Kabupaten Sukoharjo yang akan penulis jabarkan untuk menjawab rumusan masalah yang kedua ini tetap mengacu kepada kebijakan pemerintah khususnya
Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo yang dikeluarkan untuk mengatur sarana dan prasarana pendukung pertanian input luar. Sarana prasarana
pendukung itu adalah : lahan pertanian; sarana produksi saprodi seperti pupuk, bibit, dan pestisida; sarana prasarana pertanian seperti alat mesin pertanian
alsintan dan irigasi; program penyuluhan pertanian; dan kelembagaan pertanian. Menurut pendapat Fuller, sistem hukum pertanian berkelanjutan akan
terwujud apabila ada harmonisasi peraturan perundang-undangan dan pengertian yang jelas tentang pertanian yang berkelanjutan. Sedangkan menurut pendapat
Ten Berge, sistem hukum pertanian berkelanjutan dapat ditegakkan apabila peraturan perundang-undangan terkait pertanian berkelanjutan sedikit mungkin
membiarkan ruang bagi perbedaan interpretasi. Dengan demikian, berdasarkan Fuller dan Ten Berge maka sistem hukum pertanian berkelanjutan dapat
mewujudkan pembangunan pertanian yang berkelanjutan di Kabupaten Sukoharjo dengan ditentukan oleh indikator-indikator harmonisasi peraturan perundang-
undangan sebagai berikut.
1. Undang-Undang Nomor Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang
Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.
Undang-undang ini telah mengakomodasi upaya menuju pembangunan pertanian yang berkelanjutan, hal tersebut termuat pada konsideran dan Pasal 1
angka 2, 3, dan 22 serta Pasal 2, Pasal 3, dan Pasal 4 mengenai Asas, Tujuan, dan Fungsi. Konsideran undang-undang ini menyatakan bahwa pembangunan
pertanian, perikanan, dan kehutanan yang berkelanjutan merupakan suatu keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan baku industri;
memperluas lapangan kerja dan lapangan berusaha; meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya petani, pekebun, peternak, nelayan, pembudi daya ikan,
pengolah ikan, dan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan; mengentaskan
masyarakat dari
kemiskinan khususnya
di perdesaan;
meningkatkan pendapatan nasional; serta menjaga kelestarian lingkungan.
Kemudian untuk lebih meningkatkan peran sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, andal, serta
berkemampuan manajerial, kewirausahaan, dan organisasi bisnis sehingga pelaku pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan mampu membangun usaha
dari hulu sampai dengan hilir yang berdaya saing tinggi dan mampu berperan serta dalam melestarikan hutan dan lingkungan hidup sejalan dengan prinsip
pembangunan berkelanjutan. Pasal 1 angka 2 undang-undang ini menyatakan bahwa:
”Penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta
pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup”.
Sedangkan Pasal 1 angka 3 memberikan definisi tentang pertanian yaitu: ”Pertanian yang mencakup tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, dan peternakan yang selanjutnya disebut pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri,
pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan, dengan bantuan
teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat”.
Pasal 1 angka 22 membatasi tentang bentuk materi penyuluhan yaitu “Materi penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para
penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan
kelestarian lingkungan”. Pasal 2 undang-undang ini yang mengatur tentang asas menempatkan “berkelanjutan” sebagai salah satu asasnya. Pasal 3 menyebutkan
bahwa salah satu tujuan pengaturan sistem penyuluhan adalah memperkuat pengembangan pertanian, perikanan, serta kehutanan yang maju dan modern
dalam sistem pembangunan yang berkelanjutan. Sedangkan Pasal 4 undang- undang ini mengakomodasi pertanian berkelanjutan dalam tiga dari tujuh fungsi
yang ada yaitu membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam
menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan
berkelanjutan; menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian
fungsi lingkungan;
dan melembagakan
nilai-nilai budaya
pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan.
Undang-undang ini juga mengamanatkan kepada daerah tingkat kabupatenkota untuk membentuk badan penyuluhan, komisi penyuluhan, dan
pembangunan balai penyuluhan. Sebagai pelaksanaan amanat undang-undang ini, Kabupaten Sukoharjo mengeluarkan Peraturan Bupati Sukoharjo Nomor :18
Tahun 2008 tentang Pembentukan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Dan Kehutanan.
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.