44 suatu objek maka semakin besar pula nilai atribut produk tersebut terhadap variabel merek produk
tersebut sebaliknya jika suatu merek terletak berlawanan atau jauh dengan arah vektor suatu atribut menunjukkan bahwa rendahnya nilai atribut untuk merek tersebut.
Pada Gambar 13 terlihat kacang mete merek Caspy tidak terlalu baik posisinya karena
dalam berbagai atribut hampir tidak ada vektor atribut yang mengarah pada merek Caspy. Satu- satunya atribut yang vektornya mengarah pada kacang mete merek Caspy walaupun agak jauh
adalah atribut harga yang artinya harga yang dimiliki oleh kacang mete merek Caspy lebih terjangkau dibandingkan dengan merek pesaing lainnya. Untuk itu, produsen dari kacang mete
merek Caspy harus dapat lebih baik lagi dalam segala hal agar dapat bersaing dengan merek lainnya. Posisi kacang mete merek Garfield berdekatan dengan atribut I potongan harga. Hal
ini menunjukkan bahwa responden mempunyai persepsi kacang mete merek Garfield sering melakukan potongan harga pada setiap produknya sehingga produk dari kacang mete merek
Garfield harganya lebih murah. Posisi kacang mete merek Greenfarm berdekatan dengan atribut E kualitas produk, hal ini berarti bahwa responden mempunyai persepsi kacang mete merek
Greenfarm memiliki kualitas produk yang cukup baik walaupun merupakan merek baru sedangkan posisi kacang mete merek Mr. P berdekatan dengan atribut C rasa yang bervariasi,
hal ini berarti bahwa responden mempunyai persepsi kacang mete merek Mr. P memiliki rasa yang lebih bervariasi dibandingkan merek-merek lainnya.
5.5 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Kacang Mete
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian kacang mete dianalisis dengan menggunakan analisis faktor. Metode analisis dalam aplikasi pemasaran
ada dua yaitu Principal Component Analysis dan Component Factor. Principal Component Analysis
bertujuan untuk mereduksi variabel ke dalam beberapa faktor yang merupakan variabel bentukan yang jumlahnya lebih sedikit sedangkan Component Factor biasanya dipakai bertujuan
untuk mengetahui dimensi-dimensi yang mendasari variabel asli. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Principal Component Analysis
supaya dapat menemukan hubungan antar sejumlah variabel-variabel yang saling independen satu dengan yang lain sehingga dapat dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel faktor yang lebih
sedikit dari jumlah variabel awal sehingga pada akhirnya dengan adanya pengelompokkan antar variabel yang berkorelasi kuat dapat memudahkan produsen dalam merumuskan strategi
pemasaran kacang mete yang efektif. Proses keputusan pembelian konsumen pasti dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut
Kotler dan Amstrong 2008, perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya dan sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian kacang mete dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor pengaruh lingkungan, perbedaan individu dan pengaruh psikologi. Variabel awal yang akan
dianalisis berjumlah 12 variabel yang terdiri dari tiga kelompok yaitu pengaruh pribadi, pengaruh individu dan pengaruh psikologi dimana hasil pengolahan awal dapat dilihat pada Lampiran 8.
Analisis faktor diolah dengan menggunakan software SPSS versi 16.0. Tahap pertama yang dilakukan pada analisis faktor adalah menilai variabel mana saja yang dianggap layak untuk
dilakukan pada analisis selanjutnya. Untuk itu, digunakan metode Barlett’s Test of Sphericity dan pengukuran Keiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adequacy KMO-MSA. Kegunaan
45 Barlett’s Test
pada analisis faktor adalah untuk menguji apakah matriks korelasi merupakan matriks identitas atau bukan. KMO merupakan indeks perbandingan jarak antara koefisien
korelasi dengan koefisien korelasi parsialnya secara keseluruhan. Selanjutnya pengolahan dilakukan dengan melihat tabel anti-image matrix Anti-image correlation. Faktor dari variabel
harus memiliki nilai MSA angka korelasi yang ditandai dengan huruf “a” lebih dari atau sama dengan 0.5. Jika keseluruhan faktor-faktor dari variabel memiliki nilai MSA
≥ 0.5 maka proses perhitungan analisis faktor dapat dilanjutkan. Hasil dari uji KMO-MSA yang didapatkan dalam
penelitian ini adalah sebesar 0.648 dan Barlett Test dengan angka chi-square sebesar 52.180 dengan signifikansi 0.000 Lampiran 8. Ini berarti variabel-variabel di dalam faktor tidak ada
yang dikeluarkan dari proses perhitungan karena semuanya berpengaruh signifikansi dalam penelitian.
Tahap selanjutnya adalah melakukan factoring dengan analisis komponen utama Principle Component Analysis
. Factoring merupakan proses ekstraksi sekumpulan peubah yang ada sehingga membentuk satu atau beberapa peubah yang berkorelasi paling kuat atau paling
dominan mempengaruhi dari masing-masing variabel. Metode Principle Component Analysis yang digunakan dalam proses ekstraksi dilakukan untuk mendapatkan nilai communalities. Nilai
communalities menunjukkan seberapa kuat pengaruh tiap-tiap faktor terhadap variabel dalam
mempengaruhi konsumen dalam membeli kacang mete. Semakin tinggi nilai communalities sebuah faktor maka semakin erat hubungannya dengan faktor yang terbentuk.
Analisis faktor juga dilakukan dengan mengidentifikasi tabel total variance explained yang menjelaskan dasar jumlah faktor yang didapat dengan perhitungan angka. Nilai eigenvalues
menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung keragaman seluruh peubah yang dianalisis. Susunan nilai eigenvalues selalu diurutkan dari nilai yang terbesar sampai
nilai yang terkecil dengan kriteria nilai eigenvalues di bawah satu tidak digunakan dalam menghitung jumlah faktor yang terbentuk. Dalam hasil olahan analisis faktor menggunakan SPSS
juga dapat dilihat scree plot yang memperlihatkan dasar jumlah faktor yang paling optimal dalam bentuk grafik. Grafik tersebut menunjukkan faktor baru yang merupakan hasil ringkasan dari
beberapa peubah faktor atau peubah yang ada. Component matrix
menunjukan distribusi dari faktor yang terbentuk. Angka-angka yang terdapat pada Component matrix menunjukan nilai factor loading yaitu nilai yang menunjukkan
besar korelasi antar suatu variabel dengan faktor terbentuk. Untuk memperjelas posisi suatu variabel agar dapat masuk ke suatu faktor maka dilakukan proses rotasi. Proses rotasi dalam
penelitian ini menggunakan rotasi varimax. Tabel rotated component matrix menunjukkan distribusi faktor-faktor pada faktor baru yang telah terbentuk. Component transformation matrix
menunjukkan bahwa faktor yang ada telah secara tepat ditujukan oleh faktor baru yang terbentuk. Setelah melalui tahapan tersebut maka dapat diketahui faktor apa yang paling
mempengaruhi konsumen kacang mete. Berdasarkan perhitungan analisis faktor dapat diketahui bahwa faktor yang mendapatkan nilai ekstraksi terbesar dalam communalities adalah faktor
perbedaan individu dengan nilai sebesar 0.703 dan yang terkecil adalah faktor proses psikologi dengan nilai 0.574. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 22.
46 Tabel 22. Nilai Ekstraksi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Kacang Mete Faktor Initial
Extraction Pengaruh lingkungan
1.000 0.589
Perbedaan individu 1.000
0.703 Proses psikologi
1.000 0.574
Dapat diketahui dari Tabel 22 bahwa faktor yang paling mempengaruhi konsumen adalah faktor perbedaan individu, hal ini terkait dengan variabel yang ada di dalam faktor perbedaan
individu yaitu alasan kesehatan, merek tertentu, pengetahuan atribut produk rasa, kerenyahan, kemasan, tempat pembelian produk, gaya hidup dan usia. Dimana variabel-variabel tersebut
berhubungan dengan pribadi konsumen dan hanya konsumen yang mengetahuinya. Kepribadian berkaitan dengan adanya perbedaan karakteristik yang paling dalam pada diri manusia, perbedaan
karakteristik tersebut menggambarkan ciri unik dari masing-masing individu. Perbedaan karakteristik akan mempengaruhi respon individu terhadap lingkungannya secara konsisten
Sumarwan 2003. 1. Faktor Pengaruh Lingkungan
Pengaruh lingkungan cukup berperan besar terhadap perilaku konsumen. Informasi yang lengkap mengenai faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku konsumen memberikan
masukan yang sangat berarti terhadap strategi pemasaran sebuah perusahaan. Hasil dari uji KMO- MSA yang didapatkan dalam penelitian ini adalah sebesar 0.611 dan Barlett Test dengan angka
chi-square sebesar 53.250 dengan signifikansi 0.000 Lampiran 9. Ini berarti variabel-variabel
di dalam faktor tidak ada yang dikeluarkan dari proses perhitungan karena semuanya berpengaruh signifikansi dalam penelitian. Faktor pengaruh lingkungan terdiri dari pengaruh pribadi dan
keluarga. Sebagai konsumen perilaku sering dipengaruhi oleh orang-orang yang berhubungan erat dengan konsumen.
Berdasarkan Tabel 23 nilai ekstraksi terbesar pada faktor pengaruh lingkungan adalah saran dan kebiasaan keluarga sebesar 0.678. Maka dapat disimpulkan bahwa saran dan kebiasaan
keluarga dalam mengkonsumsi dan membeli kacang mete mempengaruhi pengambilan keputusan individu dalam membeli kacang mete. Hal ini sesuai dengan hasil pada proses keputusan
pembelian dimana responden mengenal kacang mete merek Caspy dari keluarga sebesar 32 persen.
Tabel 23. Nilai Ekstraksi Faktor Pengaruh Lingkungan Faktor Pengaruh Lingkungan
Initial Extraction
Saran teman 1.000
0.595 Saran dan kebiasaan keluarga
1.000 0.678
Waktu tertentu 1.000
0.263 Penjual di tempat pembelian
1.000 0.342
47 Keluarga merupakan variabel yang paling mempengaruhi dalam melakukan pembelian dan
konsumsi terhadap produk kacang mete. Hal ini terjadi karena produk dibeli oleh konsumen yang bertindak mengambil keputusan dalam hal pembelian kacang mete dalam suatu keluarga atau
produk dibeli oleh konsumen yang bukan pengambil keputusan dalam keluarga tetapi dipengaruhi oleh anggota lain dalam keluarganya. Sesuai dengan Engel dan Miniard 1994 bahwa keluarga
sangat penting dalam studi perilaku konsumen karena dua alasan yaitu keluarga adalah unit pemakaian dan pembelian untuk banyak produk konsumen dan keluarga adalah pengaruh utama
pada sikap dan perilaku individu. Keputusan pembelian kacang mete yang dilakukan oleh konsumen tidak terlepas dari adanya pengaruh keluarga. Alasan keluarga konsumen dalam
memberikan saran terhadap pembelian kacang mete karena pemberi saran tersebut pernah mencoba dan membeli produk kacang mete yang ada dipasaran sedangkan kebiasaan keluarga
terhadap produk kacang mete yang paling sering dibeli juga membuat konsumen terpengaruh dalam membeli produk kacang mete. Dalam hal ini, keluarga hanya berperan sebagai pemberi
pengaruh terhadap produk yang akan dibeli. Pengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau tidak terhadap suatu produk tetap dilakukan oleh konsumen itu sendiri baik dalam
menentukan jenis ataupun merek mana yang akan dipilih. Variabel kedua yang mempengaruhi konsumen adalah variabel saran teman. Teman
mempengaruhi konsumen dalam memutuskan pembelian kacang mete sebagai cemilan, hal ini disebabkan konsumen yang menyukai makanan ringan terutama kacang mete merupakan
konsumen yang masih sangat senang berkumpul bersama teman-teman sehingga perilaku responden lebih dipengaruhi oleh lingkungan luar seperti teman-teman. Responden menyatakan
pengaruh teman yang paling dominan adalah memberitahu responden mengenai kacang mete yang sering dibeli. Kemudian variabel selanjutnya yang mempengaruhi responden adalah penjual
di tempat pembelian. Penjual di tempat pembelian merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk dan kemungkinan penjual
tersebut termasuk ke dalam program pemasaran atau promosi atas produk kacang mete yang diproduksinya. Pembelian secara mendadak sedikit dilakukan konsumen hanya sebesar 31 persen
responden yang melakukan pembelian secara mendadak, hal ini dikarenakan jarang sekali dijumpai adanya Sales Promotion Girl untuk produk kacang mete di supermarket padahal tidak
menutup kemungkinan dengan adanya pengaruh penjual di tempat pembelian dapat meningkatkan minat konsumen untuk melakukan pembelian terhadap kacang mete merek Caspy.
Variabel yang tidak terlalu mempengaruhi konsumen dalam faktor pengaruh lingkungan adalah waktu tertentu. Meskipun terdapat responden yang membeli kacang mete hanya pada saat
hari raya besar tetapi sebanyak 54 persen responden menyatakan mengkonsumsi kacang mete saat sedang santai di rumah. Hal ini menunjukkan bahwa kacang mete dapat dikonsumsi kapan saja
tanpa harus menunggu hari raya besar atau waktu-waktu tertentu. 2. Faktor Perbedaan Individu
Ada beberapa cara dimana konsumen berbeda dalam mengambil keputusan belanja sehingga berpengaruh terhadap perilaku konsumen, yaitu pengetahuan, kepribadian dan gaya
hidup. Hasil dari uji KMO-MSA yang didapatkan dalam penelitian ini adalah sebesar 0.645 dan Barlett Test
dengan angka chi-square sebesar 147.308 dengan signifikansi 0.000 Lampiran 10. Ini berarti faktor-faktor dari variabel memiliki nilai MSA
≥ 0.5 sehingga proses perhitungan analisis faktor dapat dilanjutkan.
Berdasarkan pengolahan data dapat diketahui bahwa variabel yang mendapat nilai ekstraksi terbesar dalam faktor perbedaan individu adalah gaya hidup sebesar 0.870. Faktor gaya
48 hidup termasuk ke dalam salah satu variabel utama yang mempengaruhi konsumen terhadap
tindakan membeli atas suatu produk Tabel 24. Menurut Kotler dan Amstrong 2008 gaya hidup
menampilkan profil seluruh pola tindakan dan interaksi seseorang. Konsep gaya hidup dapat membantu memahami nilai konsumen yang berubah dan bagaimana gaya hidup mempengaruhi
perilaku pembelian. Sebagian besar responden berpendapat bahwa harga kacang mete yang mahal
membuat kacang mete termasuk dalam salah satu cemilan yang mahal sehingga sedikit konsumen yang menjadikan kacang mete sebagai cemilan yang dikonsumsi setiap hari. Mahalnya harga
kacang mete dan rasanya yang lebih enak dari kacang tanah menjadi salah satu faktor gaya hidup konsumen kacang mete sebagai cemilan yang cukup bergengsi.
Menurut Sutisna 2001 memahami gaya hidup konsumen akan sangat bermanfaat, dimana terdapat empat manfaat yang dapat diperoleh dari pemahaman gaya hidup. Pertama, gaya hidup
konsumen dapat digunakan untuk melakukan segmentasi pasar sasaran, dimana jika dapat mengidentifikasi gaya hidup sekelompok konsumen maka dapat mengetahui satu segmen
konsumen. Kedua, pemahaman gaya hidup konsumen juga akan membantu dalam memposisikan produk di pasar dengan menggunakan iklan. Ketiga, jika gaya hidup telah diketahui maka iklan
produk dapat ditempatkan pada media-media yang cocok. Tentu saja ukuran kecocokan adalah media mana yang paling banyak dilihat oleh kelompok konsumen itu, maka media itulah yang
paling cocok. Dengan kata lain, kemampuan media menjangkau segmen sasaran merupakan kriteria yang sangat penting dalam pemilihan media. Keempat, mengetahui gaya hidup konsumen
berarti dapat mengembangkan produk sesuai dengan tuntutan gaya hidup konsumen. Tabel 24. Nilai Ekstraksi Faktor Perbedaan Individu
Faktor Perbedaan Individu Initial
Extraction Alasan kesehatan
1.000 0.350
Merek tertentu 1.000
0.608 Pengetahuan atribut produk rasa, kerenyahan, kemasan
1.000 0.577
Tempat pembelian produk 1.000
0.524 Usia 1.000
0.843 Gaya hidup
1.000 0.870
Varibel kedua yang tidak kalah penting mempengaruhi konsumen dalam faktor perbedaan individu adalah usia. Usia menjadi salah satu variabel penting yang mempengaruhi konsumen
dalam membeli produk kacang mete. Hal ini dapat disebabkan karena sebagian besar remaja dan dewasa menyukai makanan ringan dibandingkan dengan orang tua, selain itu orang tua tidak
terlalu sering mengkonsumsi kacang mete karena alasan kesehatan dengan menghindari dan mengurangi cemilan yang berasal dari kacang-kacangan dan juga semakin menjaga pola makan.
Variabel ketiga yang mempengaruhi konsumen adalah merek tertentu sebesar 0.608. Hal ini menunjukkan bahwa merek berpengaruh untuk dipertimbangkan dalam proses keputusan
pembelian kacang mete. Nama merek tampaknya berfungsi sebagai indikator pengganti dari mutu produk. Merek yang sudah terkenal dan terpercaya dianggap dapat menunjukkan kualitas produk
oleh responden. Pengetahuan responden terhadap beberapa merek kacang mete dapat diukur dengan cara seberapa banyak merek yang dapat diingat oleh responden. Tabel 12 menunjukkan
bahwa merek kacang mete yang paling diingat dan disukai oleh konsumen adalah kacang mete merek Mr. P sedangkan merek Caspy hanya di urutan kedua. Dengan demikian, produsen dari
49 kacang mete dapat menggunakan strategi promosi untuk menanamkan image merek dalam benak
konsumen. Selain itu, konsumen kacang mete juga sering kali beralih merek karena ingin mencoba sesuatu yang berbeda.
Seorang konsumen akan melihat suatu produk berdasarkan kepada karakteristik atau ciri atau atribut dari produk tersebut. Variabel lain yang juga mempengaruhi keputusan pembelian
kacang mete adalah pengetahuan atribut produk rasa, kerenyahan, kemasan. Pengetahuan dapat diartikan sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan. Pengetahuan konsumen mencakup
informasi seperti karakteristik produk, dimana dan kapan pembelian dilakukan. Pengetahuan terhadap rasa, kerenyahan dan kemasan menjadi fokus perhatian utama konsumen pada tahap
pencarian informasi dan merupakan indikator kualitas kacang mete yang utama. Konsumen memilih merek favorit juga berdasarkan rasa dan kerenyahan yang cocok dan sesuai dengan
selera konsumen sehingga nantinya mendorong konsumen untuk melakukan pembelian ulang. Tempat pembelian produk merupakan variabel terakhir yang mempengaruhi konsumen
dalam faktor perbedaan individu. Sebanyak 49 persen responden memilih supermarket sebagai tempat pembelian. Hal ini berkaitan dengan faktor kemudahan tempat dan waktu karena
supermarket biasanya terletak di tempat yang strategis pusat kota. Selain itu, supermarket yang terletak di pusat-pusat perbelanjaan umumnya memiliki tempat yang bersih sehingga membuat
konsumen nyaman dalam berbelanja dan akan semakin banyak produk yang dibeli konsumen. Adapun variabel yang tidak terlalu mempengaruhi dalam faktor perbedaan individu adalah
alasan kesehatan karena sebagian besar responden berusia 17-26 tahun. Konsumen beranggapan bahwa mengkonsumsi kacang mete rentan terkena kolesterol tetapi konsumen mengaku tetap
membeli kacang mete sebagai cemilan karena rasanya lebih enak daripada kacang tanah. Selain itu, menurut Jamrianti 2008 komposisi lemak penyusun kacang mete terdiri atas 18 persen asam
lemak jenuh dan 82 persen asam lemak tidak jenuh, maka tidak perlu khawatir saat mengkonsumsinya, karena mayoritas lemaknya adalah lemak tidak jenuh.
3. Faktor Proses Psikologi Pengaruh psikologis mempunyai tiga tahapan yaitu pemrosesan informasi, proses
pembelajaran dan perubahan sikap perilaku konsumen. Proses psikologis menunjukkan sejauh mana rangsangan pemasaran seperti iklan atau promosi diterima, ditafsirkan, dan disimpan dalam
ingatan kemudian digunakan oleh konsumen tersebut untuk menilai alternatif-alternatif produk. Pengalaman konsumen di dalam melakukan pembelian dapat menyebabkan perubahan dalam
pengetahuan dan sikap. Proses ini disebut pembelajaran yang dapat menyebabkan perubahan sikap konsumen. Hasil dari uji KMO-MSA yang didapatkan pada faktor proses psikologis adalah
sebesar 0.500 dan Barlett Test dengan angka chi-square sebesar 51.896 dengan signifikansi 0.000 Lampiran 11. Ini berarti faktor-faktor dari variabel memiliki nilai MSA
≥ 0.5 sehingga proses perhitungan analisis faktor dapat dilanjutkan.
Berdasarkan Tabel 25 pada faktor proses psikologi promosi penjualan dan pengalaman dalam membeli kacang mete dari merek lain sama-sama memiliki nilai sebesar 0.821. Maka
dapat disimpulkan bahwa promosi penjualan dan pengalaman dalam membeli kacang mete dari merek lain sama pentingnya dalam mempengaruhi pengambilan keputusan individu dalam
membeli kacang mete.
50 Tabel 25. Nilai Ekstraksi Faktor Proses Psikologi
Faktor Proses Psikologi Initial
Extraction Promosi penjual
1.000 0.821
Pengalaman dalam membeli kacang mete dari merek lain 1.000
0.821
Promosi penjual dan pengalaman dalam membeli kacang mete dari merek lain termasuk ke dalam faktor yang memegang peranan penting dalam mempengaruhi konsumen untuk
melakukan pembelian atas produk kacang mete dengan nilai yang sama sebesar 0.821. Promosi penjualan yang dilakukan produsen di tempat-tempat penjualan kacang mete dirasakan cukup
efektif untuk menarik dan mempengaruhi minat konsumen melakukan pembelian. Sebagian besar konsumen cenderung lebih menyukai promosi penjualan dalam bentuk potongan harga dan bonus
produk secara langsung, dengan adanya kegiatan promosi penjualan tersebut, peluang konsumen untuk melakukan pembelian cukup besar.
Pengalaman dalam membeli kacang mete dari merek lain mempengaruhi konsumen dalam membeli kacang mete. Konsumen yang merasa puas dengan merek tertentu saat membeli
kemungkinan akan membeli merek yang sama, tetapi konsumen yang tidak puas dengan merek tertentu kemungkinan tidak akan mau untuk membeli merek tersebut. Selain itu, konsumen yang
merasa puas akan suatu merek akan membagi pengalamannya dengan orang lain baik keluarga ataupun teman terhadap merek tersebut, begitu pula sebaliknya konsumen yang merasa tidak puas
akan suatu merek tertentu juga akan membagi pengalamannya dengan orang lain. Menurut Kotler dan Amstrong 2008 berita buruk dari mulut ke mulut berjalan lebih cepat daripada berita
baik dan dapat dengan cepat merusak sikap konsumen terhadap perusahaan dan produknya, oleh karena itu kepuasan konsumen harus menjadi prioritas utama dari produsen kacang mete merek
Caspy agar konsumen tidak akan kecewa ketika membeli kacang merek Caspy. Walaupun sebanyak 58 persen konsumen menyatakan puas terhadap kacang mete merek Caspy dan 92
persen akan melakukan pembelian ulang namun hanya 17 persen responden yang tetap akan membeli walaupun terjadi kenaikan harga dan 57 persen responden menyatakan akan mengurangi
frekuensi pembelian, ini membuktikan bahwa konsumen dari kacang mete merek Caspy belum loyal terhadap produk kacang mete merek Caspy. Hal ini dapat menjadi masukkan bagi produsen
kacang mete merek Caspy untuk tetap meningkatkan kualitas walaupun terjadi kenaikan harga pada kacang mete konsumen tetap akan membeli.
5.6 Rekomendasi Strategi Pemasaran