2004, perkiraan insidensi penyakit jantung koroner di Indonesia adalah 1,05 juta kasus baru pada tahun 2004.
c. Mortalitas
Setiap 25 detik, seorang di Amerika akan mengalami pengalaman kejadian yang berhubungan dengan koroner dan setiap menitnya, ada satu orang yang akan
mendapat pengalaman ke,jadian jantung yang fatal, biasanya serangan jantung Roger, et al.,2012.
Berdasarkan data WHO 2011, kematian akibat penyakit jantung koroner di Indonesia mencapai 234 ribu atau 17,05 total kematian di Indonesia. Angka
kematian yang sesuai umur age adjusted death rate adalah 150,77 per 100.000 populasi yang menempatkan Indonesia sebagai peringkat 51 di dunia.
2.2.4. Klasifikasi
Penyakit jantung koroner termasuk dalam penyakit jantung iskemik kronis ICD-10CM I25 memiliki kode I25.1 dengan nama atherosclerotic heart disease
of native coronary artery penyakit jantung aterosklerosis dari arteri koroner itu sendiri, memiliki klasifikasi, yaitu:
1. Atherosclerotic heart disease of native coronary artery without angina
pectoris ICD-10CM I25.10
2. Atherosclerotic heart disease of native coronary artery with angina pectoris
ICD-10CM I25.11 dibagi 4, terdiri dari :
a Atherosclerotic heart disease of native coronary artery with unstable angina pectoris ICD-10CM I25.110
b Atherosclerotic heart disease of native coronary artery with angina pectoris with documented spasm ICD-10CM I25.111
c Atherosclerotic heart disease of native coronary artery with other forms of angina pectoris ICD-10CM I25.118
d Atherosclerotic heart disease of native coronary artery with unspecified angina pectoris ICD-10CM I25.119 CDC,2014.
Universitas Sumatera Utara
2.2.5. Faktor resiko
Faktor resiko dari penyakit jantung koroner dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Faktor resiko utama
Faktor resiko utama adalah faktor resiko yang menurut banyak penelitian memberikan hasil yang bermakna dalam meningkatkan resiko dari
penyakit jantung koroner, yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu: b Faktor resiko utama yang tidak dapat dimodifikasi, terdiri dari :
1 Penambahan umur Perubahan pada arteri koroner berkaitan erat dengan pertambahan
umur Deopujari Dixit,2010. Hubungan umur dengan mortalitas dari penyakit jantung koroner membentuk grafik log linear sebagai
akibat efek akumulasi dari kerusakan pembuluh darah yang lama dan kegagalan dalam mekanisme perbaikan Vaidya, et al.,2011.
Perubahan utama yang terjadi oleh penuaan adalah penebalan tunika intima disertai tunika media yang mengalami fibrosis.
Ketebalan dari tunika intima yang diamati secara bertahap meningkat ketika dekade keempat dan kemudian menipis secara
bertahap Deopujari Dixit,2010. Umur berperan penting dalam terjadinya penyakit jantung koroner karena dapat mempengaruhi
faktor resiko lain, seperti tekanan darah tinggi, obesitas, dan kadar lemak. Berat badan yang merupakan faktor resiko yang dapat
dimodifikasi meningkat pada umur dewasa tua. Gangguan dalam profil lemak, seperti nilai total kolesterol dan LDL meningkat
disertai nilai HDL yang rendah, juga berhubungan dengan pertambahan umur Ghosh,2010. Sekitar 82 orang meninggal
akibat penyakit jantung koroner berumur di atas 65 tahun dan jumlah kasus pada umur antara 75 sampai 84 tahun akan menjadi 2
kali lipat pada 30 tahun kemudian Odden, et al.,2011. Pada umur yang lebih tua, wanita yang mengalami serangan jantung menjadi
lebih sering dari pria, kebanyakan dari wanita tersebut akan meninggal karena penyakit jantung koroner dalam beberapa
Universitas Sumatera Utara
minggu AHA,2013. Pada setiap umur, ditemukan juga perbedaan pada faktor resiko yang meningkatkan resiko penyakit jantung.
Pada dewasa muda, faktor resiko yang berperan, yaitu stress dan serba kecukupan, sedangkan pada dewasa pertengahan, faktor
resiko yang berperan bertambah lebih banyak, yaitu stress, merokok, aktivitas fisik yang kurang, obesitas, pria, dan
pengangguran. Dan pada umur tua, faktor yang berperan dalam menyebabkan penyakit jantung bertambah lebih banyak lagi, yaitu
stress, riwayat merokok, aktivitas fisik yang kurang, obesitas, laki- laki, pengangguran, kulit putih, dan kemiskinan Wang
Wang,2013. 2 Jenis kelamin
Pria memunyai resiko lebih besar dari perempuan dan mendapat serangan lebih awal dalam kehidupannya dibandingkan wanita
NHBLI,2011. Itu dikarenakan kebanyakan faktor resikonya tidak mau diubah oleh pria, seperti merokok, alkohol, dan kadar HDL
yang lebih rendah dari wanita Krämer, et al,2012 dan sebelum menopause, estrogen memberikan perlindungan kepada wanita dari
penyakit jantung koroner NHBLI,2011. Setelah masa menopause, ketika angka kematian pada wanita akibat penyakit jantung koroner
meningkat, itu tidak melebih angka kematian pada pria AHA,2013. Berbeda dengan pria, wanita memunyai faktor resiko
tambahan yang meningkatkan kejadian terjadinya penyakit jantung koroner, seperti sindrom ovarium polikistik, preeklampsia,
menopause, penggunaan obat kontrasepsi oral, dan terapi hormonal Tan, et al.,2009. Wanita dengan sindrom ovarium polikistik
meningkatkan resiko terjadinya sindrom metabolik dan faktor resiko penyakit jantung koroner yang lain, seperti diabetes melitus
tipe 2 Shaw, et al.,2008 dalam Maas Appleman,2010. Preeklampsia pada wanita yang ditandai dengan hipertensi
14090 mmHg dan proteinuria 0,3g24 jam setelah masa
Universitas Sumatera Utara
kehamilan 20 minggu juga beresiko 2 kali terkena penyakit jantung koroner dibandingkan wanita dengan normotensi selama masa
kehamilan Bellamy, et al.,2007 dalam Maas Appleman,2010. Menopause yang awal pada seorang wanita akan meningkatkan
resiko terkena penyakit jantung koroner atau stroke sebesar 2 kali lipat dan meningkatkan resiko mortalitas akibat penyakit jantung
koroner sebesar 1,5 sampai 2 kali lipat dibandingkan dengan wanita dengan waktu menopause yang normal Wellons, et
al.,2012. Wanita juga dapat hidup lebih lama dari pria dan memunyai kecenderungan ke salah faktor resiko utama dari
penyakit jantung koroner, yaitu diabetes melitus dibandingkan pria Lee, et al.,2013 dan hipertensi Jamee,2013.
3 Genetik termasuk ras Riwayat penyakit jantung koroner dini pada keluarga merupakan
faktor resiko yang bebas, dan diduga ada variasi urutan DNA yang diturunkan yang berperan dalam resiko penyakit jantung. Studi
asosiasi mengenai genom berhasil mengidentifikasi SNPs single nucleotide polymorphism pada 13 daerah genom yang berkaitan
dengan penyakit jantung koroner, infark miokard, atau keduanya Musunuru Kathiresan,2010. Diperkirakan salah satu gen yang
berperan dalam kejadian penyakit jantung koroner adalah gen Ch9p21 SNPs dan gen tersebut juga berperan dalam kejadian
infark miokard Angelakopoulou,2012. Anak dari orang tua dengan penyakit jantung akan lebih berpotensi terkena penyakit
jantung AHA,2013. Baik pria maupun perempuan yang memiliki paling sedikit satu orang tua yang memiliki penyakit jantung
koroner beresiko 1,4 sampai 1,6 kali terkena penyakit jantung koroner dibandingkan dengan orang tanpa orang tua yang
menderita penyakit jantung koroner Sundquist,et al.,2011. Orang Amerika Afrika memunyai tekanan darah yang sangat tinggi dan
parah dibandingkan orang Kaukasia serta berpeluang lebih tinggi
Universitas Sumatera Utara
menderita pernyakit jantung. Itu dikarenakan mereka memiliki angka obesitas dan diabetes yang tinggi AHA,2013.
c Faktor resiko utama yang dapat dimodifikasi, terdiri darah : 1 Merokok
Rokok mengandung zat kimia, seperti nikotin, karbon monoksida, ammonia, formaldehida, tar, dan lain-lain. Bahan aktif utamanya
adalah nikotin efek akut dan tars efek kronis. Efek nikotin pada sistem kardiovaskuler adalah efek simpatomimetik, seperti
menyebabkan takikardi, kontraksi ventrikuler di luar sistol, meningkatkan noradrenalin dalam plasma, tekanan darah, cardiac
output, dan konsumsi oksigen sehingga menyebabkan penyempitan aterosklerotik, penempelan platelet, dan menurunkan HDL. LDL
menjadi lebih mudah memasuki dinding arteri yang berperan dalam patogenesis penyakit jantung koroner Yathish, et al.,2011.
Merokok juga meningkatkan oksidasi dari LDL dan meningkatkan berbagai faktor resko lain, yaitu hiperlipidemia, hipertensi, dan
diabetes melitus Kelley,2009. Banyak efek merokok yang sinergis sehingga meningkatkan faktor resiko penyakit jantung,
seperti trombosis, disfungsi endotel, aterosklerosis, gangguan hemodinamik, dan menyebabkan resistensi insulin Prasad, et
al.,2009. Merokok, bahkan beberapa batang per hari, akan meningkatkan resiko menderita penyakit jantung HeartUK,2012.
Merokok meningkatkan resiko penyakit jantung koroner sebanyak 2-4 kali dari yang tidak merokok. Orang yang merokok satu
bungkus rokok tiap hari meningkatkan resiko serangan jantung sebesar 2 kali lipat dari yang belum pernah merokok AHA,2013.
Mereka yang merokok terus menerus memiliki resiko terkena penyakit jantung koroner 2,01 kali lipat bila kurang dari 10 tahun
dan 5,12 kali lipat bila lebih dari 10 tahun Ram Trivedi,2012a. Mengisap rokok meningkatkan resiko penyakit
jantung koroner lebih besar dibandingkan yang memakai pipa dan
Universitas Sumatera Utara
cerutu Yathish, et al.,2011. Wanita yang merokok memunyai resiko 25 lebih besar terkena penyakit jantung koroner
dibandingkan dengan pria yang merokok bila bebas dari faktor resiko yang lain Huxley Woodward,2011.
2 Kadar lemak yang abnormal kolesterol dan trigliserida Salah satu komponen lemak tubuh adalah kolesterol. Kolesterol
sangat penting bagi sel yang sehat, tetapi bila tubuh mengakumulasikannya dalam jumlah banyak, kolesterol akan
berdeposit ke dinding pembuluh darah yang akan menyebabkan kerusakan dan bisa menghambat aliran darah. Jika ini terjadi,
resiko serangan jantung akan meningkat HeartUK,2012. Kolesterol terdiri dari 2 bentuk utama, yaitu HDL high density
lipoprotein yang berperan dalam membawa kadar lemak yang tinggi dalam jaringan ke hati untuk dimetabolisme dan dikeluarkan
dari tubuh dan LDL yang berperan membawa kolesterol ke jaringan, termasuk arteri koroner. Nilai LDL yang tinggi dan HDL
yang rendah berperan dalam peningkatan resiko penyakit jantung, terutama penyakit jantung koroner NHLBI,2011. HDL memiliki
fungsi yang sangat menarik termasuk aktivitas antiinflamasi, antioksidan McGrowder, et al.,2011, antiapoptotik, dan
antitrombotik Ali, et al.,2012. Aktivitas dari antioksidan dan antiinflamasi yang tinggi dari HDL berhubungan dengan
perlindungan tubuh terhadap penyakit kardiovaskuler McGrowder, et al.,2011. Komponen LDL yang berperan sebagai
faktor resiko yang penting adalah lipoprotein a lpa. Mekanisme patogenesis lpa yang berlebihan meliputi peningkatan
trombogenesis dan gangguan fibrolisis akibat berkompetisi dengan plasminogen, penghambatan
transforming growth factor β, ketidakstabilan plak, peningkatan proliferasi dan migrasi otot
polos, pembentukan trombus penyumbat, gangguan pembentukan pembuluh darah kolateral, peningkatan pengambilan oksidasi dan
Universitas Sumatera Utara
retensi LDL, dan upregulation dari pengekspresian plasminogen activator inhibitor PAI-I. Serum lpa didapati lebih rendah pada
umur 20-30 tahun dan lebih tinggi pada umur 50-60 tahun Sharma, et al.,2012. Hal lain yang berperan penting dari
komponen LDL adalah lipoprotein-associated phospholipase A
2
Lp-PLA
2
, yaitu sebuah enzim yang diekspresikan oleh sel inflamasi pada plak aterosklerotik dan dibawa oleh sirkulasi
dengan berikatan utamanya dengan LDL. Lp-PLA
2
menghidrolisis fosfolipid yang teroksidasi menjadi produk proinflamasi yang
berperan dalam disfungsi endotel, proses inflamasi pada plak, dan pembentukan inti nekrotik pada plak Thompson, et al.,2010.
Komponen yang lain adalah trigliserida. Bila dalam darah terdapat jumlah lemak yang berlebih, terutama trigliserida, biasanya akan
berpasangan dengan kadar HDL yang rendah HeartUK,2012. Rasio non-HDL kolesterol, trigliserida, dan total kolesterol dengan
HDL kolesterol lebih berhubungan erat dengan resiko penyakit jantung koroner pada masa depan dibandingkan hanya LDL
kolesterol. Di sini juga ditemukan pada kadar LDL dalam berbagai level, individu dengan salah satu rasio peningkatan level non-HDL
kolesterol, atau peningkatan level trigliserida, atau dengan peningkatan total kolesterol dibandingkan dengan level HDL
kolesterol juga berpeluang berkembang menjadi penyakit jantung koroner Arsenault, et al.,2010.
3 Tekanan darah tinggi Tekanan darah tinggi meningkatkan kerja jantung dan
menyebabkan dinding jantung menjadi tebal dan kaku yang menyebabkan jantung tidak berkerja dengan baik. Ini
meningkatkan resiko kejadian stroke, serangan jantung, gagal ginjal, dan penyakit jantung kongestif. Ketika tekanan darah tinggi
ini bergabung dengan faktor resiko yang lain, akan meningkatkan AHA,2013. Patofisiologi dari hipertensi menyebabkan penyakit
Universitas Sumatera Utara
jantung koroner melalui 2 cara. Pertama, hipertensi menyebabkan kerusakan pada endotel yang akan menyebabkan senyawa
vasodilator tidak dapat keluar dan membuat penumpukan okigen reaktif serta penumpukan faktor-faktor inflamasi yang mendukung
perkembangan dari aterosklerosis, trombosis, dan penyumbatan pembuluh darah. Kedua, hipertensi menyebabkan peningkatan
afterload yang menyebabkan hipertropi dari ventrikel kiri. Itu menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen miokardium dan
menurunnya aliran darah koroner. Semua hal di atas mendukung terjadinya penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, dan
kematian jantung tiba-tiba Olafiranye, et al.,2011. Orang dengan hipertensi memiliki resiko lebih besar terkena penyakit jantung
koroner sebesar 3 kali lipat dibandingkan yang normotensi. Hipertensi juga secara signifikant berkaitan dengan perkembangan
penyakit jantung koroner Ram Trivedi,2012b. Pulse pressure PP, tekanan sistol, tekanan diastol, dan mean arterial pressure
MAP merupakan prediktor kuat dari gejala penyakit jantung pada seseorang dengan hipertensi dan penyakit jantung koroner
Bangalore, et al.,2009. Pada seseorang dengan hipertensi, terjadi penurunan tekanan diastol padahal suplai nutrisi dan oksigen
terjadi fase diastol, sehingga terjadi penurunan perfusi dan membuat otot jantung rentang terkena iskemik. Penurunan diastol
meningkatkan besar rentang pulse pressure Nogueira,2013. Seseorang dengan tekanan darah diastol 70 mmHg dengan
tekanan darah sistol ≥ 120 mmHg berkaitan dengan resiko penyakit
jantung dimana rata-rata peningkatan sistolnya adalah 20 mmHg Franklin Wong,2013. Tekanan sistol sekarang lebih berperan
sebagai parameter yang sangat penting dibandingkan dengan tekanan diastol. Penurunan tekanan sistol sebesar 5-6 mmHg
menurunkan resiko penyakit jantung koroner sebesar 16 dan resiko stroke sebesar 38 Bangalore, et al.,2009.
Universitas Sumatera Utara
4 Aktivitas fisik yang kurang Aktvitas fisik dibagi 2 jenis, yaitu aktivitas fisik pekerjaan yang
kadang-kadang dapat merusak kesehatan dan aktivitas fisik pada waktu santai misalnya olahraga yang bermanfaat bagi kesehatan.
Aktivitas fisik pekerjaan sedang dapat menurunkan resiko penyakit jantung, berbeda halnya dengan aktivitas fisik yang berat yang
tidak memberikan efek protektif terhadap penyakit jantung Lie Siegrist,2012. Ada peran olahraga terhadap sistem hemodinamik
yang mempengaruhi interaksi endotel pembuluh darah dan otot polos Newcomer, et al.,2011 dimana meningkatkan fungsi dan
perbaikan dari pembuluh darah dengan cara meningkatkan endothelial progenitor cell EPC Lenk, et al.,2010. Aktivitas
fisik yang kurang meningkatkan resiko penyakit jantung koroner sebesar 2 kali lipat dan dapat memperburuk faktor-faktor resiko
yang lain, seperti tekanan darah tinggi, kadar kolesterol dan trigliserida yang tinggi, diabetes, dan berat badan yang berlebih
NHLBI,2011. Seseorang dengan aktivitas fisik sedang yang intensif selama 150 menitminggu dan tambahan 300
menitminggu akan menurunkan resiko penyakit jantung koroner sebesar 14 dibandigkan dengan orang yang tidak melakukan
aktivitas fisik Sattelmair, et al.,2011. 5 Berat badan berlebih obesitas dan overweight
Obesitas abdominal atau sentral, dapat diukur melalui lingkar pinggang, dipertimbangkan sebagai sebuah faktor resiko yang kuat,
terlepas dari berat badan Canoy, et al.,2007 dalam Rana, et al.,2011. Obesitas, khususnya obesitas sentral, menyebabkan
berbagai hal. Salah satunya adalah menyebabkan peningkatan kadar insulin dan resistensi insulin diabetes melitus dimana
insulin menyebabkan peningkatan sistem saraf simpatis dan mempengaruhi ginjal untuk meretensi garam sehingga terjadi
peningkatan tekanan darah. Obesitas juga menyebabkan defisiensi
Universitas Sumatera Utara
leptin dimana leptin berperan dalam mengatur rasa kenyang dan juga mengaktifkan sistem renin angiotensin aldosteron yang akan
meningkatkan tekanan darah Landsberg, et al.,2013. Obesitas berhubungan dengan inflamasi derajat rendah yang kronis itu
dikarenakan berbagai substansi yang disekresikan oleh sel adiposa sel lemak, seperti IL-1, IL-6, TNF-
α, resistin, prostaglandin, angiotensinogen, endotelin, PAI-I, dan c-reactive protein CRP
Wang Nakayama,2010. Pada orang obesitas, didapati kadar sirkulasi berbagai tanda-tanda inflamasi, seperti CRP, secretory
phospholipase A
2
sPLA
2
, fibrinogen, dan adiponektin, berhubungan linear dengan aktivitas fisik yang kurang dan
pertambahan lingkar pinggang Rana, et al.,2011. Orang dengan kelebihan lemak tubuh, terutama di daerah pinggang, beresiko
berkembang menjadi penyakit jantung dan stroke jika tidak memunyai faktor resiko yang lain bahkan memperparah faktor
resiko yang sudah ada. Berat badan berlebih akan meningkatkan kerja jantung karena meningkatkan jumlah tahanan perifer total
sehingga tekanan darah menjadi tinggi NHLBI,2011 dan menyebabkan penebalan dinding ventrikel tanpa pelebaran ruangan
ventrikel sehingga terjadi peningkatan massa pada ventrikel terutama ventrikel kiri Artham, et al.,2009. Selain meningkatkan
tekanan darah, obesitas dapat meningkatkan level kolesterol dan trigliserida, serta menurunkan HDL NHLBI,2011. Peningkatan
10 kg berat badan akan meningkatkan tekanan sistol sebesar 3 mmHg dan tekanan diastol sebesar 2,5 mmHg Artham, et
al.,2009 dan setiap peningkatan IMT sebesar 4 kgm
2
meningkatkan resiko terkena penyakit jantung iskemik sebesar 26 Nordestgaard, et al.,2012. Dengan menurunkan berat badan
sebesar 10, akan menurunkan resiko penyakit jantung NHLBI,2011.
Universitas Sumatera Utara
6 Diabetes melitus Kadar gula darah yang tinggi akan menyebabkan peningkatan
pembentukan plak ateromatous pada arteri NHLBI,2011. Hiperglikemi pada orang diabetes menyebabkan banyak perubahan
pada biomolekuler tubuh, yaitu peningkatan reduksi nicotinamide adenine dinucleotide NAD+ menjadi NADH yang belum terbukti
sebagai stressor oksidatif seluler, peningkatan produksi uridine diphosphate UDP N-acetyl glucosamine yang diperkirakan
mengubah fungsi enzimatik seluler, dan pembentukan advanced glycation end product AGE yang secara langsung menganggu
fungsi sel endotel dan mempercepat aterosklerosis, serta peningkatan reactive oxygen species ROS yang menganggu
produksi nitrit oksida endotel dan menipiskan plak aterosklerosis sehingga mudah ruptur Chiha, et al.,2012. Itu menyebabkan
kematian pasien dengan diabetes melitus sering disebabkan serangan sindrom koroner akut dibandingkan yang tidak memiliki
diabetes melitus Unachukwu Ofori,2012. Yang lebih penting lagi, glikolisasi dari protein pada dinding arteri yang diperkirakan
berkonstribusi dalam pembentukan aterosklerosis diabetik Chiha, et al.,2012. Pada tikus pada uji eksperimental memperlihatkan
hiperinsulinemia menstimulasi sintesis asam lemak dengan meningkatkan transkripsi gen enzim lipogenik di hati. Asam lemak
tersebut memacu produksi dari very low density lipoprotein VLDL sehingga dikenal resistensi insulin diabetes melitus tipe
2 menginduksi dislipidemia Steinberger, et al., 2009. Diabetes melitus meningkatkan resiko morbilitas dan mortalitas berbagai
penyakit kardiovaskuler. Diabetes dengan sindrom metabolik secara signifikan meningkatkan level trigliserida, rasio level
trigliserida dibandingkan HDL, atherogenic index of plasma AIP, tekanan darah, dan IMT Kalidhas, et al.,2011. Diabetes secara
serius meningkatkan resiko menjadi penyakit jantung sebesar 2 kali
Universitas Sumatera Utara
lipat, terlepas dari faktor resiko lainnya Sarwar, et al.,2010. Bahkan ketika kadar glukosa dalam darah dapat dikontrol, diabetes
tetap akan meningkatkan resiko penyakit jantung dan stroke walaupun tidak separah yang tidak terkontrol kadar gula darahnya.
Sekitar 65 orang yang terkena diabetes meninggal karena berbagai penyakit pada jantung dan pembuluh darah AHA,2013.
2. Faktor resiko pendukung Faktor resiko pendukung adalah faktor yang berhubungan dengan
peningkatan resiko penyakit jantung koroner, tetapi hasilnya tidak terlalu bermakna, terdiri dari:
1 Stres Menurut Yayasan Jantung Inggris dalam Parswani, et al. 2013,
peneliti mengindikasikan bahwa faktor psikologi, seperti stres, depresi, dan anxiety secara signifikan berkonstribusi dalam onset,
gejala klinis, dan prognosis dari penyakit jantung koroner. Stres merupakan efek fisik dan emosi yang tidak diinginkan dimana
dapat berefek pada jantung akibat perlepasan hormon-hormon tertentu yang meningkatkan tekanan darah dan dapat mendorong
pembentukan clotting pada arteri. Yang termasuk pemicu stres termasuk isolasi sosial, stres pekerjaan, dan peristiwa akut atau
kronik yang terjadi dalam kehidupan. Stres dan kecemasan bisa berperan dalam penyebab penyakit jantung koroner karena akan
menyebabkan pembuluh darah arteri mengalami vasokonstriksi sehingga akan meningkatkan tekanan darah. Ini bisa menyebabkan
peningkatan serangan jantung. Stres juga dapat menyebabkan seseorang makan makanan yang tinggi lemak dan gula berlebihan
NHLBI,2011. Beberapa peneliti menemukan hubungan antara resiko penyakit jantung koroner dan stres pada kehidupan
seseorang, kebiasaan hidup sehat mereka, dan status sosioekonomi. Misalnya, ketika berada dalam keadaan stres, seseorang akan mulai
merokok lebih dari yang mereka bisa AHA,2013. Orang yang
Universitas Sumatera Utara
mengalami stres berat beresiko terkena penyakit jantung koroner sebesar 1,27 kali dibanding yang mengalami stres ringan
Richardson, et al.,2012. Menurut penelitian Orth-Gomér, et al. 2009, wanita dengan penyakit jantung koroner yang menerima
program berbasis grup untuk menurunkan stres didapati angka harapan hidupnya 3 kali lebih besar 3 kali lipat dibandingkan yang
mendapat perawatan yang biasa. 2 Alkohol
Minum alkohol dalam jumlah sedang dapat menyebabkan penurunan resiko penyakit jantung HeartUK,2012. Alkohol
dengan dosis 15 ghari untuk wanita dan dosis 30 ghari secara signifikan bermanfaat meningkatkan meningkatkan level HDL,
apolipoprotein A1, adiponektin, dan menurunkan level fibrinogen, tetapi tidak berefek pada level trigliserida Brien,et al.,2010.
Tetapi bila berlebihan, alkohol dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah sehingga menyebabkan gagal jantung dan memicu
stroke AHA,2013. Manfaat alkohol dalam menurunkan resiko penyakit jantung koroner hanya berlaku pada dewasa muda dan
tidak bermanfaat bahkan merugikan pada dewasa pertengahan dan umur lebih tua Hvidtfeldt, et al.,2010.
3 Diet dan Nutrisi yang tidak sehat Diet yang sehat dapat menjadi senjata yang baik dalam melawan
penyakit jantung AHA,2013. Mengonsumsi daging yang telah diproses, bukan daging merah, berkaitan dengan insidensi yang
lebih tinggi dari penyakit jantung koroner Micha, et al.,2010. Untuk mencegah penyakit jantung koroner, asam lemak jenuh yang
dikonsumsi sebaiknya diganti dengan asam lemak tidak jenuh rantai jamak daripada mengonsumsi asam lemak tidak jenuh rantai
tunggal atau konsumsi karbohidrat Jakobsen, et al.,2009 dan menghindari konsumsi makanan trans-fatty acid dan makanan
tinggi indeks glikemiknya Mente, et al.,2009. Makanan yang
Universitas Sumatera Utara
dimakan akan dapat berefek pada faktor resiko yang dapat dimodifikasi, seperti kolesterol, tekanan darah, diabetes, dan
obesitas. Diet yang tidak sehat, seperti tinggi gula, lemak, dan garam, akan menyebabkan peningkatan berat badan, tekanan darah,
kadar lemak dalam tubuh, dan kadar gula darah sehingga meningkatkan resiko penyakit jantung koroner NHLBI,2011.
2.2.6. Patogenesis