7 Lebih  lanjut,  Peraturan  tersebut  juga  menjelaskan  kelompok  sasaran
pemberian  pinjamanpembiayaan  LPDB-KUMKM  yang  dapat  dikelompokkan dalam lima kelompok sasaran layanan, yang meliputi:
a. Pemberian  pinjamanpembiayaan  kepada  KSPUSP  dan  KJKSUJKS,  baik
secara  langsung  maupun  melalui  koperasi  sekunder.  Kelompok  sasaran layanan  ini,  memiliki  sasaran  akhir  yang  sama  yaitu  anggota  atau  calon
anggota koperasi primer yang memiliki usaha produktif.
b. Pemberian  pinjamanpembiayaan  kepada  koperasi  yang  bergerak  dalam
bidang usaha
sektor riil.
Pada kelompok
sasaran ini,
seluruh pinjamanpembiayaan  yang  diterima  digunakan  untuk  membiayai  usaha
koperasi  primer  yang bersangkutan dan tidak dimaksudkan untuk  disalurkan kembali kepada para anggotanya.
c. Pemberian pinjamanpembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
UMKM melalui
Lembaga Keuangan
Bukan Bank.
Pemberian pinjamanpembiayaan  ini  ditujukan  untuk  pemberian  akses  permodalan  bagi
UMKM  dengan  menggunakan  lembaga  perantara,  antara  lain  perusahaan modal ventura, perusahaan pembiayaan dan jasa manajemen, pegadaian, dan
lembaga keuangan bukan bank yang sejenis.
d. Pemberian pinjamanpembiayaan kepada KUKM melalui Lembaga Keuangan
Bank. Pemberian pinjamanpembiayaan ini ditujukan untuk pemberian akses permodalan bagi KUKM dengan menggunakan lembaga perantara perbankan,
baik bank umum nasional, bank umum daerah, BPR, dan lembaga keuangan bank lainnya.
e. Pemberian  pinjamanpembiayaan  kepada  UKM  strategis.  Pemberian
pinjamanpembiayaan  ini  dilakukan  kepada  pelaku  UKM  yang  memiliki usaha  dengan  kriteria  khusus  dan  menggunakan  pola  channeling
menggunakan  lembagatenaga  konsultan  pendamping.  Kriteria  khusus tersebut antara lain adalah mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak,
menghasilkan  produk  yang  penjualannya  berorientasi  pada  ekspor, memperkerjakan  karyawan  yang  mengalami  cacat  fisik  atau  mental,  dan
kriteria lain yang ditetapkan oleh Direksi.
2.3  Konsep Kepuasan Pelanggan
Menurut  Schnaars  1991,  pada  dasarnya  tujuan  dari  suatu  bisnis  adalah untuk  menciptakan  para  pelanggan  yang  merasa  puas.  Terciptanya  kepuasan
pelanggan  dapat  memberikan  beberapa  manfaat,  diantaranya  hubungan  antara perusahaan  dan  pelanggannya  menjadi  harmonis,  memberikan  dasar  yang  baik
bagi  pembelian ulang dan terciptanya loyalitas pelanggan,  dan membentuk  suatu rekomendasi  dari  mulut  ke  mulut  word  of  mouth  yang  menguntungkan  bagi
perusahaan.  Lebih  lanjut,  Schnaars  1991  menyatakan  bahwa  strategi  kepuasan pelanggan  menyebabkan  para  pesaing  harus  berusaha  keras  dan  memerlukan
biaya tinggi dalam usahanya merebut pelanggan suatu perusahaan. Satu hal yang perlu  diperhatikan  adalah  bahwa  kepuasan  pelanggan  merupakan  strategi  jangka
panjang  yang  membutuhkan  komitmen,  baik  menyangkut  dana  maupun sumberdaya manusia.
Terdapat  beberapa  pakar  yang  memberikan  definisi  tentang  kepuasan pelanggan. Kotler 2002, menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat
8 perasaan  seseorang  setelah  membandingkan  kinerja  atau  hasil  yang  ia  rasakan
dibandingkan dengan harapannya. Menurut Swastha dan Irawan 2002, kepuasan atau  satisfaction    adalah    kata  dari  bahasa  latin  yaitu  satis  yang  berarti  enough
atau cukup dan  facare  yang berarti  to  do atau melakukan. Jadi,  produk atau jasa yang  dapat  memuaskan  adalah  produk  atau  jasa  yang  sanggup  memberikan
sesuatu  yang  dicari  oleh  konsumen  sampai  pada  tingkat  yang  cukup  tinggi. Sedangkan  Rangkuti  2003  mengemukakan  bahwa  kepuasan  pelanggan
merupakan  respon  pelanggan  terhadap  ketidaksesuaian  antara  kepentingan sebelumnya  dan  kinerja  aktual  yang  dirasakannya  setelah  pemakaian.  Secara
umum  dapat  disimpulkan  bahwa  pada  dasarnya  pengertian  kepuasan  pelanggan mencakup  perbedaan  antara  harapan  dan  kinerja  atau  hasil  yang  dirasakan.
Pengertian  ini  didasarkan  pada  disconfirmation  paradigm  dari  Oliver  dalam Tjiptono 1997.Konsep kepuasan pelanggan dapat dilihat pada Gambar 1.
Harapan pelanggan dan  hasil yang dirasakan merupakan dua faktor  yang menentukan suatu tingkat kepuasan pelanggan. Harapan pelanggan dalam hal ini
adalah  perkiraan  tentang  sesuatu  yang  akan  diterimanya  saat  berniat  membeli suatu    produk  atau  jasa.  Sedangkan  kinerja  yang  dirasakan  dalam  hal  ini  adalah
nilai  produk  bagi  pelanggan  atau  persepsi  terhadap  produkjasa  yang  pelanggan terima setelah menggunakan produk atau jasa tersebut.
Gambar 1. Konsep kepuasan pelanggan Rangkuti, 2003 Tingkat  kepuasan  pelanggan,  merupakan  tingkat  perasaan  senang  atau
kecewa  pelanggan  setelah  membandingkan  antara  tingkat  pelayanan  aktual  yang pelanggan  terima  dengan  harapan  yang  pelanggan  miliki  saat  hendak
memanfaatkan  jasa  organisasi.  Dalam  hal  ini  banyak  perusahaan  yang memfokuskan  pada  kepuasan  pelanggan  yang  tinggi,  karena  pelanggan  yang
memiliki  tingkat  kepuasan  yang  rendah  maka  akan  mudah  sekali  untuk  berubah pikiran bila mendapat tawaran nilai dan manfaat yang lebih besar Kotler, 2002.
Rangkuti  2003  menyatakan  bahwa  kepuasan  pelanggan  terhadap  suatu jasa  ditentukan  oleh  tingkat  kepentingan  pelanggan  sebelum  menggunakan  jasa
Tujuan Organisasi
ProdukJasa
Nilai produkjasa bagi pelanggan
Nilai produkjasa bagi pelanggan
Harapan Pelanggan terhadap Produkjasa
Tingkat Kepuasan Pelanggan
9 dibandingkan  dengan  hasil  persepsi  pelanggan  terhadap  jasa  tersebut  setelah
pelanggan  merasakan  kinerja  jasa  tersebut,  sebagaimana  dapat  dilihat  pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram proses kepuasan pelanggan Rangkuti, 2003 Lebih  jauh,  Rangkuti  2003  menyebutkan  bahwa  adequate  service
maksudnya  adalah  tingkat  kinerja  jasa  minimal  yang  masih  dapat  diterima berdasarkan  perkiraan  jasa  yang  mungkin  akan  diterima  dan  tergantung  pada
alternatif  yang  tersedia.  Adequate  service  dipengaruhi  oleh  keadaan  darurat, ketersediaan  alternative,  derajat  keterlibatan  pelanggan,  faktor-faktor  yang
tergantung situasi dan pelayanan yang diperkirakan.
Sedangkan  desired  service  adalah  tingkat  kinerja  jasa  yang  diharapkan pelanggan  akan  diterimanya,  yang  merupakan  gabungan  dari  kepercayaan
pelanggan  mengenai  apa  yang  dapat  dan  harus  diterimanya.  Desired  service dipengaruhi  oleh  keinginan  untuk  dilayani  dengan  baik  dan  benar,  kebutuhan
perorangan,  janji  secara  langsung,  janji  secara  tidak  langsung,  komunikasi  dari mulut ke mulut dan pengalaman masa lalu.
Diagram  proses  kepuasan  pelanggan  memperlihatkan  adanya  zona toleransi  diantara  adequate service dan  desired service, zona toleransi  ini daerah
dimana  variasi  pelayanan  yang  diberikan  perusahaan  yang  masih  dapat  diterima. Apabila  pelayanan  yang  diterima  pelanggan  di  bawah  adequate  service,
pelanggan akan frustasi dan kecewa. Sedangkan apabila pelayanan yang diterima pelanggan melebihi desired service, pelanggan akan terkejut dan sangat puas.
Mittal  dan  Kamakura  2001,  menyatakan  bahwa  kepuasan  pelanggan merupakan  faktor  utama  dalam  membentuk  keinginan  pelanggan  untuk
melakukan  pembelian  di  masa  depan.  Lebih  jauh,  Jamal  dan  Naser  2002 menyatakan pelanggan yang terpuaskan akan membicarakannya kepada orang lain
tentang pengalaman mereka. Hal yang sama juga dijelaskan oleh Malik, Basharat dan  Zoune  2011  tentang  loyalitas  pelanggan  perbankan,  dimana  dijelaskan
bahwa retensi pelanggan melalui kualitas jasa, produk, harga, dan akses terhadap Persepsi Pelanggan
Perceived Service Pelayanan yang diterima
pelanggan
Harapan Pelanggan
Desired Service Zona of Tolerance
Adequate Service Pelanggan sangat
puas
Pelanggan sangat tidak puas
10 fasilitas  bank  merupakan  faktor  kritis  pada  kepuasan  pelanggan.  Penelitian
menunjukkan  bahwa  pelanggan  yang  terpuaskan  akan  membuat  pembelian kembali  atau    tetap  pada  penyedia  jasanya  dan  merekomendasikannya  kepada
teman  dan  keluarganya,  sehingga  dapat  meningkatkan  penerimaan  dan keuntungan  organisasi.  Lam  dan  Burton  2006  menyatakan  pelayanan  unggulan
yang diberikan oleh perbankan secara positif mempengaruhi loyalitas konsumen. Babakus,  Yavas  2008,  menyatakan  bahwa  loyalitas  konsumen  saat  ini  diakui
sebagai  elemen  penting  dalam  membuat  keputusan  strategis,  hal  ini  dikarenakan menciptakan  konsumen  baru  lebih  mahal  dibandingkan  mempertahankan
konsumen  lama.  Manager  perbankan  yang  cerdas  akan  mempertahankan konsumen yang loyal dan terpuaskan.
Perusahaan  harus  meningkatkan  kualitas  pelayanannya  pada  pelanggan, dimana  semakin  tinggi  kualitas  pelayanan  yang  diberikan  akan  menciptakan
kecenderungan  perilaku    konsumen    yang  menguntungkan  perusahaan.  Begitu pula  sebaliknya,  apabila  konsumen  tidak  mendapatkan  pelayanan  yang  baik  dan
merasa  tidak  puas  maka  akan  menimbulkan  kecenderungan  perilaku  konsumen yang tidak menguntungkan sehingga akan merugikan perusahaan Zeithaml et al,
2002.
2.4  Pengukuran Kepuasan Pelanggan