani pemberian
cairan pada pasien luka bakar di RSUD Dr. Pirngadi sudah memiliki sikap yang baik dan sudah berusaha dengan baik dalam pemberian cairan pada pasien luka
bakar disetiap ruangan yang merawat pasien luka bakar.
Universitas Sumatera Utara
53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian tentang Pengetahuan dan Sikap Perawat tentang Pemberian Cairan pada Pasien luka Bakar di RSUD Dr. Pirngadi Medan menghasilkan
kesimpulan dan saran sebagai berikut :
6.1 Kesimpulan
Hasil penelitian Pengetahuan dan Sikap Perawat tentang Pemberian Cairan pada Pasien luka Bakar di RSUD Dr. Pirngadi Medan menunjukkan bahwa
pengetahuan perawat tentang pemberian cairan pada pasien luka bakar berada pada kategori baik yaitu sebanyak 28 perawat 63,6, dan sikap perawat tentang
pemberian cairan pada pasien luka bakar dengan kategori baik yaitu sebanyak 25 perawat 56,8.
6.2 Saran
Saran penelitian ini ditujukan pada Pendidikan Keperawatan, Penelitian Keperawatan, dan Rumah sakit.
6.2.1 Pendidikan Keperawatan
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan untuk keperawatan medikal bedah mengenai pengetahuan dan sikap perawat
tentang pemberian cairan pada pasien luka bakar sehingga dapat dikembangkan dalam praktek belajar lapangan.
Universitas Sumatera Utara
54
6.2.2 Praktek Keperawatan
Dalam pelayanan keperawatan hendaknya tenaga keperawatan harus aktif dan berinisiatif untuk mendapatkan wawasan baru tentang perkembangan ilmu
keperawatan khususnya dalam pemberian cairan pada pasien luka bakar.
6.2.3 Penelitian Keperawatan
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Pengetahuan dan Sikap Perawat tentang Pemberian Cairan pada Pasien luka Bakar di RSUD Dr. Pirngadi Medan
menunjukkan bahwa pengetahuan perawat tentang pemberian cairan pada pasien luka bakar berada pada kategori baik yaitu sebanyak 28 perawat 63,6, dan
sikap perawat tentang pemberian cairan pada pasien luka bakar dengan kategori baik yaitu sebanyak 25 perawat 56,8. Maka diharapkan penelitian selanjutnya
dapat mengkaji lebih dalam lagi tentang pengetahuan dan tindakan perawat tentang pemberian cairan pada pasien luka bakar dengan tempat yang lebih kecil
jangkauannya sehingga hasil penelitian tidak bias dan dapat digeneralisasikan dengan baik. Selain itu, peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan metode
yang berbeda.
6.2.3 Rumah Sakit
Dalam penelitian Pengetahuan dan Sikap Perawat tentang Pemberian Cairan pada Pasien luka Bakar di RSUD Dr. Pirngadi Medan diperoleh bahwa
pengetahuan perawat tentang pemberian cairan pada pasien luka bakar berada pada kategori baik yaitu sebanyak 28 perawat 63,6, dan sikap perawat tentang
pemberian cairan pada pasien luka bakar dengan kategori baik yaitu sebanyak 25 perawat 56,8. Namun diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk tetap
Universitas Sumatera Utara
55
meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan terutama mutu perawat dalam pengetahuan dan sikap tentang pemberian cairan pada pasien luka bakar
dengan cara memberikan atau mengikut sertakan dalam pelatihan secara berkelanjutan agar pengetahuan dan sikap perawat dalam pemberian cairan pada
pasien luka bakar dapat terus berkembang dan upaya penyembuhan serta peningkatan kualitas hidup pasien yang mengalami luka bakar dapat tercapai.
Universitas Sumatera Utara
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan melalui
penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan peraba. Namun sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga tentang fakta dan
kenyataan, selain itu juga melalui pengalaman dan proses belajar dalam pendidikan baik bersifat formal dan informal.
Pengetahuan yang ada didalam diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan
digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam
menyelesaikan persoalan yang dihadapinyaNotoatmojo, 2007.
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoadmojo 2003 pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu :
1. Tahu know Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali atau recall terhadap suatu hal yang spesifik dan seluruh badan yang dipelajari atau
rangsangan yang diterima.
Universitas Sumatera Utara
8
2. Memahami comprehension Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis analysis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu sruktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama yang lain. 5. Sintesis synthesis
Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan.
6. Evaluasi evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek Notoadmojo, 2003. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang karena itu dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari para perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuanNotoadmojo, 2003.
Universitas Sumatera Utara
9
Rogers dalam Notoadmojo 2003, mengungkapkan bahwa sebelum mengadopsi perilaku baru didalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan,
yakni: 1. Awarness Kesadaran dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengerti
terlebih dahulu terhadap stimulus. 2. Interest Merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap
subjek mulai terbentuk. 3. Evaluation menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Trial Mencoba dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. 5. Adoption Beradaptasi dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
2.1.3 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket kuisioner yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dan subjek
penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas Notoatmojo, 2003.
Terhadap data yang kuantitatif, peneliti dapat mengolahnya dengan cara statistik dan non-statistik. Apa yang disebut sebagai analisa dan non-statistik
adalah mencari proporsi, mencari persentase dan ratio. Dan terhadap pekerjanan analisis ini, orang yang menyebutnya sebagai analisis statistik sederhana sehingga
hasil pengukuran pengetahuan dapat dikategorikan menjadi:
Universitas Sumatera Utara
10
1. Baik, jika menjawab pertanyaan benar sebanyak 75 2. Cukup, jika menjawab pertanyaan benar sebanyak 60
– 75 3. Kurang, jika menjawab pertanyaan 60 Arikunto, 2002.
2.1.4 Fungsi Pengetahuan
Menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya
unsur-unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali, atau sedemikian rupa sehingga
tercapai suatu konsistensi. Jadi, sikap berfungsi sebagai suatu skema, yaitu suatu cara strukturisasi agar dunia disekitar tampak logis dan masuk akal. Sikap
digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap fenomena luar yang ada dan mengorganisasikannya Azwar, 2007.
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoadmojo 2003, dalam faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain:
1. Umur Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan
epidemiologi untuk keperluan perbandingan, maka WHO mengajukan perbandingan sebagai berikut :
a. 0-14 tahun : bayi dan anak-anak b. 15-49 tahun : muda dan dewasa
c. 60 tahun keatas : orang tua Semakin bertambah umur, maka semakin bertambah pula pengetahuan yang
dimiliki seseorang.
Universitas Sumatera Utara
11
2. Pendidikan Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. 3. Pekerjaan
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Akan
tetapi, semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pula pengalaman dan
pengetahuan yang diperoleh oleh orang tersebut.
4. Minat Minat adalah suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal
dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam.
5. Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungan. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik dan berusaha untuk dilupakan seseorang. Namun, jika
pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan, maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi
kejiwaannya, dan akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
Universitas Sumatera Utara
12
6. Sumber informasi Informasi adalah data yang diperoleh kedalam suatu bentuk yang mempunyai
arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu atau keputusan mendatang. Kemudahan untuk memperoleh suatu
informasi untuk membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
7. Kepercayaan Kepercayaan merupakan dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang
diharapkan dari objek tertentu kepercayaan datang dari apa yang telah diketahui, kemudian akan terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat
atau karakteristik suatu objek.
8. Intelegensi Intelegensi adalah keseluruhan kemampuan individu berfikir dan bertindak
secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.
9. Belajar Belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan dan
setiap kegiatan belajar diharapkan akan ada perubahan dari individu seperti tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
10. Media massa Sebagai sasaran komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,
radio, surat kabar dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan.
Universitas Sumatera Utara
13
Sedangkan menurut Budiman 2013, mengatakan bahwa tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi banyak faktor yaitu pendidikan, informasi,
sosial ekonomi, lingkungan, pengalaman dan usia.
Pendidikan sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Semakin tinggi
pendidikan seseorang diharapkan semakin luas pula pengetahuannya. Namun, perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan nonformal.
Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,
memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu untuk memengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan orang.
Sosial dan ekonomi juga sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan
memengaruhi pengetahuan seseorang.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan
fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman
Universitas Sumatera Utara
14
belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional, serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata
dalam.
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah
usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
2.2 Luka Bakar 2.2.1 Pengertian Luka Bakar
Luka bakar adalah merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati yang tetap
berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. Dengan cepat luka bakar akan didiami oleh bakteri pathogen; mengalami eksudasi dengan perembasan
sejumlah besar air, protein serta elektrolit, dan memerlukan pencangkokkan kulit dari bagian tubuh yang lain untuk menghasilkan penutupan luka yang permanen
Smeltzer Suzanne C, 2002. Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak langsung atau tak langsung dengan suhu tinggi seperti api, air panas,
listrik, bahan kimia dan rasiasi Nugroho, 2012.
2.2.2 Anatomi dan Fisiologi Kulit
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan dalam homeostatis. Kulit mempunyai fungsi sebagai pelindung tubuh dari
berbagai trauma dan merupakan penahan terhadap bakteri, virus dan jamur. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur oleh vasodilatasi atau sekresi
Universitas Sumatera Utara
15
kelenjar-kelenjar keringat dan tanpa adanya kulit, maka cairan tubuh yang penting akan menguap dan elektrolit tubuh akan hilang dalam beberapa waktu. Kulit
terdiri dari dua lapisan epidermis dan dermis Marrieb, 2001. 1. Epidermis adalah merupakan lapisan luar kulit yang utamanya disusun oleh
sel-sel epitel. Sel-sel yang terdapat dalam epidermis antara lain: keratinosit sel terbanyak pada lapisan epidermis, melanosit, sel merkel dan langerhans.
Epidermis terdiri dari lima lapisan, dari yang paling dalam yaitu stratum basale, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lucidum dan stratum
corneum. 2. Dermis adalah merupakan lapisan yang kaya akan serabut saraf, pembulu
darah, dan pembulu darah limfe. Selain itu dermis juga tersusun atas kelenjar keringat, sebasea, dan folikel rambut. Dermis terdiri atas dua lapisan yaitu
papilaris dan lapisan retikularis, sekitar 80 dari dermis adalah lapisan retikularis.
2.2.3 Derajat Luka Bakar
Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat panas sumber, penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh penderita. Dahulu
Dupuytren membagi atas 6 tingkat, sekarang lebih praktis hanya dibagi 3 tingkat derajat, yaitu sebagai berikut :
1. Luka Bakar Derajat I: Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superficial, kulit hiperemik
berupa eritem, tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa pengobatan
khusus.
Universitas Sumatera Utara
16
2. Luka Bakar Derajat II: Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi
disertai proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
Dibedakan atas 2 dua bagian A. Derajat II dangkal superficial IIA
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium dermis. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebacea masih banyak. Semua ini merupakan benih-benih epitel. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa
terbentuk cicatrik. B. Derajat II dalam deep IIB
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa-sisa jaringan epitel tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut
hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
3. Luka Bakar Derajat III Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai
mencapai jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel. Tidak dijumpai bullae, kulit yang
terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai berwarna hitam kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai
eskar. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung-ujung
Universitas Sumatera Utara
17
sensori rusak. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan Noer S.M, 2006
Menurut American Burn Association ABA, berat ringannya derajat luka bakar dapat diketahui melalui 3 hal,yaitu:
1. Luka bakar ringan a. Luka bakar derajat II 15 pada dewasa
b. Luka bakar derajat II 10 pada anak-anak c. Luka bakar derjat III 2
2. Luka bakar sedang a. Luka bakar derajat II 15-25 pada orang dewasa
b. Luka bakar derajat II 10-20 pada anak-anak c. Luka bakar derajat III 10
3. Luka bakar berat a. Luka bakar derajat II 25 atau lebih pada orang dewasa
b. Luka bakar derajat II 20 atau lebih pada anak-anak c. Luka bakar derajat III 10 atau lebih
d. Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia perineum.
e. Luka bakar dengan inhalasi, listrik, disertai trauma lain. Pada fase awal kehilangan cairan melalui eksudat pada luka bakar lebih dari
30 adalah sekitar 2-3 lhari dengan kandungan protein kurang lebih 30 gl.
Universitas Sumatera Utara
18
2.2.4 Etiologi Luka Bakar
Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karna panas, dingin atau zat kimia. Ketika kulit terkena panas, maka kedalaman luka akan dipengaruhi oleh derajat
panas, durasi kontak panas pada kulit dan ketebalan kulit hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler dehidrasi Moenadjat, 2003.
2.2.5 Jenis-Jenis Luka Bakar
Berat-ringan luka bakar berhubungan dengan jenis penyebab luka bakar, ditempat pertama adalah luka bakar disebabkan oleh listrik dan petir; kedua, oleh
karena zat kimia baik asam maupun basa; ketiga, oleh karena api, dan keempat oleh karena minyak panas, terakhir oleh air panas. Kerusakan yang disebabkan
oleh cidera listrik dan kimia demikian hebat dan memiliki kekhususan. Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api dan ledakan. Aliran
listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah; dalam hal ini cairan. Kerusakan terutama pada pembulu darah, khususnya tunika
intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi kedistal. Kerusakan bersifat progresif dari waktu ke waktu. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi
kontak baik kontak degan sumber arus maupun ground. Bahan kimia menyebakan destruksi jaringan karena reaksi kimiawi yang timbul. Destruksi jaringan
demikian hebat terutama disebabkan oleh asam atau basa kuat. Luka bakar disebabkan bahan kimia seringkali disertai gangguan metabolisme dan berlanjut
dengan chemical pneumonitis Yefta, 2003.
Universitas Sumatera Utara
19
Sedangkan Menurut Moenadjat 2003 ada 4 tipe luka bakar, yaitu: 1. Luka bakar ternal Thermal Burns
Luka bakar ternal biasanya disebabkan oleh air panas scald jilatan api ketubuh flash, kobaran api ditubuh flame dan akibat terpapar atau kontak
dengan objek-objek panas lainnya misalnya plastik logam panas, dan lain- lain.
2. Luka bakar kimia chemical burns Luka bakar kimia biasanya disebakan oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan dalam bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga.
3. Luka bakar listrik Electrical Burns Listrik menyebabkan kerusakkan yang dibedakan karena arus, api dan
ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah; dalam hal ini cairan. Kerusakan terutama pada
pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi kedistal. Seringkali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik
kontak dengan sumber arus maupun ground. 4. Luka bakar radiasi radiation exposure
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini sering disebabkan oleh penggunaan radioaktif untuk keperluan
terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahri yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi.
Universitas Sumatera Utara
20
2.2.6 Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan Luasnya
Wallace membagi tubuh atas bagian 9 atau kelipatan 9 yang terkenal dengan rule of nine atau rule of wallace yaitu:
1. Kepala dan leher : 9 2. Lengan masing-masing 9 : 18
3. Badan depan 18, badan belakang 18 : 36 4. Tungkai masing-masing 18 : 36
5. Genetalia perineum : 1
2.2.7 Perawatan Luka Bakar
Suatu penanganan yang terdiri dari membersihkan luka, mengangkat jahitan, menutup dan membalut luka sehingga dapat membantu proses
penyembuhan luka Hidayat, 2008. Perawatan luka bakar ada dua cara: 1. Perawatan terbuka exposure method adalah mudah dan murah, permukaan
luka yang selalu terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang. Kerugiannya bila digunakan obat tertentu, misalnya mitras
argenti, alas tidur menjadi kotor 2. Perawatan tertutup occlusive dressing method adalah dilakukan dengan
memberikan balutan yang dimaksudkan untuk menutup luka dari kemungkinan kontaminasi.
Penanganan awal luka bakar berjalan simultan mengikuti kaidah standar Advanced Trauma Life Support dari komite Trauma American College Of
Surgeons. Pada survei primer dinilai dan ditangani A, B, C dan D Nugroho, 2012.
Universitas Sumatera Utara
21
1. A Airway Jalan nafas adalah sumbatan jalan atas larynx, pharinx akibat cedera
inhalasi yang ditandai kesulitan bernafas atau suara nafas yang berbunyi “stridor hoarness”. Tindakan dengan membersihkan jalan napas, memberikan
oksigen, trakeostomi, pemberian kortikosteroid dosis tertinggi dan antibiotika.
2. B Breathing Kemampuan bernafas, ekspansi rongga dada dapat terhambat karena nyeri
atau eschar melingkar di dada. Tindakan yang dilakuakan kaji dan monitor kemampuan bernafas, memberikan oksigen, melakukan tindakan kedaruratan
jalan napas agresif. 3. C Circulation
Status volume pembuluh darah. Keluarnya cairan dari pembuluh darah terjadi karena meningkatnya permeabilitas pembuluh darah jarak antara sel endotel
dinding pembuluh darah. Dalam hal ini tindakan yang perlu dilakukan oleh perawat adalah auskultasi bising usus perhatikan hipoaktif tak ada bunyi,
perhatikan jumlah kalori, dan kaji ulang persen area permukaan tubuh terbakarluka tiap minggu.
4. D Disability a. Penanganan
Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik
pada kulit yang vital dan elemen di dalamnya, pembatasan pembentukkan jaringan parut.
Universitas Sumatera Utara
22
1 Pertolongan pertama : a Jauhkan korban dari sumber panas.
b Buka pakaian dan perhiasan logam yang dikenakan korban. c Kaji kelancaran jalan nafas korban
d Beri pendinginan atau menyiram dengan air dingin 20º-30 ºC dan bersih sangat menolong karena; menurunkan suhu sehingga
menggurangi dalamnya luka, mengurangi nyeri, mengurangi oedema, mengurangi kehilangan protein.
Segera bawa penderita ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut Nugroho, 2012.
2.3 Sikap 2.3.1 Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek Notoadmojo, 2003. Sikap merupakan
organisasi pendapat keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif disertai perasaan tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk
membuat respon dan berprilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya Sunaryo, 2004. Sikap merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan afeksi
pemikiran kognisi dan predisposisi tindakan konasi seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnyaAzwar, 2007.
Universitas Sumatera Utara
23
2.3.2 Struktur Sikap Struktur sikap menurut Azwar 2007 terbagi tiga komponen, yaitu:
1. Komponen kognitif cognitive Disebut juga persepsual yang berisi kepercayaan individu yang berhubungan
terhadap objek sikap dengan apa yang dilihat dan diketahui pengetahuan, pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional
dan informasi dari orang lain. 2. Komponen efektif emotional
Komponen ini menunjuk pada dimensi emosional subjektif individu terhadap objek sikap baik yang postif rasa senang maupun negatif tidak senang.
Reaksi emosional banyak yang dipengaruhi oleh apa yang kita percayai sebagai sesuatu yang benar terhadap objek sikap tersebut.
3. Komponen konatif Komponen sikap yang berkaitan dengan predisposisi atau kecenderungan
bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya.
2.3.3 Fungsi Sikap
Menurut attkinson dkk, seperti dikutip dalam Sunaryo 2004, sikap
memiliki 5 fungsi, yakni sebagai berikut:
1. Funsi intrumental, yaitu sikap yang dikaitkan dengan alasan praktis atau
manfaat dan menggambarkan keadaan keinginan dan tujuan.
2. Fungsi pengetahuan ego, yaitu sikap yang menunjukkan nilai yang diambil
untuk melindungi diri kecemasan atau ancaman harga dirinya.
Universitas Sumatera Utara
24
3. Fungsi nilai ekspresi, yaitu sikap yang menunjukkan nilai yang ada pada dirinya. Sistem nilai individu dapat dilihat dari sikap yang diambil individu
yang bersangkutanmisalnya, individu yang telah menghayati ajaran agama, sikapnya akan tercermin dalam tutur kata, perilaku, dan perbuatan yang
dibenarkan oleh agamanya.
4. Fungsi pengetahuan, yaitu setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin dimengerti, ingin dapat banyak pengalaman dan pengetahuan yang
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Fungsi penyesuaian sosial, yaitu sikap yang diambil sebgai bentuk adaptasi
dengan lingkungan. 2.3.4 Tingkatan Sikap
Menurut Maulana 2009, tingkatan sikap terbagi atas menerima receiving berarti mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.
Merespon responding berarti memberi jawaban jika ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan indikasi sikap. Menghargai
valuing berarti mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. Bertanggung jawab responsible berarti sikap yang paling tinggi,
dengan segala resiko bertanggung jawab terhadap sesuatu yang telah dipilih,
meskipun mendapat tantangan dari keluarga. 2.3.5 Determinan Sikap
Menurut Azwar 2007, ada 4 hal penting yang menjadi determinan faktor penentu sikap individu, yaitu a faktor fisiologis, faktor yang penting adalah
umur adalah kesehatan, yang menentukan sikap individu. b faktor pengalaman langsung terhadap objek sikap, pengalaman langsung yang dialami individu
Universitas Sumatera Utara
25
terhadap objek sikap, berpengaruh terhadap sikap individu terhadap objek tertentu. c faktor kerangka ancuan, kerangka ancuan yang tidak sesuai dengan
objek sikap akan menimbulkan sikap yang negatif terhadap objek sikap tersebut. d faktor komunikasi sosial, informasi yang diterima individu akan dapat
menyebabkan perubahan sikap pada individu tersebut. 2.3.6 Ciri-ciri Sikap
Ciri-ciri sikap sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli seperti
Sarlito Wirawan Sarwono 2010, Bimo Walgito 2010 pada intinya sama, yaitu:
1. Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari learnibility dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu
dalam hubungan dengan objek. 2. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat, untuk itu
sehingga dapat dipelajari. 3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap.
4. Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat tertuju pada sekumpulan atau banyak objek.
5. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar. 6. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga membedakan
dengan pengetahuan.
2.3.7 Pembentukkan dan Pengubahan Sikap
Faktor yang mempengaruhi pembentukkan dan pengubahan sikap sebagaimana diketahui bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan
dibentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang perkembangan selama hidupnya. Pada manusia sebagai mahluk sosial, pembentukkan sikap tidak lepas
Universitas Sumatera Utara
26
dari pengaruh interaksi manusia atau dengan yang lain eksternal. Di samping itu, manusia juga sebagai mahluk individual, sehingga apa yang datang dari dalam
dirinya internal, juga mempengaruhi pembentukkan sikap. 1. Faktor internal
Faktor ini berasal dari dalam individu. Dalam hal ini individu menerima, mengelola dan mendidik serta menentukan mana yang akan diterima dan
mana yang tidak faktor fisiologis. 2. Faktor eksternal
Faktor ini berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk mebentuk dan
mengubah sikap Sunaryo, 2004.
Menurut Azwar 2007, ada beberapa cara untuk membentuk atau
mengubah sikap individu, yaitu: 1. Adopsi
Adopsi adalah suatu cara untuk pembentukan dan perubahan sikap melalui kejadian yang terjadi berulang dan terus menerus sehingga lama kelamaan
secara bertahap hal tersebut akan diserap oleh individu dan akan
mempengaruhi pembentukkan serta perubahan terhadap sikap individu. a. Difensial
Adalah suatu cara untuk pembentukan dan perubahan sikap karena sudah memiliki pengetahua, pengalaman, inteligensi dan bertambahnya umur.
b. Integrasi
Integrasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap yang terjadi secara tahap demi tahap.
Universitas Sumatera Utara
27
c. Trauma
Trauma adalah suatu carauntuk pembentukan dan perubahan sikap melalui suatu kejadian secara tiba-tiba dan mengejutkan sehingga
menimbulkan kesan mendalamdalam diri individu tersebut.
d. Generalisasi
Generalisasi adalah suatu cara untuk pembentukan dan perubahan sikap karena pengalaman traumatik pada diri individu terhadap hal tertentu,
dapat menimbulkan sikap negatif terhadap semua hal yang sejenis atau
sebaliknya. 2.3.8 Sikap Perawat dalam Merawat Pasien
Sikap yang perlu dimiliki oleh seorang perawat pasien agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang sesuai dengan harapan pasien, antara
lain: 1. Setiap perawat harus memiliki sikap yang ramah terhadap semua orang,
terlebih terhadap pasien. 2. Setiap perawat harus memiliki sikap menaruh kasih sayang terhadap sesama,
terlebih dahulu bagi yang membutuhkan. 3. Setiap perawat harus memiliki sikap yang dapat memberikan rasa aman pada
pasien, bukan menimbulkan kecemasan, kegelisahan dan rasa takut. 4. Setiap perawat harus memiliki sikap menaruh perhatian terhadap kebutuhan
yang diperlukan oleh pasien. 5. Setiap perawat harus memiliki sikap yang dicirikan dengan suara lembut dan
murah senyum. Dengan suara yang lembut dan murah senyum, paling tidak
Universitas Sumatera Utara
28
pasien yang sedang sakit akan merasa senang, simpati, dan tidak menilai judes terhadap perawat.
6. Setiap perawat harus memiliki sikap yang dapat dipercaya, karena dengan kepercayaanlah harga diri dan kepribadian orang dapat dinilai.
7. Setiap perawat harus memiliki sikap percaya diri, jangan minder. Oleh karean itu, perlu banyak belajar, manambah dan meningkatkan pengetahuan, serta
keterampilan keperawatan. 8. Setiap perawat harus memiliki sikap dapat menahan diri, jangan sampai
menyalahkan , mengkritik, menyudutkan, dan mempermalukan pasien maupun keluarganya yang dapat menambah berat penyakitnya.
9. Setiap perawat harus memiliki sikap agar pasien tidak ketergantungan pada perawat.
10. Setiap perawat harus memiliki sikap untuk dapat menghindari ucapan yang dapat menyinggung perasaan pasien.
11. Setiap perawat harus memiliki sikap penuh pengertian dan pengabdian. 12. Setiap perawat harus memiliki sikap riang gembira, tidak cemberut dimuka
pasien umum. 13. Setiap perawat harus memiliki sikap yang kooperatif atau mudah diajak
kerjasama dengan pasien maupun tim kesehatan lainnya. 14. Setiap perawat harus memiliki sikap yang memungkinkan dapat membantu
dalam mengatasi kesulitan pasien maupun keluarganya. 15. Setiap perawat harus memiliki sikap harmonis sesuai situasi dan kondisi
pasien, untuk sekedar menghibur.
Universitas Sumatera Utara
29
2.4 Pemberian Cairan