7 untuk pengembangan tebu di daerah dataran rendah. Selain itu, penyebaran
hujannya harus sesuai dengan pertumbuhan dan kematangan tebu. Tebu membutuhkan banyak air pada masa vegetatif dan saat memasuki
berakhirnya fase tersebut dibutuhkan lingkungan yang kering agar proses pemasakan berjalan dengan baik. Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase
pertumbuhannya, curah hujan bulanan yang ideal di wilayah pertanaman tebu adalah 200 mmbulan pada 5-6 bulan berturut-turut, 125 mmbulan pada 2 bulan
transisi, dan kurang dari 75 mmbulan pada 4-5 bulan berturut-turut.
2.5.2. Sinar Matahari
Radiasi sinar matahari sangat besar peranannya untuk pertumbuhan tebu, terutama untuk fotosintesis yang selanjutnya akan mengatur pertunasan dan
pemanjangan batang. Proses fotosintesis yang terhambat saat cuaca berawan akan menghambat pembentukan gula dan anakan, sedangkan jika cuaca seperti itu
terjadi pada malam hari saat suhu akan naik maka proses pernafasan meningkat, akibatnya akan mengurangi akumulasi gula pada batang tebu.
Proses klentek pembersihan daun kering dilakukan untuk pemeliharaan tebu. Pekerjaan pengklentekan ke-1 diikuti dengan menggulud dan pembersihan
rumput-rumputan sehingga kebun tampak bersih. Pengklentekan ke-2 dilakukan ketika tebu berumur 6-7 bulan, daun-daun yang dilepaskan adalah daun dari ±7-9
ruas diatas guludan sampai pada batas daun-daun yang hijau. Setelah batangrumpun diklentek, sinar matahari dapat masuk ke sela-sela rumpun. Ini
berarti mempercepat proses pengolahan glukosa-sakarosa di dalam batang tebu sehingga bisa meningkatkan rendeman tebuproduksi kristal Sutardjo, 1994.
2.5.3. Angin
Kecepatan angin idealnya tidak lebih dari 10 kmjam agar tebu bisa tumbuh dengan baik. Pada kecepatan angin seperti ini, suhu dan kadar CO
2
di sekitar tajuk tebu akan turun, sehingga fotosintesis tetap berlangsung dengan baik.
Apabila angin melebihi 10 kmjam, apalagi disertai hujan lebat, maka tanaman tebu yang sudah tinggi akan roboh. Pada saat tebu roboh, ujung tanaman tumbuh
lagi secara vertikal. Akibatnya, sebagian sukrosa yang telah terbentuk digunakan untuk pertumbuhan tanaman sehingga menyebabkan turunnya rendemen.
8
2.5.4. Suhu
Suhu mempengaruhi pertumbuhan menebal dan memanjangnya tebu. Hal ini berkaitan dengan proses penimbunan sukrosa pada batang tebu. Pada proses itu
diperlukan suhu panas pada siang hari dan suhu rendah pada malam hari seperti halnya radiasi matahari. Pertumbuhan tebu membutuhkan suhu optimal antara 24-
30
o
C dengan beda suhu musiman tidak lebih dari 6
o
C. Selain itu beda suhu antara siang dan malam tidak lebih dari 10
o
C.
2.5.5. Kelembaban Udara
Pertumbuhan tanaman tebu tidak banyak dipengaruhi oleh kelembaban udara, asalkan kadar air di dalam tanah cukup tersedia.
2.5.6. Kemiringan Lahan
Bentuk lahan sebaiknya datar sampai berombak lemah, dengan kemiringan kurang dari 8. Daerah yang terbaik untuk tanaman tebu adalah daerah yang
memiliki kemiringan kurang dari 2. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap ketersediaan air di dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman tebu sehingga
pertumbuhannya menjadi merata.
2.5.7. Tanah
Ketersediaan air dan pH berkisar antara 5,7-7 merupakan sesuatu yang dibutuhkan agar pertumbuhan tebu optimal. Apabila tebu ditanam pada tanah
dengan pH di bawah 5,5 maka perakarannya tidak akan menyerap air maupun unsur hara dengan baik, sedangkan pada pH di atas 7,5, tanaman akan sering
mengalami kekurangan unsur P karena mengendap sebagai kapur fosfat dan juga dapat menyebabkan terjadinya klorosis pada daun, akibat dari tidak cukup
tersedianya unsur Fe. Sudiatso 1982 menambahkan bahwa syarat lainnya adalah kedalaman
efektif minimal 50 cm, tekstur sedang sampai berat, struktur baik dan mantap, tidak terdapat lapisan padas, tidak tergenang air, kadar garam kurang dari 1
millimushcm
3
, kadar Cl kurang dari 0,06, serta kadar Na kurang dari 12. Tanah di Pulau Jawa yang banyak ditanami tebu adalah pada tipe tanah Aluvial
sampai Grumosol.
9
2.6. Kandungan Tebu