Landasan Teori .1 Karakteristik Konsumen yang Berhubungan Dengan Keputusan

3. Faktor pribadi Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap-tahap daur hidup pembeli, jabatan, keadaan ekonomi, kepribadian, konsep diri pembeli yang bersangkutan. 4. Faktor Psikologis Pilihan pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis yang utama, yaitu motivasi, persepsi, proses pembelajaran, serta kepercayaan dan sikap. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Karakteristik Konsumen yang Berhubungan Dengan Keputusan Membeli Menurut Kotler 2007, karateristik konsumen dapat disebut sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan pembelian sebagai berikut : a. Usia Memahami usia konsumen adalah penting, karena konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek. Dari sisi pemasaran, semua penduduk berpaapun usianya adalah konsumen. b. Pekerjaan Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang mereka beli. Pemasar, berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas rata-rata pada produk dan jasa mereka. Universitas Sumatera Utara c. Gaya Hidup Pola kehidupan sesorang yang diekspresikan dalam aktivitas, ketertarikan, dna opini orang tersebut. Orang-orang yang datang dari kebudayaan, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yag berbeda.

2.2.2 Preferensi Konsumen

Preferensi konsumen adalah pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap produk barang atau jasa yang dikonsumsi. Preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada Kotler, 1997. Menurut Nicholson 2002, hubungan preferensi diasumsikan memiliki tiga sifat dasar, tiga sifat dasar tersebut adalah: 1. Kelengkapan completeness Jika A dan B merupakan dua kondisi atau situasi, maka tiap orang selalu harus bisa menspesifikasikan apakah : 1 A lebih disukai daripada B 2 B lebih disukai daripada A, atau 3 A dan B sama-sama disukai. Dengan dasar ini tiap orang diasumsikan tidak pernah ragu dalam menentukan pilihan, sebab mereka tahu mana yang lebih baik dan mana yang lebih buruk, dan dengan demikian selalu bisa menjatuhkan pilihan di antara dua alternatif. 2. Transitivitas transitivity Jika seseorang mengatakan ia lebih menyukai A daripada B, dan lebih menyukai B daripada C, maka ia harus lebih menyukai A daripada C. Dengan demikian orang tidak bisa mengartikulasikan preferensinya yang saling bertentangan. Universitas Sumatera Utara 3. Kontinuitas Continuity Jika seseorang menyatakan lebih menyukai A daripada B, ini berarti segala kondisi di bawah A tersebut disukai daripada kondisi di bawah pilihan B. Kardes 2002 membagi preferensi menjadi dua, yaitu: 1 Preferensi berdasarkan sikap Menurut Kotler dan Armstrong 2008, sikap attitude menggambarkan evaluasi, perasaan, dan tendensi yang konsisten dari sesorang terhadap sebuah objek atau ide.Sikap menempatkan orang dalam suatu kerangka pikiran untuk menyukai atau tidak menyukai sesutatu, untuk bergerak menuju atau meninggalkan sesuatu. Sikap sulit diubah, karena adanya pola dari sikap seseorang sehingga diperlukan penyesuaian yang rumit dalam banyak hal. 2 Preferensi berdasarkan atribut Preferensi berdasarkan atribut menurut Kardes dibentuk atas dasar membandingkan satu atau lebih atribut. Atribut produk merupakan faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam mengambil keputusan tentang pembelian suatu merek ataupun kategori produk, yang melekat pada produk atau menjadi bagian dari produk itu sendiri. Seorang konsumen akan melihat suatu produk berdasarkan kepada karakteristik atau ciri atau atribut dari produk tersebut. Para pemasar perlu memahami apa yang diketahui oleh konsumen, atribut apa saja yang dikenal dari suatu produk, atribut mana yang dianggap paling penting oleh konsumen. Pengetahuan mengenai atribut tersebut akan mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Pengetahuan yang lebih banyak mengenai atribut suatu produk akan memudahkan konsumen untuk memilih produk yang dibelinya Sumarwan, 2003. Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Analisis Multivariat

Analisis multivariate merupakan analisis varian beberapa variabel dependen dengan satu atau lebih faktor atau kovariat, atau dengan kata lain analisis multivariate adalah analisis hubungan antara satu atau lebih variabel faktor dan kovariat dengan dua atau lebih variabel dependen. Menurut Priyatno 2009, Data yang digunakan untuk variabel dependen adalah kuantitatif tipe interval atau rasio, variabel faktor menggunakan data kategorikal tipe nominal atau ordinal sedangkan jika menggunakan variabel kovariat data yang digunakan yaitu data kuantitatif. Asumsi yang mendasari pada analisis multivariate adalah bahwa untuk variabel dependen data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan kelompok data mempunyai kesamaan varian atau kovarian homogen.

2.2.4 Analisis Conjoint

Analisis Conjoint adalah teknik multivariat yang digunakan secara khusus untuk mengetahui bagaimana preferensi konsumen terhadap suatu produk atau jasa dan untuk membantu mendapatkan kombinasi atau komposisi atribut-atribut suatu produk atau jasa baik baru maupun lama yang paling disukai konsumen. Atribut- atribut merupakan elemen-elemen yang terdapat pada suatu produk yang berfungsi mendeskripsikan karakter produk tersebut Hair et al., 2006. Model Analisis Conjoint ∑ ∑ Keterangan : U X : keseluruhan utilitas dari alternatif Universitas Sumatera Utara aij : j : 1,2 ki dari i atribut l = 1,2,.... m ki : no level pada atribut i m : no atribut Xij : 1 apabila level j dari atribut ; dan 0 kalau tidak dipilih Pada dasarnya, tujuan analisis conjoint adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi seseorang terhadap suatu objek yang terdiri atas satubanyak bagian. Hasil utama analisis conjoint adalah suatu bentuk desain produk barangjasaobjek tertentu yang diinginkan oleh sebagian besar responden. Proses dasar conjoint analysis: 1. Menentukan Perancangan Atribut dan Level Menentukan faktor sebagai atribut spesifik kemudian level sebagai bagian-dari faktor sebuah objek. Dalam analisis ini, perancangan atribut yang berpengaruh merupakan bagian dari mengidentifikasi atribut dengan tingkatan, masing-masing dipergunakan untuk membuat stimuli. 2. Mendesain Stimuli Kombinasi antara faktor dengan level disebut satu stimuli. Ada dua cara merancang kombinasi taraf atribut yaitu pendekatan kombinasi berpasangan dan kombinasi lengkap. 3. Mengumpulkan pendapat responden terhadap setiap stimuli yang ada. Responden akan memberikan rating terhadap stimuli yang ada. Penilaian rating menggunakan skala ordinal yang terukur berupa skala likert dengan angka 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = biasa saja, 4 = suka, 5 = sangat suka. Dari stimuli yang terbentuk, proses kemudian dilanjutkan dengan Universitas Sumatera Utara proses conjoint . Pendapat setiap responden ini disebut sebagai utility yang dinyatakan dengan angka dan menjadi dasar perhitungan conjoint. 4. Melakukan proses conjoint dengan masukan data yang ada Dari pendapat responden atas sekian stimuli yang telah dikumpulkan dilakukan proses conjoint dengan bantuan perangkat lunak SPSS untuk memprediksi kombinasi atribut produk yang diinginkan responden. Output yang dihasilkan dari proses analisis conjoint berupa nilai kegunaan utility dan nilai kepentingan importance values. Nilai keguanaan utility merupakan nilai yang menunjukkan kecenderungan pemilihan konsumen terhadap kombinasi stimuli yang disukai. Nilai kepentingan importance values merupakan nilai yang menunjukkan atribut produk yang paling penting sehingga mendasari konsumen untuk membeli keripik ubi jalar. 5. Uji Keakuratan Dari hasil conjoint yakni untuk mengukur tingkat ketepatan prediksi dari hasil analisis dimana hasil conjoint tidak berbeda jauh dengan pendapat responden yang sebenarnya. Tingkat uji keakuratan dicerminkan dengan adanya korelasi yang tinggi dan siginifikan antara hasil estimasi dengan aktual. Sementara itu untuk menguji hasil conjoint dilakukan dengan sejumlah holdout sample sebagai penguji hasil apakah proses conjoint yang menggunakan sampel tersebut bisa selaras jika digunakan pada populasi. Asumsi pada analisis conjoint berbeda dengan analisis multivariat lainnya, proses conjoint tidak membutuhkan uji asumsi seperti normalitas, homoskedastisitas, dan lainnya Santoso, 2012. Universitas Sumatera Utara Dalam pemasaran, analisis conjoint merupakan teknik yang sangat baik untuk menjawab dua pertanyaan. Pertama, bagaimana tingkat kepentingan sekumpulan atribut merek. Kedua, dalam pengembangan produk baru, model produk mana yang paling disukai konsumen. Analisis conjoint tergolong metode tidak langsung indirect methode. Kesimpulan diambil berdasarkan respons subjek terhadap perubahan sejumlah atribut. Karena itu, perlu dipastikan terlebih dahulu apa saja atribut suatu produk atau merek Simamora, 2005.

2.3 Penelitian Terdahulu