Prasarana Subsektor perikanan Perkembangan Produksi Subsektor perikanan

Tabel 4.6. Pertumbuhan Subsektor-subsektor pada Sektor Pertanian PDRB Kota Bitung Tahun 2000-2007 Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 1. Pertanian -6,89 4,51 4,74 8,22 6,20 -6,39 0,39 a. Tanaman Bahan Makanan 4,81 4,47 4,21 4,55 0,11 11,32 5,00 b. Perkebunan Rakyat 3,39 5,45 -4,16 3,86 5,44 5,85 6,01 c. Peternakan Hasilnya 2,96 1,79 1,78 8,36 1,50 1,10 3,75 d. Kehutanan 0,32 -0,89 -0,08 0,43 0,67 3,16 0,76 e. P e r i k a n a n -8,35 4,52 5,50 8,71 8,69 -8,20 -0,38

4.4. Prasarana Subsektor perikanan

Sarana dan prasarana subsektor perikanan dimaksudkan untuk meningkatkan produksi perikanan secara optimal dan meningkatkan pendapatan nelayanpetani ikan serta membuka isolasi masyarakat nelayan. Sarana dan prasarana penangkapan di Bitung meliputi tempat pelelangan ikan TPI yang berkedudukan di kelurahan Aertembaga, LPMHP Laboratorium Pengujian Mutu Hasil Perikanan. Pelabuhan perikanan selain pelabuhan yang terintegrasi dengan pelabuhan samudera juga terdapat pelabuhan khusus perikanan yang dermaganya dimiliki dan dikelola langsung oleh perusahaan- perusahaan perikanan. Keberadaan beberapa fasilitas dokgalangan kapal melengkapi aktivitas subsektor perikanan di Bitung dan sangat mendukung usaha perikanan skala besar maupun perikanan rakyat yang umumnya masih tradisional. Semua ini menjadi pelengkap Bitung sebagai kota pelabuhan dengan sarana perhubungan laut yang memadai.

4.5. Perkembangan Produksi Subsektor perikanan

Usaha subsektor perikanan meliputi usaha perikanan laut dan usaha perikanan darat. Dari sisi jenis kegiatannya usaha perikanan laut sendiri mencakup perikanan tangkap dan budidaya. Namun begitu kegiatan budidaya perikanan laut sampai saat ini belum memberikan kontribusi yang berarti bagi subsektor perikanan di Kota Bitung. Sebaliknya kegiatan penangkapan ikan laut sangat dominan sebagai konsekuensi dari banyaknya perusahaan penangkapan dan pengelolaan ikan laut. Ciri khas dari usaha perikanan laut di Kota Bitung yakni kebanyakan diolah di daerah ini juga selain ada beberapa yang ekspor langsung sebagai ikan segar . Sehingga kegiatan penangkapan ikan di Kota Bitung mempunyai dampak pengganda pada sektor lain yang berkaitan langsung dengan kegiatan perikanan laut yakni kegiatan industri pengolahan ikan, industri pembuatan es dan aktivitas kepelabuhan terutama pelabuhan ikan serta perdagangan ekspor. Tabel 4.7. Banyaknya Produksi Perikanan Laut Di Kota Bitung Tahun 2000-2007 Ton Tahun Ikan Binatang Berkulit Keras Binatang Berkulit Lunak Binatang Air Lainnya Jumlah Ton 1 2 3 4 5 6 2000 125.178,9 354,7 281,6 - 125.815,20 2001 125.691,9 662 176,8 - 126.530,70 2002 114.815,7 405,3 268,5 - 115.489,50 2003 116.652,7 4,2 411,1 366 117.434,00 2004 132.198,1 3,8 501,2 340,5 133.043,60 2005 133.042,4 5,4 520,5 356,5 133.924,80 2006 131.838,8 355,1 511,6 1,4 132.706,90 2007 134.355 303,5 613,6 - 135.272,10 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bitung, 2000-2007. Selama kurun waktu 2000-2007 produksi dan nilai produksi perikanan laut di Kota Bitung mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Kalau pada tahun 2000 volume produksi perikanan laut sebesar 125.815,20 ton tabel 4.7 dengan nilai mencapai Rp. 408,56 milyar tabel 4.8, maka pada tahun 2007 volume produksi mencapai Rp. 135.272,10 ton, dengan nilai produksi mencapai Rp. 843,34 milyar. Tabel 4.8 Banyaknya Nilai Produksi Perikanan Laut Di Kota Bitung Tahun 2000–2007 Tahun Produksi Ton Nilai Produksi 000 Rp 1 2 3 2000 125.815,20 408.563.575 2001 126.530,70 467.884.180 2002 115.489,50 864.726.682 2003 117.434,00 550.321.848 2004 133.043,60 685.723.608 2005 133.924,80 706.107.470 2006 132.706,90 498.940.681 2007 135.272,10 843.341.828 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bitung. Ikan-ikan laut yang dihasilkan di Kota Bitung terutama yakni dari jenis ikan Cakalang, Layang dan Tongkol abu-abu seperti ditunjukan pada lampiran 5, produksi ke tiga jenis ikan tersebut pada tahun 2007 mencapai 94.601,4 ton dari 135.272,10 ton produksi seluruh ikan laut di Kota Bitung. Jenis ikan tersebut merupakan jenis ikan yang mudah diperoleh dan mudah di olah menjadi ikan olahan. Kebalikan dari perikanan laut, usaha perikanan darat sangat kurang di Kota Bitung baik untuk budi daya dalam bentuk tambak, kolam, perairan umum, sawah maupun karamba. Hal ini di karenakan terbatasnya lahan sebagai mana karakteristik daerah perkotaan, juga kondisi geografis dimana tanahnya yang berpasir dan sebagian lain bergunung. Tabel 4.9 Banyaknya Produksi Perikanan Darat Di Kota Bitung Tahun 2000-2007 Ton Tahun Perairan Umum Tambak Kolam Karamba Sawah Padi Jumlah Ton 1 2 3 4 5 6 7 2000 - - 55,9 - 15,5 71,4 2001 - - 56,5 - 15,2 71,7 2002 - - 52,3 - 19,9 72,2 2003 - - 21,7 - 17,9 39,6 2004 - - 22,5 - 12,7 35,2 2005 - - 32,5 - 18,6 51,1 2006 - - 36,5 - 22,3 58,8 2007 - 4.9 32.9 - 18.2 56.0 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bitung, 2000-2007. Namun demikian, bukan berarti tidak ada usaha perikanan darat sama sekali, hal ini terlihat dari adanya produksi perikanan darat yang pada tahun 2000 berjumlah 71,4 ton, namun menurun hingga di tahun 2003 hanya mencapai 39,6 ton tabel 4.9 dengan nilai produksi mencapai Rp 349,150 juta tabel 4.10, dan mencapai titik terendah pada tahun 2004 dengan produksi 35,2 ton dengan nilai produksi 267,5 milyar. Dan mengalami peningkatan yang tidak begitu besar pada tahun 2007 mencapai 56,0 ton dengan nilai produksi mencapai 778,800 juta. Usaha perikanan darat di Kota Bitung dilakukan di kolam dan di sawah, dan mulai tahun 2007 mulai dirintis usaha perikanan darat di tambak. Pemerintah Kota Bitung melalui Dinas Perikanan dan Kelautan mulai memberikan perhatian dalam peningkatan produksi perikanan darat dengan mengadakan Pelatihan Budidaya dan Perbenihan di Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan BPPP Kota Bitung di Aertembaga. Tabel 4.10. Nilai Produksi Perikanan Darat di Kota Bitung Tahun 2000–2007 000 Rp Tahun Perairan Umum Tambak Kolam Karambah Sawah Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 2000 - - 579.950 - 197.950 775.450 2001 - - 629.600 - 212.500 842.100 2002 - - 618.500 - 275.500 894.000 2003 - - 190.200 - 158.950 349.150 2004 - - 191.250 - 76.250 267.500 2005 - - 390.000 - 165.900 555.900 2006 - - 450.000 - 105.900 555.900 2007 - 67.200 460.400 - 251.200 778.800 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bitung, 2000-2007. 4.6. Sektor Basis Di Kota Bitung Guna menentukan apakah suatu sektor tergolong basis, salah satu metode yang digunakan yakni metode Location Quotient LQ. Metode LQ menggambarkan tingkat kemampuan sektor tersebut untuk menyumbang terhadap kebutuhan ekonomi regional. Diformulasikan dengan perbandingan antara share sektor di daerah penelitian terhadap share sektor tersebut pada cakupan wilayah yang lebih luas. Dengan kata lain LQ diperoleh dari perbandingan share suatu sektor di Kota Bitung terhadap share sektor tersebut terhadap perekonomian Provinsi Sulawesi Utara. Jika perbandingan menunjukkan angka satu atau lebih berarti sektor tersebut mampu memenuhi kebutuhan akan sektor itu sendiri. Berarti share tersebut di Kota Bitung lebih berarti dibandingkan dengan share sektor tersebut dari daerah lain. Dari tabel 4.11 ditunjukkan bahwa sektor yang menjadi sektor basis di Kota Bitung selama periode 2000 - 2007 adalah sektor dengan nilai LQ 1 yakni sektor Pertanian, Industri Pengolahan, Angkutan dan Komunikasi. Tabel 4.11. LQ Sektor-sektor Ekonomi Kota Bitung Terhadap Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2000-2007 Lapangan Usaha 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1. Pertanian 1,15 1,07 1,07 1,10 1,10 1,09 1,01 1,00 2. Pertambangan dan Penggalian 0,07 0,07 0,08 0,10 0,10 0,11 0,11 0,11 3. Industri 2,37 2,41 2,42 2,38 2,51 2,60 2,68 2,71 4. Listrik. Gas dan Air Minum 0,89 1,01 1,03 1,02 0,98 0,66 0,68 0,63 5. Bangunan 0,94 0,97 0,98 0,97 0,97 0,88 0,90 0,91 6. Perdagangan. Rest dan Hotel 0,43 0,44 0,45 0,45 0,44 0,45 0,46 0,47 7. Angkutan dan Komunikasi 2,00 2,12 2,04 1,94 1,90 1,92 1,93 1,94 8. Bank, Lemkeu dan Jasa Perusahaan 1,01 0,77 0,77 0,76 0,75 0,74 0,75 0,77 9. Jasa-Jasa 0,34 0,35 0,36 0,36 0,35 0,36 0,38 0,40 Dari perhitungan nilai LQ per subsektor pada sektor pertanian menunjukan pola nilai LQ seperti terlihat pada tabel 4.12. Sangat jelas terlihat, subsektor perikanan menunjukkan nilai LQ yang paling tinggi dibandingkan subsektor- subsektor lainnya pada sektor pertanian. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa subsektor perikanan merupakan merupakan subsektor basis selama periode 2000-2007 yang berarti sudah mampu mencukupi bagi kebutuhan perekonomian Kota Bitung, bahkan sudah mampu mengekspor ke luar Kota Bitung dimana nilai LQ dalam periode penelitian tersebut selalu bernilai 1. Tabel 4.12. LQ Location Quotient Subsektor pada Sektor Pertanian di Kota Bitung Terhadap Provinsi Sulawesi Utara tahun 2000-2007 Lapangan Usaha 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1. Pertanian 1,15 1,07 1,07 1,10 1,10 1,09 1,01 1,00 a. Tanaman Bahan Makanan 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,16 0,17 0,17 b. Perkebunan Rakyat 0,18 0,17 0,17 0,17 0,16 0,16 0,17 0,16 c. Peternakan Hasilnya 0,26 0,27 0,27 0,27 0,27 0,24 0,24 0,24 d. Kehutanan 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,08 0,08 e. Perikanan 4,38 4,49 4,50 4,47 4,39 4,30 4,07 3,95

4.7. Kontribusi Subsektor Perikanan Terhadap Peningkatan PDRB Kota Bitung