Menurut penelitian yang dilakukan oleh Apriana Kartika Dewi yang berjudul Pengaruh Pemberian Aromaterapi Terhadap Intensitas Nyeri pada Ibu Bersalin Kala 1
di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus 1 Pati pada tahun 2011 dengan Sampel sejumlah 24 responden dengan teknik Accidental sampling dan analisa data menggunakan uji F
ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan aromaterapi terhadap intensitas nyeri pada ibu bersalin kala I di Wilayah Kerja
Puskesmas Gabus I, Kabupaten Pati, dengan F hitung = 0,970 dan p-value = 0,514. Penelitian yang dilakukan oleh Ns. Sherly Amelia, S.Kep pada tahun 2012
yang berjudul Efektifitas Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I diperoleh hasil bahwa intensitas nyeri persalinan kala I ibu-
ibu bersalin yang ada di Klinik Bersalin Sam Medan yang telah diberikan aromaterapi lavender mengalami penurunan yang signifikan, nilai p=0,000 p0,05
dengan nilai mean difference=2,19. Hasil penelitiannya bahwa aromaterapi lavender dapat menurunkan intensitas nyeri persalinan kala I.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada bulan Desember 2013 di klinik Sumiariani, pengelola klinik mengaku bahwa ibu cenderung memilih proses
persalinannya menggunakan aromaterapi lavender. Berdasarkan penelitian-penelitian di atas dan dari survei awal maka peneliti tertarik untuk mengambil judul Manfaat
Aromaterapi Lavender Terhadap Pengendalian Nyeri Persalinan Kala I di Klinik Sumiariani Kecamatan Medan Johor.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah adakah Manfaat Aromaterapi Lavender Terhadap Pengendalian
Nyeri Persalinan Kala I di Klinik Sumiariani Kecamatan Medan Johor.
Universitas Sumatera Utara
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi Manfaat Aromaterapi Lavender Terhadap Pengendalian Nyeri Persalinan Kala I di Klinik Sumiariani Kecamatan Medan
Johor.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden
b. Untuk mengidentifikasi intensitas nyeri persalinan kala I sebelum dan
sesudah diberi aromaterapi lavender berdasarkan paritas c.
Untuk mengidentifikasi intensitas nyeri persalinan kala I sebelum dan sesudah diberi aromaterapi lavender
d. Untuk mengidentifikasi perbedaan intensitas nyeri persalinan kala I sebelum
dan setelah diberi aromaterapi lavender
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Kebidanan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai intervensi dan
pertimbangan dalam melaksanakan asuhan kebidanan, terutama sebagai asuhan sayang ibu pada ibu bersalin.
2. Bagi Pendidikan Kebidanan Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan
wawasan bagi mahasiswa kebidanan, terutama dalam mata kuliah ASKEB II persalinan
Universitas Sumatera Utara
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan informasi untuk
peneliti selanjutnya tentang manfaat aromaterapi lavender terhadap pengendalian nyeri.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Aromaterapi 1. Pengertian Aromaterapi
Kata aromaterapi berarti terapi dengan memakai minyak esensial yang ekstrak dan unsur kimianya diambil dengan utuh. Aromaterapi adalah bagian
dari ilmu herbal herbalism Poerwadi, 2006, hlm. 1. Sedangkan menurut Sharma 2009, hlm. 7 aromaterapi berarti ‘pengobatan menggunakan wangi-
wangian’. Istilah ini merujuk pada penggunaan minyak esensial dalam penyembuhan holistik untuk memperbaiki kesehatan dan kenyamanan emosional
dan dalam mengembalikan keseimbangan badan. Terapi komplementer pelengkap, seperti homoeopati, aromaterapi dan akupuntur harus dilakukan
seiring dengan pengobatan konvensional Jones, 2006, hlm. 190 Tumbuhan aromatik menghasilkan minyak aromatik. Apabila disuling,
senyawa yang manjur ini perlu ditangani secara hati-hati. Sebagian besar senyawa ini akan menimbulkan reaksi kulit, tetapi jika digunakan secara tepat,
senyawa ini memilki nilai teraupetik. Senyawa ini dapat dihirup, digunakan dalam kompres, dalam air mandi, atau dalam minyak pijat Jones, 2006, hlm.
191.
2. Sejarah Aromaterapi
Aromaterapi telah digunakan sejak zaman Mesir kuno yang memang terkenal dengan ilmu pengetahuan yang tinggi. Merekalah yang menciptakan
dan meramaikan dunia pengobatan, farmasi, parfum serta kosmetik. Dari Mesir, aromaterapi dibawa ke Yunani, Cina, India serta Timur Tengah sebelum masuk
ke Eropa di abad pertengahan.
Universitas Sumatera Utara
Pada abad ke 19 dimana ilmu kedokteran mulai terkenal, beberapa dokter pada zaman itu tetap memakai minyak esensial dalam praktek sehari-hari
mereka. Pada zaman aromaterapi modern, aromaterapi digali oleh Robert Tisserand yang meniulis buku The Art of aromatherapy Poerwadi, 2006,
hlm.1. Dewasa ini, riset membuktikan aneka penggunaan minyak aroma. Riset
kedokteran pada tahun-tahun belakangan ini mengungkapkan fakta bahwa bau yang kita cium memiliki dampak penting pada perasaan kita. Menurut hasil
penelitian ilmiah, bau berpengaruh secara langsung terhadap otak seperti obat. Misalnya, mencium lavender meningkatkan frekuensi gelombang alfa terhadap
kepala bagian belakang dan keadaan ini dikaitkan dengan relaksasi Sharma, 2009, hlm. 13.
3. Minyak Esensial
Poerwadi 2006, hlm. 8 mengatakan bahwa tanaman teraupetik yang beraroma mengandung minyak esensial di tubuhnya. Struktur minyak esensial
sangatlah rumit, terdiri dari berbagai unsure senyawa kimia yang masing-masing mempunyai khasiat teraupetik serta unsure aroma tersendiri dari setiap tanaman.
Berdasarkan pengalamanlah, para ahli aromaterapi menentukan secara tepat bagian tanaman yang terbaik.
Cara aman menggunakan aromaterapi sepertinya tidak berbahaya, massage dengan minyak esensial atau menghirup wanginya. Tapi minyak esensial
memiliki efek yang kuat pada tubuh, sehingga harus digunakan dengan hati-hati karena bersifat pekat.
Universitas Sumatera Utara
4. Aplikasi Minyak Esensial Agar Diserap Oleh Tubuh
Menurut Poerwadi 2006, hlm. 15 aroma dan kelembutan minyak esensial dapat mengatasi keluhan fisik dan psikis. Minyak esensial diserap oleh tubuh
melalui 2 cara yaitu : a.
Melalui indra penciuman Yang paling sederhana adalah melalui indra penciuman, dengan
mencium aroma dari minyak esensial. Oleh sebab itu terapi ini disebut aroma-terapi. Indra penciuman yang merangsang daya ingat kita yang bersifat
emosional dengan memberikan reaksi fisik berupa tingkah laku. Aroma yang sangat lembut dan menyenangkan dapat membangkitkan semangat maupun
perasaan tenang dan santai. Menurut Price Shirley dan Price Len 1997, hlm. 105 akses lewat jalur
nasal jelas merupakan cara yang paling cepat dan efektif untuk pengobatan permasalan emosional seperti stres serta depresi dan juga beberapa tipe nyeri
kepala. Hal ini terjadi karena hidung mempunyai hubungan langsung dengan otak yang bertanggung jawab dalam memicu efek minyak esensial tanpa
mempedulikan jalur yang dipakai untuk mencapai otak. Hidung sendiri bukan organ pembau tetapi mengubah suhu serta kelembaban udara yang
dihirup dan mengumpulkan setiap benda asing yang terhirup masuk bersama udara pernapasan.
Kalau minyak esensial dihirup, molekul-molekul atsiri dalam minyak tersebut akan terbawa oleh arus turbulen ke langit-langit hidung. Pada langit-
langit hidung terdapat bulu-bulu halus silia yang menjulur dari sel-sel reseptor ke dalam saluran hidung. Kalau molekul minyak terkunci pada bulu-
buli ini, suatu pesan elektromagnetik implus akan ditransmisikan lewat
Universitas Sumatera Utara
bulbus olfaktorius dan traktus olfaktorius ke dalam sistem limbik. Proses ini akan memicu respons memori dan emosional yang lewat hipotalamus yang
bekerja sebagai pemancar serta regulator menyebabkan pesan tersebut dikirim ke bagian otak yang lain badan bagian tubuh lainnya. Pesan yang
diterima akan diubah menjadi kerja sehingga terjadi pelepasan zat-zat neurokimia yang bersifat euforik, relaksan, sedatif atau stimulan menurut
keperluannya. b.
Penyerapan melalui kulit Pada saat kita membalurkan minyak esensial yang telah dicampur
dengan minyak dasar pada kulit kita, minyak tersebut akan diserap oleh pori- pori dan diedarkan oleh pembuluh darah ke seluruh tubuh. Proses penyerapan
ini terjadi sekitar 20 menit Poerwadi, 2006, hlm.18.
5. Manfaat Aromaterapi dalam Persalinan
Tidak ada yang dapat mengalahkan kecamuk perasaan seorang wanita yang hendak melahirkan bayinya. Semua persaan cemas, senang, takut, sendu
menjadi satu. Kontraksi dimulai dari yang paling halus sampai paling keras. Pada saat ini rasa sakit karena kontraksi bayi yang akan keluar, kadang tak
tertahankan. Beberapa cara dapat dilakukan untuk membantu mengurangi rasa sakit, seperti epidural, inhalasi oksigen, memberikan getaran pada pinggang
bagian bawah dengan alat khusus yang tersedia di rumah sakit mesin TENS: Transcutaneous nerve stimulation Poerwadi, 2006, hlm. 47.
Cara lainnya yang dapat dipakai adalah dengan minyak esensial. Minyak esensial yang biasa dipakai di ruang persalinan di rumah sakit di luar negeri
adalah Lavender, Clary Sage, Peppermint, Eucalyptus, Chamomile,
Universitas Sumatera Utara
Frankincense, Jasmine, Rose, Lemon dan Mandarin Poerwadi, 2006, hlm. 48. Penggunaan minyak esensial yang benar dalam persalinan dapat mengurangi
kebutuhan seorang ibu akan obat-obatan seperti pethidin. Minyak esensial yang mengandung senyawa keton dan fenol berkhasiat bila digunakan pada saat ini
karena sifat-sifat analgesiknya Price, 1997, hlm. 161. Penggunaan minyak esensial untuk membantu persalinan sudah dikenal
dengan baik. Pada sebuah rumah sakit di New South Wales, Australia, misalnya minyak cengkih dan lavender digunakan untuk memperkuat kontraksi
rahim. Umpan balik menunjukkan bahwa kedua jenis minyak ini campuran minyak cengkih dengan lavender terutama berkhasiat untuk memperkuat serta
meningkatkan kontraksi dan sekaligus meredakan nyeri serta gangguan kenyamanan pada persalinan Cutter, 1992 dalam Price 1997, hlm. 177.
Memurut Price 1997, hlm. 176 lavendula atau Salvia sclarea memberikan khasiat yang mendukung karena memudahkan ibu untuk
mencapai relaksasi merupakan tujuan yang sangat penting dan hasilnya bukan hanya mengurangi nyeri yang dirasakan oleh ibu selama proses persalinan
Reed Norfolk 1993 tetapi juga memungkinkan ibu agar tetap sadar dan menikmati saat-saat terakhir kelahiran anaknya yang unik serta sangat
berharga.
6. Sifat Analgesik Pada Minyak Esensial
Menurut Price 1997, hlm. 77 banyak minyak esensial yang memiliki sifat ini hingga derajat tertentu dan mengapa terjadi hal demikian tampaknya tidak
ada keterangan yang dapat menjelaskan, mengingat rasa nyeri itu sendiri merupakan masalah yang rumit. Sifat analgesik ini diperkirakan terjadi sebagian
Universitas Sumatera Utara
akibat efek antiinflamasi, sirkulasi serta detoksifikasi yang ditimbulkan oleh beberapa jenis minyak esensial lainnya. Senyawa fenol eugenol yang ditemukan
dalam minyak cangkih sudah kita kenal dengan baik sebagai obat sakit gigi, minyak winter green yang mengandung metil salisilat, yaitu suatu senyawa
ester secara tradisional sudah dipakai sebagai obat gosok untuk menghilangkan pegal-pegal pada otot, dan menthol secara khusus sudah digunakan untuk nyeri
kepala. Beberapa jenis minyak esensial mempunyai sifat sedatif universal atau
kerja soporifik sehingga meredakan rasa nyeri, misalnya minyak Chamaemelum nobile, Canaga odorata, Citrus reticulata Rossi et al 1988, Citrus bergamia
per. Franchomme peonel 1990, dalam Price 1997, hlm. 77. Menurut Roulier 1990 dalam Price 1997, hlm. 80 minyak esensial yang
bersifat analgesik dan antalgik adalah minyak white birch, chamomile, frankincense, wintergreen, cengkih, lavender, mint.
Menurut Franchomme dan Penoel 1990 dalam Price 1997, hlm. 181 menggunakan jenis-jenis minyak esensial analgesik yang banyak mengandung
senyawa terpena, keton atau fenol dan mungkin pula eter fenolat untuk menentukan manfaat pereda nyeri serta relaksasi bagi para wanita yang berada
dalam proses persalinan karena perasaan nyeri secara otomatis akan menimbulkan relaksasi.
B. Nyeri 1. Defenisi Nyeri Persalinan
Bobak 2004 dalam Maryunani 2010, hlm. 6 rasa nyeri pada persalinan dalam hal ini adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat mengakibatkan
peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis, perubahan tekanan darah, denyut
Universitas Sumatera Utara
jantung, pernafasan dengan warna kulit dan apabila tidak segera diatasi maka akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stress. Reeder 1987 dalam
Maryunani 2010, hlm. 6 mengatakan bahwa intensitas nyeri merupakan beratnya sensai nyeri.
Menurrut Niven 1992 dalam Mander, 2004, hlm. 141 terdapat faktor-
faktor tertentu yang tampak berkaitan dengan nyeri persalinan yang hebat yaitu bayi besar, primipara, tubuh ibu yang kecil dan intervensi obstetrik.
Menurut Melzack dan Wall 1988 dalam Jones, 2006, hlm. 362 Rasa nyeri tergantung pada banyak faktor psikososial. Derajat dan kualitas nyeri yang dirasa
ditentukan oleh pengalaman sebelumnya dan seberapa baik pengalaman tersebut diingat. Persepsi nyeri juga bergantung pada pemahaman tentang penyebab nyeri
dan kemampuan untuk memikul konsekuensinya, yang semuanya tercakup
dalam budaya tempat tinggal orang tersebut. 2. Klasifikasi Nyeri
Menurut Maryunani 2010, hlm. 9 klasifikasi nyeri umumnya dibagi 2, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis :
a. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot
b. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan biasanya
berlangsung dalam waktu cukup lama yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri
kronis dan psikosomatik. Selain klasifikasi nyeri di atas, terdapat jenis nyeri yang spesifik, di
antaranya a Nyeri somatic dan visceral yaitu bersumber dari kulit dan
Universitas Sumatera Utara
jaringan di bawah kulit supervisial pada otot dan tulang. Nyeri somatic dan visceral berbeda karakteristiknya terutama kualitas nyeri, lokalisasi, sebab-
sebabnya, dan gejala yang menyertainya, b Nyeri menjalar Referrent pain dimana nyeri terasa pada daerah lain daripada yang mendapat ransang,
misalnya pada serangan jantung akan mengeluh nyeri yang menjalar kebawah lengan kiri sedangkan jaringan yang rusak terjadi pada miokardium, c Nyeri
psikogenik yaitu nyeri yang tidak diketahui secara fisik, biasanya timbul dari pikiran pasien atau psikologis, d Nyeri phantom dari ektremitas yaitu nyeri
pada salah satu ekstremitas yang telah diamputasi, e Nyeri neurologis yang timbul dalam berbagai bentuk, dimana neuralgia adalah nyeri yang tajam
Bare, B. G., Smeltzer, S. C., 2001, hlm. 213. Menurut Jones 2006, hlm. 362 nyeri persalinan, bukan semata-mata
akibat dari trauma atau penyakit. Menghubungkan nyeri persalinan dengan sebagian besar kondisi patologis akut dan kronik lain telah mengarah pada
persepsi bahwa nyeri persalinan dapat diatasi dengan metode farmakologi modern. Namun peningkatan tuntutan akan metode pelengkap untuk
pengendalian nyeri persalinan menunjukkan bahwa sebenarnya wanita tidak melihat obat-obatan sebagai sesuatu yang ideal.
3. Efek yang Ditimbulkan Akibat Nyeri
Menurut Maryunani 2010, hlm. 24 terdapat beberapa aspek yang berkaitan dengan nyeri pada persalinan dapat mempengaruhi proses kelahiran itu
sendiri. Nyeri yang diakibatkan oleh persalinan dapat disimpulkan menjadi beberapa hal di bawah ini :
a. Psikologis : Penderitaan, ketakutan dan kecemasan.
Universitas Sumatera Utara
b. Kardiovaskuler : Peningkatan kardiak output, tekanan darah, frekuensi nadi,
dan resisten perifer sistemik. c.
Neuroendokrin : Stimulasi sistem simpato-adrenal, peningkatan kadar plasma katekolamin, Adrenocorticotropic Hormone ACTH, kortisol,
Antideuretic Hormone ADH, B-endorfin, B-lipoprotein, renin, angiotensin.
d. Metabolil : Peningkatan kebutuhan O
2
, asidosis laktat, hiperglikemia, lipolisis.
e. Gastrointestinal : Penurunan pengosongan lambung.
f. Rahimuterus : Inkoordinasi kontraksi uterusrahim.
g. Uteroplasental : Penurunan aliran darah uteroplasental.
h. Fetusjanin : Asidosis akibat hipoksia pada janin.
4. Penyebab Nyeri Persalinan
Maryunani 2010, hlm. 19 mengatakan bahwa penyebab nyeri persalinan yaitu :
a. Menurut beberapa penelitian menyatakan nyeri persalinan disebabkan karena
: 1. Penekanan pada ujung ujung syaraf antara serabut otot dari korpus fundus uterus. 2. Adanya iskemik miometrium dan serviks karena kontraksi
sebagai konsekuensi dari pengeluaran darah dari uterus atau karena adanya vasokontriksi akibat aktivitas berlebihan dari syaraf simpatis. 3. Adanya
proses peradangan pada otot uterus. 4. Kontraksi pada serviks dan segmen bawah rahim menyebabkan rasa takut yang memacu aktivitas berlebih dari
syaraf simpatis. 5. Adanya dilatasi dari serviks dan segmen bawah rahim. Nyeri persalinan kala I terutama disebabkan karena dilatasi serviks dan
segmen bawah rahim oleh karena adanya dilatasi, peregangan dan
Universitas Sumatera Utara
kemungkinan robekan jaringan selama kontraksi. 6. Rasa nyeri pada setiap fase persalinan dihantarkan oleh segmen saraf yang berbeda-beda. Nyeri pada
kala I terutama berasal dari uterus. b.
Menurut kala persalinan Nyeri berkaitan dengan kala I persalinan adalah unik dimana nyeri ini
menyertai proses fisiologis normal. Nyeri selama kala I persalinan berasal dari :
1 Dilatasi serviks, dimana merupakan sumber nyeri yang utama.
2 Peregangan segmen uterus bawah.
3 Tekanan pada struktur-struktur yang berdekatan.
4 Hipoksia pada sel-sel otot uterus selama kontraksi Wesson, 2000
5 Area nyeri meliputi dinding abdomen bawah dan area-area pada bagian
lumbal bawah dan sakrum atas.
5. Keunikan Nyeri Persalinan
Menurut Maryunani 2010, hlm. 15 nyeri persalinan mempunyai keunikan dibandingkan nyeri lainnya karena :
a. Nyeri persalinan merupakan bagian dari proses yang normal sedangkan nyeri
yang lainnya biasanya mangikuti kondisi patologisnya. b.
Pada nyeri persalinan ada waktu untuk mempersiapkannya karena datangnya sudah dapat diperkirakan yaitu apabila sudah masuk proses persalinan.
c. Nyeri persalinan mempunyai batas dan dapat hilang dengan sendirinya self-
limiting d.
Nyeri persalinan tidak konstan tetapi bersifat intermitten : 1
Pada kala I, nyeri merupakan akibat penipisan dan pembukaan serviks. a. Pada pembukaan 0-3 cm, nyeri dirasakan sakit dan tidak nyaman.
Universitas Sumatera Utara
b. Pada pembukaan 4-7 cm, nyeri dirasakan agak menusuk. c. Pada pembukaan 7-10 cm, nyeri terasa menjadi lebih hebat, menusuk
dan kaku. 2. Pada awal II, nyeri timbul disebabkan oleh penurunan kepala janin yang
menekan dan menarik bagian-bagian di daerah panggul. e. Kelahiran bayi dan kondisi janin akan mempengaruhi kondisi emosional ibu
sehingga dapat berpengaruh pada rasa nyeri Rachmawati, 2003.
6. Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Nyeri Persalinan
Faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan yaitu : a usia wanita yang sangat muda dan ibu yang tua mengeluh tingkat nyeri persalinan yang lebih
tinggi, b primipara mengalami nyeri yang lebih besar pada awal persalinan, sedangkan multipara mengalami peningkatan tingkat nyeri setelah proses
persalinan dengan penurunan cepat pada persalinan kala II, c wanita yang mempunyai pelvis kecil, bayi besar, bayi dengan presentasi abnormal, d wanita
yang mempunyai riwayat dismenorea dapat mengalami peningkatan persepsi
nyeri, kemungkinan karena produksi kelebihan prostaglandin, e kecemasan akan
meningkatkan respon individual terhadap rasa sakit, ketidaksiapan menjalani proses melahirkan, dukungan dan pendamping persalinan, takut terhadap hal
yang tidak diketahui, pengalaman buruk persalinan yang lalu juga akan menambah kecemasan, sehingga menimbulkan peningkatan ransang nosiseptif
pada tingkat korteks serebral dan peningkatan sekresi katekolamin yang juga meningkatkan ransang nosiseptif pada pelvis karena penurunan aliran darah dan
terjadi ketegangan otot, f faktor sosial dan budaya dimana beberapa budaya
mengharapkan stoicisme sabar dan membiarkannya sedang budaya yang
Universitas Sumatera Utara
lainnya mendorong keterbukaan untuk menyatakan perasaan Walsh, 2007. hal. 261.
7. Intensitas Nyeri dan Pengukuran Skala Nyeri
Menurut Maryunani 2010, hlm. 32 indikator adanya dan intensitas nyeri yang paling penting adalah laporan ibu tentang nyeri itu sendiri. Namun
demikian, intensitas nyeri juga dapat ditentukan dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah dengan menanyakan pada ibu untuk menggambarkan nyeri
atau tidak nyamannya. Untuk mengukur skala nyeri dapat digunakan alat yang berupa Verba l
Descriptor Scale VDS yang terdiri dari sebuah garis lurus dengan 5 kata penjelas dan berupa urutan angka 0 sampai 10 yang mempunyai jarak sama
sepanjang garis. Gambaran tersebut disusun dari “tidak nyeri” sampai nyeri yang tidak tertahankan atau nyeri sangat berat”
Gambar 1. Verbal Descriptor Scale VDS
Keterangan :
0 : Tidak nyeri. 1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik. 7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi rasa nyeri.
10 : Nyeri sangat berat : pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul Suddarth dan Brunner Smeltzer, 2002, hal. 218.
8. Komponen-komponen nyeri Menurut Maryunani 2010, hlm. 32 komponen-komponen nyeri yang
penting dinilai adalah PAIN yaitu : 1.
Pola Nyeri Pattern of pain Pola nyeri meliputi waktu terjadinya nyeri, durasi, dan interval tanpa
nyeri. Pola nyeri diukur dengan menggunakan kata-kata verbal. 2.
Area Nyeri Area of pain Area nyeri adalah tempat pada tubuh dimana nyeri terasa.
3. Intensitas Nyeri Intensity of pain
Intensitas nyeri adalah jumlah nyeri yang terasa. Intensitas nyeri dapat diukur dengan menggunakan angka 0 sampai 10 pada skala nyeri.
4. Naturesifat Nyeri Nature of pain
Sifat nyeri adalah bagaimana nyeri terasa pada pasien. Sifat nyerikualitas nyeri dengan menggunakan kata-kata.
9. Metode Pengendalian Nyeri Nonfarmakologis
Metode pengendalian nyeri tidak menggunakan medikasi atau obat-obatan menjadi lebih diinginkan karena kita mulai menyadari betapa rentannya janin
terhadap ancaman lingkungan, terutama pada substansi yang tidak alami atau
buatan Jones, 2006, hlm. 336.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Jones 2006, hlm. 332 meskipun sudah dialami oleh sebagian besar wanita, rasa nyeri saat melahirkan bersifat unik dan berbeda setiap
individu. Rasa nyeri tersebut juga memiliki karakteristik tertentu yang sama atau bersifat umum. Pemahaman dan respons kami terhadap nyeri telah terbukti
dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti budaya Zborowski, 1952, pengalaman terdahulu Beecher, 1956 dan perkiraan dari nyeri tersebut
Jhonson dan Rice, 1974. Pengendalian, yang dalam sensasi tempat kendali dianggap sebagai karakteristik pribadi, juga telah terbukti mempengaruhi
toleransi nyeri dan tingkah laku yang dihasilkan Johnson et al. 1971.
C. Persalinan 1. Pengertian Persalinan
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran yang terjadi pada kehamilan cukup bulan 37-42 minggu, lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18-24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin Sumarah, Widyastuti Wiyati, 2009, hlm. 2.
Beberapa jam terakhir pada kehamilan manusia ditandai dengan kontraksi uterus yang menyebabkan dilatasi serviks dan mendorong janin melalui jalan
lahir. Banyak energi dikeluarkan pada waktu ini, oleh karena itu penggunaan istilah labor kerja keras dimaksudkan untuk menggambarkan proses ini.
Kontraksi miometrium pada persalinan terasa nyeri, sehingga istilah nyeri persalinan digunakan untuk mendeskripsikan proses ini Williams, 2006, hlm.
274.
2. Faktor Utama Dalam Persalinan Spontan
Menurut Maryunani 2010, hlm. 36 terdapat tiga faktor utama yang perlu dipenuhi untuk persalinan spontan yang biasa dikenal dengan istilah “3P” yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Power histenaga mengejan
1. Primer : His kontraksi ritmis otot polos uterus atau rasa mulas yang terjadi dengan sendirinya tanpa dibantu obat-obatan, yang diukur menurut
intensitas, lama dan frekuensi kontraksi uterus. 2. Sekunder : Usaha ibu untuk mengejan
b. Passage jalan lahir
Keadaan jalan lahir, dimana tulang panggul ibu cukup luas untuk dilewati janin. Dilatasi serviksleher rahim membuka lengkap sampai 10 cm.
c. Passanger bayi
Keadaan janin, dimana dinilaidiobservasi ukuranberat janin, letak situs, presentasi posisi, sikap habitus, jumlah fetusjanin.
Sementara itu, beberapa ahli menambahkan 2P lagi. Jadi syarat persalinan normal ada 5P, dimana 2P selanjutnya adalah
d. Position posisi ibu saat persalinan
Kebebasan memilih posisi melahirkan membuat ibu lebih percaya diri mengatasi persalinan dan melahirkan.
e. Psychologic respons respon psikologi
Respon psikologis pada persalinan normal ditentukan oleh pengalaman sebelumnya, kesiapan emosional, persiapan, suport sistem dan lingkungan.
3. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan
Menurut Sumarah dan kawan-kawan 2009, hlm. 3 beberapa teori yang memungkinkan terjadinya proses persalinan antara lain :
Universitas Sumatera Utara
a. Teori Keregangan. Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu. Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
b. Teori penurunan progesteron. Produksi progesteron menurun sehingga otot
rahim lebih sensitif terhadap oksitoksin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah mencapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
c. Teori oksitoksin internal. Menurunnya kosentrasi progesteron akibat tuanya
kehamilan maka oksitoksin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dimulai.
d. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis. Terdapat hubungan antara
hipotalamus pituitari dengan mulainya persalinan. Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.
e. Teori berkurangnya nutrisi. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil
konsepsi akan segera dikeluarkan. f.
Faktor lain. Tekanan pada ganglion dari pleksus frankenhauser yang terletak dibelakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, maka kontraksi uterus dapat
dibangkitkan .
4. Tahap – Tahap dalam Persalinan
Dalam persalinan terbagi dalam empat tahap yaitu, a. Tahap pertama persalinan ditetapkan sebagai tahap yang berlangsung sejak terjadi kontraksi
uterus yang teratur sampai dilatasi serviks lengkap. Pada tahap pertama ini terbagi dalam tiga bagian : fase laten, selama fase laten banyak mengalami
kemajuan dari pada penurunan janin. Fase aktif dan fase transisi, dilatasi serviks dan penurunan bagian presentasi berlangsung lebih cepat. Tidak ada batasan
mutlak untuk lama tahap pertama persalinan hingga dapat dikatakan normal. b.
Universitas Sumatera Utara
Tahap kedua persalinan berlangsung sejak dilatasi serviks lengkap sampai janin lahir. c. Tahap ketiga persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta
lahir . Plasenta biasanya lepas setelah tiga atau empat kontraksi uterus yang kuat, yakni setelah bayi lahir. Plasenta harus dilahirkan pada kontraksi uterus
berikutnya yaitu 45 sampai 60 menit . d. Tahap keempat persalinan berlangsung kira-kira dua jam setelah plasenta lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan
yang tejadi segera jika homeostasis dengan baik. Masa ini merupakan periode yang penting untuk memantau adanya komplikasi, misalnya perdarahan
abnormal Bobak, 2004. hlm. 246.
5. Fase – Fase dalam Kala I Persalinan
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat frekuensi dan kekuatannya hingga serviks membuka lengkap
10 cm. Kala satu persalinan terdiri atas dua fase yaitu : a.
Fase laten kala satu persalinan 1.Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap. 2. Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
3. Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam. b. Fase aktif pada kala satu persalinan
1. Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap. 2. Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai lengkap atau 10 cm, akan terjadi
dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam nulipara atau primigravida atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm multipara
3. Terjadi penurunan bagian terbawah janin APN, 2005, hlm. 40.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antar variabel yang ingin diamati dan diukur melalui penelitian yang akan dilakukan
Notoatmodjo, 2010, hlm. 100. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan
variabel dependen. Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau variabel bebas. Sedangkan variabel dependen
merupakan variabel tidak bebas atau variabel terikat Arikunto, 2010, hlm. 162
Variabel independen dalam penelitian ini adalah aromaterapi lavender, sedangkan variabel dependen adalah nyeri persalinan kala I. Secara
skematis, kerangka penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Skema 1. Kerangka konsep
B. Hipotesis
Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif Ha yaitu ada manfaat aromaterapi lavender terhadap pengendalian nyeri persalinan kala I.
Intervensi Pemberian Aromaterapi
Lavender Pretest
Nyeri persalinan kala I sebelum intervensi
Posttest Nyeri persalinan kala I
sesudah intervensi
Universitas Sumatera Utara
C. Defenisi Operasional