Penentuan waktu aktif bergerak M. montana Adaptasi di penangkaran dan perilaku adaptasi

3.4 Analisis Data

3.4.1 Penentuan waktu aktif bergerak M. montana

Pengamatan waktu aktif, data dianalisis menggunakan formula sebagai berikut: Persentase katak yang diamati = Jumlah katak yang diamati Jumlah katak keseluruhan x 100 Persentase katak aktif keseluruhan = Jumlah katak aktif Jumlah katak total x 100 Persentase katak aktif diamati = Jumlah katak aktif Jumlah katak diamati x 100 Persentase katak berpindah = Jumlah katak berpindah Jumlah katak keseluruhan x 100

3.4.2 Adaptasi di penangkaran dan perilaku adaptasi

Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Semua data yang didapatkan dianalisis dengan menjelaskan segala yang terjadi di penangkaran. Faktor-faktor yang memengaruhi pola adaptasi selama satu bulan seperti pengelolaan pakan, kandang, kesehatan, perilaku serta kebutuhan lain dari satwa yang ditangkarkan dianalisi, dilengkapi dengan gambar, tabel, kurva atau gafik untuk mempermudah pemahaman mengenai hasil analisis data yang diperoleh. Salah satu faktor yang menetukan keberhasilan adaptasi yaitu adanya pertumbuhan bobot badan dan SVL. Bobot badan dan SVL diukur selama satu bulan dengan interval waktu selama 10 hari sehingga diketahui rata-rata pertumbuhan bobot badan dan SVL Snout Vent lenght per hari dengan rumus : Rata − rata bobot badanSVL = Total Pertambahan bobot badanSVL Waktu hari Perbedaan jumlah pakan yang dikonsumsi katak memberikan pengaruh perbedaan nilai rasio konversi pakan Feed Convertion Rate. Konversi pakan dapat diketahui berdasarkan rumus Siregar et al. 1980, yaitu : Konversi pakan = Jumlah pakan dikonsumsi selama 10 hari g Pertambahan bobot badan selama 10 hari g

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah dan Perkembangan Taman Safari Indonesia TSI

Taman Safari Indonesia TSI mulai dibangun pada tahun 1981 dan selesai pada tahun 1985. Taman Safari Indonesia merupakan perpaduan antara kebun binatang modern dan wisata alam, kawasan ini resmi dibuka untuk umum pada bulan April 1986. Koleksi satwa yang dimiliki saat itu masih tergolong sedikit, hanya sekitar 100 spesies dari jumlah koleksi satwa sebanyak 400 ekor. Taman Safari Indonesia diresmikan pada tanggal 16 Maret 1990 menjadi wisata nasional oleh Menparpostel Alm. Soesilo Soedarman dengan SK Menparpostel Kep.11UIII89 dan ditunjuk sebagai lembaga konservasi exsitu oleh Menteri Kehutanan Republik Indonesia Ir. Hasjrul Harahap, melalui SK.No.709Kpts- II90, tanggal 6 Desember 1990, diperbaharui SK Menhut No. 242Kpts-II1999. TSI juga merupakan pusat penangkaran satwa langka Indonesia SK. Dirjen PHPA No. 2366VI-SekKp 90. Tanggal 20 November 1990. Taman Safari Indonesia TSI mempunyai luas area hingga tahun 2006- 2008 mencapai ± 165 ha. Lokasi Taman Safari Indonesia berada di daerah penyangga Taman Nasional Gunung Gede Pangango, Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. TSI dibangun pada tahun 1980 di atas tanah seluas 138,5 yang merupakan lahan bekas perkebunan teh yang sudah tidak produktif lagi. Batas di sebelah selatan adalah kawasan hutan lindung Gunung Gede Pangango, sebelah barat adalah Citeko, sebelah timur adalah Desa Tugu, dan sebelah utara adalah Desa Cibeureum. Kawasan ini berada pada ketinggian 1.076 – 1.416 mdpl, temperatur rata-rata 18 – 24 C. Berjarak 20 km dari kota Bogor, 78 km dari Ibu Kota Indonesia Jakarta dan 80 km dari Ibu Kota Provinsi Jawa Barat Bandung DPPL 2008.