naik lagi. Semua tergantung pada para investor. Apakah para investor dapat mengambil resiko tersebut? Dimana dengan risiko yang lebih tinggi, investor
perlu mendapatkan return yang lebih tinggi pada saham-saham tersebut. Jika para investor merasa tidak akan mendapatkan return yang lebih tinggi, hindarilah
saham-saham pertambangankomoditas tersebut. Dengan begitu, jelas bahwa perusahaan pertambangan memiliki pengaruh terhadap harga saham.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul : “Pengaruh Return On Assets ROA, Debt to Equity Ratio DER dan
Earning Per Share EPS terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI tahun 2010-
2013 ”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut “Apakah Return on Assets ROA, Debt to Equity Ratio
DER dan Earning Per Share EPS berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2010-2013?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Return on Assets ROA, Debt to Equity Ratio DER dan Earning Per Share EPS berpengaruh
secara parsial dan simultan terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013?”
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan mengenai hubungan variabel Return On Assets ROA, Debt to Equity
Ratio DER dan Earning Per Share EPS terhadap harga saham dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai kesesuaian teori yang
ada dengan hasil di lapangan. 2. Bagi calon investor
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi oleh calon investor.
3. Bagi pihak lain Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan sumber
informasi dalam melakukan penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Harga Saham 2.1.1.1 Pengertian Harga Saham
Harga saham di bursa efek akan ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Pada saat permintaan atas suatu saham meningkat, maka
harga saham tersebut akan cenderung meningkat. Sebaliknya, pada saat lebih banyak orang yang menjual saham tersebut dibandingkan dengan orang yang
berminat membelinya, maka harga saham tersebut cenderung akan mengalami penurunan.
Harga saham dapat berubah naik turun dalam hitungan yang begitu cepat. Harga tersebut dapat berubah dalam hitungan menit, bahkan dalam
hitungan detik. Hal tersebut dimungkinkan karena banyaknya pesanan yang dimasukkan ke sistem JATS Jakarta Autonomated Trading System. Pada
lantai perdagangan Bursa Efek Indonesia terdapat 400 terminal komputer dimana para floor tracker dapat memasukkan pesanan yang diterimanya dari
nasabah. Menurut Darmadji 2006:131 Pada monitor – monitor yang memantau perdagangan saham, tertera beberapa istilah harga saham, yaitu:
a. Previous price menunjukkan harga pada penutupan hari
sebelumnya. b.
Open atau Opening Price menunjukkan harga pertama kali pada saat pembukaan sesi I perdagangan, yaitu jam 09.30
pagi. c.
High atau Highest Price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari
tersebut.
d. Low atau Lowest Price menunjukkan harga terendah atas suatu
saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut. e.
Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham.
f. Change menunjukkan selisih antara harga pembukaan dengan
harga yang terjadi. g.
Close atau Closing Price menunjukkan harga penutupan suatu saham pada saat akhir sesi II, yaitu jam 16.00 sore.
2.1.1.2 Pengertian Saham
Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau
distribusi lain yang dilakukan perusahaan kepada pemegang saham lainnya. Husnan 2005:29, “saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak
pemodal yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas
tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya”. Saham merupakan salah satu dari beberapa alternatif
yang dapat dipilih untuk berinvestasi. Investasi dengan membeli saham suatu perusahaan, berarti investor
telah menginvestasikan dana dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan kembali saham tersebut. Wujud saham adalah selembar
kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut dan porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut menurut Darmadji 2006:5. Sifat dasar investasi saham
adalah memberikan peran bagi investor dalam memperoleh laba perusahaan. Setiap pemegang saham merupakan sebagian pemilik perusahaan, sehingga
mereka berhak atas sebagian dari laba perusahaan. Namun hak tersebut terbatas karena pemegang saham berhak atas bagian penghasilan perusahaan
hanya setelah seluruh kewajiban perusahaan dipenuhi. Pada dasarnya saham dapat digunakan untuk mencapai tiga tujuan investasi utama sebagaimana
yang dikemukakan oleh Kertonegoro 2010:108 yaitu: a.
Sebagai gudang nilai, berarti investor mengutamakan keamanan prinsipal, sehingga mereka akan mencari saham blue chips dan
saham non-spekulatif lainnya. b.
Untuk pemupukan modal, berarti investor mengutamakan investasi jangka panjang, sehingga mereka akan mencari saham
pertumbuhan untuk memperoleh capital gain atau saham sumber penghasilan untuk mendapat dividen.
c. Sebagai sumber penghasilan, berarti investor mengandalkan pada
penerimaan dividen sehingga mereka akan mencari saham penghasilan yang bermutu baik dan hasil tinggi.
2.1.1.3 Jenis-Jenis Saham
Dalam transaksi jual dan beli di Bursa Efek, saham merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Menurut Darmadji
2006:6, ada beberapa sudut pandang untuk membedakan jenis-jenis saham yaitu:
a. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim:
1 Saham Biasa common stock
Saham biasa merupakan saham yang memiliki hak klaim berdasarkan laba atau rugi yang diperoleh perusahaan. Bila
terjadi likuidasi, pemegang saham biasa yang mendapatkan prioritas paling akhir dalam pembagian dividen dari
penjualan asset perusahaan. ciri-ciri dari saham biasa adalah sebagai berikut:
a
Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.
b Memiliki hak suara one share one vote.
c Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan paling
akhir apabila bangkrut setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.
2 Saham Preferen Preferred Stock
Saham preferen merupakan saham dengan bagian hasil yang tetap dan apabila perusahaan mengalami kerugian maka
pemegang saham preferen akan mendapat prioritas utama dalam pembagian hasil atas penjualan asset. Saham preferen
mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Adapun ciri-ciri dari saham preferen adalah:
a
Memiliki hak paling dahulu memperoleh deviden. b
Tidak memiliki hak suara. c
Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan pengurus.
d Memiliki hak pembayaran sebesar nilai nominal saham
lebih dahulu setelah kreditur apabila perusahaan dilikuidasi.
b. Ditinjau dari cara peralihan:
1 Saham Atas Unjuk Bearer Stocks
Pada saham atas unjuk tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindah tangankan dari satu investor ke investor
lainnya. Secara hukum, siapapun yang memegang saham ini, maka akan diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut
hadir dalam RUPS.
2 Saham Atas Nama Registered Stocks
Saham atas nama merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus
melalui prosedur tertentu.
c. Ditinjau dari kinerja perdagangan:
1 Blue Chip Stocks
Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan
yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.
2 Income Stocks
Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang
dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi
dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi.
3 Growth Stocks
Saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis
yang mempunyai reputasi tinggi.
4 Speculative Stock
Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi
mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.
5 Counter Cyclical Stocks
Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi
ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari
kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.
2.1.1.4 Analisis Saham
Analisis saham umumnya dapat dilakukan oleh para investor dengan mengamati dua pendekatan dasar yaitu:
a. Analisis Teknikal
Menurut Husnan 2005:349, “analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga
saham tersebut di waktu yang lalu”. Sutrisno 2005:330 menyatakan bahwa:
Analisis teknikal adalah pendekatan investasi dengan cara mempelajari
data historis dari harga saham serta menghubungkannya dengan trading volume yang terjadi dan
kondisi ekonomi pada saat itu. Analisis ini hanya mempertimbangkan pergerakan harga saja tanpa memperhatikan
kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham. Pergerakan harga tersebut dihubungkan dengan kejadian-kejadian pada saat itu
seperti adanya pengaruh ekonomi, pengaruh politik, pengaruh statement perdagangan, pengaruh psikologis maupun pengartuh
isu-isu lainnya.
Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga saham di periode yang lalu
dan upaya untuk menentukan kapan investor harus membeli, menjual atau mempertahankan sahamnya dengan menggunakan indikator-
indikator teknis atau menggunakan analisis grafik. Indikator teknis yang
digunakan adalah moving average trend yang mengikuti pasar, volume perdagangan, dan shortinterest ratio. Sedangkan analisis grafik
diharapkan dapat mengidentifikasi berbagai pola seperti key reserval, head and shoulders, dan sebagainya. Analisis ini menggunakan data
pasar dari saham, seperti harga dan volume transaksi penjualan saham untuk menentukan nilai saham.
b. Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan faktor yang erat kaitannya dengan kondisi perusahaan yaitu kondisi manajemen organisasi sumber daya
manusia dan kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan. Menurut Husnan 2005:315, “analisis fundamental
mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga
saham di masa yang akan datang dan menetapkan hubungan variabel- variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham”. Analisis ini
sering disebut sebagai share price forecasting dan sering digunakan dalam berbagai pelatihan analisis sekuritas. Langkah yang paling penting dalam
analisis ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor fundamental yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Faktor yang dianalisis
merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi perusahaan, yang meliputi kondisi manajemen, organisasi, sumber daya manusia, dan
keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja perusahaan.
Menurut Sutrisno 2005:331, mengemukakan “analisis
fundamental merupakan pendekatan analisis harga saham yang menitikberatkan pada kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham dan
analisis ekonomi yang akan mempengaruhi masa depan perusahaan”. Analisis fundamental menitikberatkan pada rasio keuangan dan kejadian-
kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Sebagian pakar berpendapat teknik analisis
fundamental lebih cocok untuk membuat keputusan dalam memilih saham perusahaan mana yang dibeli untuk jangka panjang. Beberapa faktor
utama atau fundamental yang mempengaruhi harga saham yaitu penjualan, pertumbuhan penjualan, operasional perusahaan, laba, dividen, Rapat
Umum Pemegang Saham RUPS, perubahan manajemen, dan pernyataan- pernyataan yang dibuat oleh manajemen perusahaan.
2.1.1.5 Penilaian Saham
Nilai saham yang akan dibayar oleh investor tergantung dari hasil yang diharapkan untuk diterima dan resiko yang terkandung dalam transaksi
pembelian saham. Penilaian valuation dimaksudkan untuk dapat menentukan nilai suatu saham sehingga perlu diperoleh standar prestasi
standar and performance yang dapat digunakan untuk menilai manfaat investasi saham yang bersangkutan. Standar prestasi ini berupa nilai instrinsik
yang menunjukkan prestasi hasil dan resiko di masa depan dari suatu sekuritas.
Secara umum, keputusan membeli atau menjual saham ditentukan oleh perbandingan antara perkiraan nilai intrinsik dengan harga pasarnya
Halim 2005 : 31, dengan kriteria sebagai berikut : 1
Jika nilai intrinsik dari harga pasar saham, maka saham tersebut undervalued artinya saham tersebut dinilai terlalu rendah. Oleh karena itu,
saham tersebut sebaiknya dibeli atau ditahan sementara. 2
Jika nilai intrinsik = harga pasar saham, maka saham tersebut menunjukkan nilai yang wajar dan berada dalam kondisi keseimbangan.
3 Jika nilai intrinsik harga pasar saham, maka saham tersebut overvalued,
artinya saham tersebut dinilai terlalu tinggi. Oleh karena itu, saham tersebut sebaiknya dijual.
Terdapat dua pendekatan dalam penentuan nilai intrinsik saham berdasarkan analisis fundamental Halim 2005 : 21, antara lain :
a. Pendekatan Present Value
Pendekatan nilai saat ini present value dari suatu saham adalah sama dengan present value arus kas yang diharapkan akan
diterima oleh pemilik saham tersebut. Dividen merupakan arus kas bagi para pemegang saham menurut pendekatan the dividen
discount model. Model ini dikembangkan menjadi dua model pendekatan yaitu :
1
Model Tanpa Pertumbuhan Dividen The Zero Growth Model Model ini didasarkan pada asumsi :
a Keuntungan tidak berubah setiap tahunnya
b Semua keuntungan dibagikan sebagai dividen
Sehingga harga saham dirumuskan :
Dimana : Po = Harga saham nilai instrinsik
D = Dividen
r = Required rate of return tingkat keuntungan yang dianggap relevan atau diharapkan
2 Model Pertumbuhan Konstan Constant Growth Model
Model ini didasarkan pada asumsi : a
Tidak semua laba dibagikan b
Laba ditahan diinvestasikan kembali Sehingga harga saham dirumuskan :
Dimana : Po = Harga saham nilai instrinsik
Di = Dividen pada periode i r = Required rate of return tingkat keuntungan yang
dianggap relevan atau diharapkan g = Growth of rate pertumbuhan laba atau dividen di masa
yang akan datang b.
Pendekatan Price Earning Ratio PER Dalam pendekatan ini harga saham nilai instrinsik dirumuskan
sebagai berikut : Dimana :
Po = harga saham nilai instrinsik EPS = Earning Per Share laba per saham
PER = Price Earning Ratio
2.1.1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga Saham
Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Fluktuasi harga saham tersebut akan ditentukan oleh
kekuatan penawaran dan permintaan. Jika jumlah penawaran lebih besar dari jumlah permintaan, pada umumnya kurs harga saham akan turun. Sebaliknya
jika jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu efek maka harga saham cenderung akan naik. Faktor-faktor yang
mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal dan eksternal
perusahaan. Menurut Alwi 2008:87, faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham yaitu:
1 Faktor Internal yaitu:
a. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti
pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan
penjualan.
b. Pengumuman pendanaan financing announcements, seperti
pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang. c.
Pengumuman badan direksi manajemen management board of director announcements seperti perubahan dan pergantian direktur,
manajemen, dan struktur organisasi. d.
Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan
diakuisisi. e.
Pengumuman investasi investment announcements, seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan
usaha lainnya. f.
Pengumuman ketenagakerjaan labour announcements, seperti negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.
g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba
sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, Earning Per Share EPS, Dividen Per Share DPS, price earning ratio, net
profit margin, return on assets ROA, dan lain-lain.
2 Faktor Eksternal yaitu:
a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga
tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
b. Pengumuman hukum legal announcements, seperti tuntutan
karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.
c. Pengumuman industri sekuritas securities announcements, seperti
laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasanpenundaaan trading.
d. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara.
e. Berbagai isu baik dari dalam dan luar negeri.
2.1.2 Return On Assets ROA
2.1.2.1 Pengertian Return On Assets ROA
Menurut Riyanto 2004:336 “Return On Assets ROA adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan keuntungan bersih”. Selain itu, Return On Assets ROA juga merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan jumlah aktiva yang tersedia diperusahaan. Peningkatan laba ini mempunyai efek yang positif
terhadap kinerja keuangan perusahaan dalam pencapaian tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan yang akan direspon secara positif oleh
investor sehingga permintaan saham perusahaan dapat meningkat dan menaikkan harga saham perusahaan. Modigliani-Miller menyatakan bahwa
nilai perusahaan akan tergantung hanya pada laba yang diproduksi oleh aktiva-aktivanya.
Return on Assets ROA merupakan penilaian profitabilitas atas total asset, dengan cara membandingkan laba setelah pajak dengan rata-rata total
aktiva. Menurut Kasmir 2008:202 “Return on Assets ROA menunjukkan efektivitas perusahaan dalam mengelola aktiva baik dari modal sendiri
maupun dari modal pinjaman” investor akan melihat seberapa efektif suatu perusahaan dalam mengelola asset. Semakin tinggi tingkat Return on Assets
ROA maka akan memberikan efek terhadap volume penjualan saham, artinya tinggi rendahnya Return on Assets ROA akan mempengaruhi minat
investor dalam melakukan investasi sehingga akan mempengaruhi volume penjualan saham perusahaan begitu pula sebaliknya.
Rasio Return On Assets ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:
2.1.2.2 Hubungan Harga Saham dengan Return On Assets ROA
Menurut Syamsuddin 2009:63 dalam bukunya, manajemen keuangan perusahaan menyatakan bahwa: “para pemegang saham menaruh
perhatian utama pada tingkat keuntungan baik sekarang maupun masa yang akan datang karena tingkat keuntungan ini akan memengaruhi harga saham-
saham yang mereka miliki.” Return On Assets ROA merupakan rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk
menilai prospek perusahaan dimasa yang akan datang adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Rasio ini penting
diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang dilakukan investor disuatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan
tingkat yang diisyaratkan oleh investor, hal ini menyebabkan rasio yang selalu diperhatikan oleh calon investor sebelum menginvestasikan modalnya
pada perusahaan tersebut. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik keadaan suatu perusahaan
dan menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan
aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian, semakin tinggi ROA, kinerja perusahaan semakin efektif. Hal ini selanjutnya
akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati investor,
Karena tingkat kembalian akan semakin besar. Hal ini juga berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal juga akan semakin
meningkat. Dengan kata lain, ROA akan berpengaruh terhadap harga saham. Jadi, dengan meningkatnya profitabilitas perusahaan berarti meningkatkan
harga saham secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan per lembar saham earning per share yang akan diterima oleh pemegang saham.
2.1.3 Debt to Equity Ratio DER
2.1.3.1 Pengertian Debt to Equity Ratio DER
Kasmir 2008:166 menyebutkan bahwa debt to equity ratio merupakan rasio yang diukur dari perbandingan antara total utang dengan
ekuitas modal sendiri. Rasio ini berguna untuk mengetahui perbandingan jumlah dana yang disediakan oleh kreditor dengan pemilik perusahaan.
Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengukur sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar.
Bagi kreditor, semakin besar rasio ini akan semakin tidak menguntungkan karena semakin besar risiko yang harus ditanggung atas
kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi investor maupun perusahaan, semakin besar rasio ini akan semakin menguntungkan
karena menurut Brigham dan Houston dalam Richard 2013, “pendanaan
dengan utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas dan risiko
perusahaan sebagian besar ada pada kreditor”. Rumus untuk menghitung Debt to Equity Ratio adalah sebagai berikut:
2.1.3.2 Hubungan Harga Saham dengan Debt to Equity Ratio DER
Menurut Brigham dan Houston dalam Richard 2013, “pendanaan dengan utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan
pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas dan risiko
perusahaan sebagian besar ada pada kreditor”.
Debt to Equity Ratio DER menunjukkan perbandingan antara dana pinjaman atau utang dan modal dalam upaya pengembangan perusahaan. Jika
Debt to Equity Ratio DER tinggi, ada kemungkinan harga saham perusahaan cenderung rendah karena jika perusahaan memperoleh laba,
perusahaan cenderung untuk menggunakan laba tersebut untuk membayar hutangnya dibandingkan dengan membagi dividend kepada investor.
Sebaliknya, jika Debt to Equity Ratio DER rendah, ada kemungkinan harga saham perusahaan cenderung tinggi karena jika perusahaan memperoleh laba,
perusahaan akan membagi dividend kepada investor.
2.1.4 Earning Per Share EPS
2.1.4.1 Pengertian Earning Per Share EPS
Menurut Fabozzi 2006:861, “earning per share adalah
perbandingan antara laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa laba setelah pajak dikurangi dividen saham preferen dengan jumlah saham yang
beredar selama periode perhitungan yang dilakukan”. Dengan demikian, earning per share merupakan besaran pendapatan yang diterima oleh para
pemegang saham dari setiap lembar saham biasa yang beredar dalam periode waktu tertentu.
Menurut Tandelilin 2010:373, “earning per share adalah laba bersih setelah bunga dan pajak yang siap dibagikan kepada pemegang saham dibagi
dengan jumlah lembar saham perusahaan”. Menurut Baridwan 2007:443, “laba bersih per saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu
periode untuk tiap lembar saham yang beredar, dan akan dipakai oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan besarnya dividen yang akan
dibagikan”. Tujuan perhitungan earning per share menurut Machfoedz 2006:356, adalah “untuk melihat kemajuan progress dari operasi
perusahaan, menentukan harga saham, dan menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan”. Selanjutnya Syamsudin 2009:66 mengatakan bahwa
“pada umumnya para pemegang saham tertarik dengan earning per share EPS yang besar karena hal tersebut merupakan salah satu indikator
keberhasilan perusahaan”.
Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai earning per share kecil, maka kecil pula kemungkinan
perusahaan untuk membagikan deviden. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki earnings per share tinggi dibandingkan
saham yang memiliki earnings per share rendah. Earnings per share yang rendah cenderung membuat harga saham turun.
Rasio Earning Per Share EPS dapat dirumuskan sebagai berikut:
2.1.4.2 Hubungan Harga Saham dengan Earning Per Share EPS
Menurut Weston dan Brigham dalam Priatinah 2012, “salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah laba per lembar saham
earning per share. Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi
laba per lembar lembar saham earning per share yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik”. Ini akan mendorong
investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.
Peningkatan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas modal yang diinvestasikan para pemegang saham akan memberikan pengaruh
positif terhadap harga saham sampai pada batasan dimana laba per lembar saham earning per share dapat memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan
kepada investor. Oleh sebab itu, earning per share menjadi alat ukur yang
digunakan oleh para investor untuk memperkirakan kinerja perusahaan di masa depan. Pada umumnya pemegang saham biasa dan calon pemegang saham
sangat tertarik akan earning per share, karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Para calon pemegang
saham tertarik dengan earning per share yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. Semakin tinggi profit yang
diterima oleh investor akan memberikan tingkat pengembalian investasi yang cukup baik. Hal ini akan menjadi motivasi bagi investor untuk mau melakukan
investasi yang lebih besar lagi yang otomatis akan menaikkan harga saham perusahaan. Jumlah earning per share tidak berarti akan didistribusikan
semuanya kepada pemegang saham biasa, karena berapapun jumlah yang akan didistribusikan tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran
dividen.
Earning per share yang besar menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar
saham. Peningkatan earning per share menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor, dan hal ini akan
mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Semakin tinggi nilai earning per share akan menggembirakan
pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham Darmadji 2006:139. Hal ini akan berakibat dengan
meningkatnya laba maka harga saham cenderung naik, sedangkan ketika laba menurun, maka harga saham ikut juga menurun.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang berhasil ditemukan yang meneliti pengaruh variabel kinerja keuangan terhadap harga saham menunjukan hasil yang
berbeda. Berikut ini rincian peneliti terdahulu:
Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Peneliti Terdahulu
Peneliti Judul
Variabel Kesimpulan Hasil
Yuliana 2007
Pengaruh ROE, NPM, EPS dan DER
Terhadap Harga Saham Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEJ
Variabel independen:
1.ROE 2.NPM
3.EPS 4.DER
Variabel dependen :
1.Harga saham
Hasil uji F menunjukkan bahwa ROE, EPS dan
DER berpengaruh Signifikan terhadap
harga saham. Hasil uji t menunjukan
bahwa Hanya ROE dan EPS
yang
berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.
Yurico 2010
Pengaruh Cash Devidend Coverage,
Operating Cash Flow per Share, Return on
Equity, Return on Assets, Total Assets
Turnover dan EPS Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan
Manufaktur di BEI. Variabel
independen: 1.Cash
Devidend 2.Operating
Cash Flow per Share
3.ROE 4.ROA
5.TATO 6.EPS
Variabel dependen :
1.Harga Saham
Hasil uji F menunjukkan bahwa Cash Devidend
Coverage, Operating
Cash Flow per Share, ROE, ROA
berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Hasil uji t menunjukkan bahwa hanya EPS yang
berpengaruh signifikan sedangkan yang lain
tidak berpengaruh signifikan.
Priatinah 2012
Pengaruh Return On
Investment ROI, Earning Per Share EPS dan
Deviden Per Share DPS terhadap harga saham
perusahaan pertambangan Variabel
independen: 1.ROI
2.EPS 3.DPS
Variabel Hasil uji F menunjukkan
bahwa ROI, EPS, dan DPS
secara bersama-sama berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI
periode 2008-2010 dependen :
1.Harga saham
harga saham. Hasil uji t menunjukan
Bahwa variabel ROI, EPS, dan DPS
berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap harga saham
Richard 2013
Pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap harga
saham pada perusahaan barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Variabel Independen
: 1.NPM
2.ROA 3.ROE
4.ROI 5.DER
Variabel Dependen :
1.Harga Saham
secara parsial variabel Net Profit
Margin, Return On Assets, Return
On Investment, dan Debt to Equity Ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham
secara simultan variabel Net Profit Margin,
Return On Assets, Return On Investment, dan Debt
to
Equity Ratio berpengaruh signifikan
terhadap harga saham
Muclish 2014
Analisis pengaruh rasio profitabilitas terhadap
harga Saham pada
perusahaan makanan dan minuman Di bursa efek
Indonesia Variabel
Independen :
1. EPS
2. NPM
3. ROA
4. ROE
Variabel Dependen :
1. Harga
Saham Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel EPS, NPM,
ROA, dan ROE secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa
hanya variabel EPS yang berpengaruh signifikan
terhadap harga saham. Sedangkan variabel
lainnya yaitu NPM, ROA, dan ROE tidak
berpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
Sumber: Peneliti 2014
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis