Komposisi plak Kontrol plak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plak dental 2.1.1 Definisi Akumulasi plak bakteri pada margin gingiva merupakan etiologi utama terjadinya penyakit periodontal. 7 Plak dental didefinisikan sebagai suatu lapisan lunak yang membentuk biofilm yang melekat pada semua permukaan gigi dan permukaan keras termasuk restorasi tetap maupun sementara yang terdapat dalam rongga mulut. 15 Plak dental terbagi atas supragingiva atau subgingiva tergantung posisinya pada permukaan gigi. Plak supragingiva berada pada atau atas margin gingiva, sedangkan plak subgingiva berada di bawah margin gingiva di antara gigi dan jaringan sulkus gingiva. 15

2.1.2 Komposisi plak

Komposisi utama dari plak adalah mikroorganisme. Massa dari 1 gram plak mempunyai sekitar 2 ×10 11 bakteri. Sebaliknya, komposisi lain seperti mikrorganisme yang bukan bakteri juga terdapat dalam komposisi plak. Contohnya, Mycoplasma species, yeast, protozoa dan virus. Selain itu, mikroorganisme yang terdapat dalam matriksinterseluler juga mempunyai sel pejamu seperti sel epitel, makrofag dan leukosit. 15 Matriks interseluler berjumlah sekitar 20 hingga 30 dari massa plak, terdiri dari bahan organik dan inorganik yang berasal dari saliva, cairan krevikular gingiva dan produk bakteri. Bahan organik matriks adalah polisakarida, protein, glikoprotein dan bahan lipid, sedangkan komponen inorganik yang paling dominan dalam plak adalah kalsium dan fosfor. Selain itu, mineral seperti sodium, potasium dan fluorida dapat ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Baik bahan organik maupun bahan inorganik bersumber dari saliva. 15

2.1.3 Pembentukan plak

Proses pembentukan plak dibagi atas tiga tahap: 15 1. Pembentukan pelikel pada permukaan gigi 2. Kolonisasi awal oleh bakteri 3. Kolonisasi sekunder dan pematangan plak

2.1.3.1 Pembentukan pelikel pada permukaan gigi

Pembentukan pelikel dental pada permukaan gigi adalah fase awal dalam pertumbuhan plak. Pada tahap awal, semua permukaan yang terdapat dalam rongga mulut termasuk permukaan jaringan keras seperti gigi dan restorasi cekat atau lepasan akan dilapisi oleh pelikel glikoprotein. Komposisi dari pelikel mirip dengan komponen saliva dan cairan krevikular. 15 Pembentukan pelikel dimulai beberapa saat setelah permukaan yang bersih terpapar ke lingkungan oral. Di sini, terjadi keseimbangan adsorpsi dan desorpsi pada senyawa saliva setelah 90 hingga120 menit. Ketebalan pelikel dipengaruh oleh gayashear pada daerah pembentukan pelikel. 16 Pelikel mempunyai fungsi sebagai pertahanan yang memberikan lubrikasi pada permukaan serta mencegah pengeringan jaringan.Namun, pelikel juga menyediakan permukaan substrat yang menyebabkan perlekatan bakteri pada permukaan terluarnya. Oleh karena itu, akumulasi populasi bakteri semakin bertambah dan seterusnya terbentuk plak pada permukaan itu. 15 Mekanisme perlekatan bakteri pada permukaan pelikel adalah dengan tekanan elektrostatis, tekanan van der Waals dan tekanan hidrofobik. 16

2.1.3.2 Kolonisasi awal bakteri pada permukaan gigi

Tahap kedua dari pembentukan plak adalah kolonisasi awal bakteri pada permukaan gigi. Bakteri bertumbuh dan jumlahnya meningkat dengan cepat dan akan dijumpai pada pelikel gigi. 17 Mula-mula, bakteri aerob gram positif dari kelompok Streptococci, Lactobacilli dan Actinomyces misalnya, Streptococcus sanguinis, Streptococcus mitis dan Streptococcus mutans yang merupakan bakteri awal yang berkolonisasi dan melekat pada permukaan gigi yang berlapisan pelikel. 15,16 Pelikel mempunyai dua permukaan adhesif yaitu permukaan yang melekat pada permukaan gigi dan permukaan untuk menfasilitasi perlekatan bakteri. Bakteri tersebut melekat ke pelikel dengan fimbriae. Fimbriae adalah satu struktur protein fibrous yang ada pada permukaan sel bakteri. Adhesi protein pada fimbriae dapat berikatan dengan proline-rich protein yang ada dalam pelikel untuk menimbulkan perlekatan bakteri ke permukaan gigi pada lapisan pelikel. 15 Selain itu,bakteri yang berkolonisasi awal ini akan melekat pada bacterial extracellular slime dan polisakarida serta dengan permukaan absorpsi tambahan dari protein saliva dan glikoprotein. Oleh karena itu, bakteri gram positif dapat berinteraksi dengan menggunakan glikoprotein saliva sebagai substrat dalam perlekatan melalui aktivitas glikosidase. 16 Massa plak akan menjadi matang apabila kolonisasi bakteri semakin bertambah dan terus-menerus berikatan dengan spesies bakteri yang lain. 15

2.1.3.3 Kolonisasi sekunder dan pematangan plak

Tahap terakhir dari pembentukan plak adalah kolonisasi sekunder dan pematangan plak. Setelah 2-4 hari, terjadi kolonisasi sekunder oleh bakteri gram negatif seperti Prevotella intermedia, Prevotella loescheii, Capnocytophaga spp., Fusobacterium nucleatum, dan Porphyromonas gingivalis yangberperan dalam perkembangan plak. 15,17 Bakteri-bakteri ini akan melekat pada plak bakteri yang telah melekat lebih dahulu pada massa plak. Proses perlekatan yang menimbulkan perlekatan bakteri pengkoloni sekunder ke bakteri pengkoloni awal dinamakan sebagai proses koagregasi. Proses perlekatan tersebut berupa interaksi stereokimia spesifik yang tinggi antara molekul protein dengan karbohidrat pada permukaan sel bakteri, sedangkan untuk interaksi spesifik yang rendah adalah dari interaksi hidrofobik, elektrostatik dan gayavan der Waals. 15 Pembentukan plak terjadi apabila interaksi koagregasi antara bakteri koloni sekunder yaitu spesies gram-negatif dengan bakteri koloni awal seperti spesies gram- positf seperti koagregasi bakteri Fusobacterium nucleatum dengan Streptococcus sanguis, Provotella loescheii dengan Actinomyces visvosus dan Capnocytophaga ochracea dengan Actinomyces viscosus. 15 Pematangan plak terjadi setelah hari ke-4. Bakteri yang dominan adalah Spiral filamentus dan Spirochete sp. 17 Biofilm yang matang menyebabkan bakteri tersebut tertumpuk dalam sulkus periodontal pada waktu jangka panjang. Jadi biofilm yang sudah terbentuk dan tidak disingkirkan akan menyebabkan inflamasi pada daerah margin gingiva. Keadaan inflamasi dapat bertambah berat sehingga mengakibatkan kedalaman sulkus gingiva bertambah dan menyebabkan biofilm meluas ke daerah subgingiva. Plak subgingiva yang didominasi bakteri anaerob gram negatif akan terbentuk yang merupakan kondisi optimum untuk bakteri,misalnyaTanerella forsythis, Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola yang sangat berperan dalam periodontitis. 17 Gambar 1. Bentuk koadhesi bakteri pada plak dental. Gambar ini menunjukkan susunan plak bakteri menurut potensi perlekatan antara jenis bakteri dan komponen dalam pelikel. 7 Lapisan pelikel Adhesin Reseptor Kolonisasi sekunder Kolonisasi primer Permukaan gigi

2.1.4 Kontrol plak

Kontrol plak adalah penyingkiran plak dental secara rutin dan mencegah akumulasi plak pada gigi serta pada permukaan gingiva yang berdekatan. Kontrol plak merupakan bagian yang kritis pada praktis gigi yang memberi keberhasilan dalam pemeliharaan gigi dan periodontal dalam jangka panjang. 15 Kontrol plak dapat dibagi menjadi dua yaitu secara mekanis dan kimiawi. 6 Penyikatan gigi merupakan cara kontrol plak secara mekanis yang paling sederhana dalam praktis higiene oral tetapi hasil dari penyikatan gigi tergantung pada desain sikat gigi, cara individu menyikat gigi dan frekuensi serta durasi menyikat gigi. 18 Penyikatan gigi merupakan metode yang paling sederhana dan efektif dalam menjaga kebersihan rongga mulut. Namun penyikatan gigi hanya dapat membersihkan permukaan gigi sekitar 65. Sehingga mulai banyak penelitian mengenai kontrol plak secara kimiawi untuk menunjang pembersihan plak dental secara mekanis. 7 Penggunaan obat kumur adalah salah satu metode kontrol plak secara kimiawi. Salah satu obat kumur yang ada di pasaran adalahklorheksidin. Obat kumur mempunyai efek dalam penurunan pertumbuhan plak sehingga obat kumur digunakan dalam pengobatan penyakit mulut seperti ulserasi serta gingivitis karena ada efek antimikroba. Selain itu, obat kumur juga dapat digunakan sebagai alat pembersih penunjang kontrol plak secara mekanis setelah pembedahan periodontal agaroral hygiene tetap terjaga. 7 Agen yang terdapat dalam obat kumur dapat diklasifikasi kepada 3 generasi dimana masing-masing berperan dalam penghambatan pembentukan plak bakteri dan pencegahanpematangan plak dengan efektif. 6 Generasi pertama adalah fenol, ion metalik, senyawa Quaternary Ammonium, dan Sanguinare. Fenol Triklosan digunakan sebagai topikal agen antimikroba dengan aksi spektrum yang luas baik untuk bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif. Triklosan bekerja pada membran sitoplasma dan menginduksi kebocoran isi selular yang memicu menyebabkan bakteriolisis dan kematian sel. Triklosan dapat mencegah pembentukan plak dan mengurangkan inflamasi.Ion metalik yaitu ion Zinc dan Copper dapat mengurangkan aktivitas glikolitik dalam bakteri dan dapat memperlambatkan pertumbuhan bakteri.Senyawa Quaternary Ammonium merupakan antiseptik kationik dan agen aktif pada permukaan seperti Benzathonium Chloride, Benzallenium Choride dan Cetylpyredinum dapat melawan organisme gram negatif dengan cara menghancurkan struktur sel dinding bakteri. Sanguinare misalnyaSanguinare chloride sangat efektif dalam melawan bakteri gram positif. 6 Generasi keduameliputiBisbiguanidesdan minyek esensial. Bisbiguanides termasuk Khlorheksidin, Aleksidin, dan Oktenidin mempunyai sifat antiplak baik pada bakteri gram positif dan bakteri gram negatif termasuk bakteri aerob, bakteri anaerob, yeast dan fungi. Bisbiguanides dapat mencegah pembentukan pelikel dengan memblokir golongan asam dalam glikoprotein saliva pada permukaan gigi. Seterusnya ini dapat mencegah absorpsi dari dinding sel bakteri pada permukaan gigi dan juga dapat mencegah perlekatan plak yang matang. Minyak Esensial mempunyai aksi agen penghambat plak yang hanya berlaku kalau adanya kombinasi dari asam fenol dengan minyak esensial Thymol dan Methyl salicylate. 6 Delmopinol termasuk dalam generasi ketigadimana agen ini dapat menghambat pertumbuhan plak dan mengurangi gingivitis. Delmopinol mengganggu pembentukan maktriks plak dan juga mengurangi adhesi dan adheren bakteri agar plak mudah disingkirkan dengan metode mekanis. 6

2.2 Tanaman teratai Nelumbo nucifera

2.2.1 Distribusi

Teratai atau lotus Nelumbo nucifera adalah spesies perenial tumbuhan akuatik yang cantik dengan daun yang hijau terapung di atas permukaan air yang luas terdapat di China, India, Jepang, Korea, Asia Tenggara, Rusia dan Africa. 21,22 Tanaman ini memberi makna fertilitas, kecantikan, kesucian dan kemurnian serta membayangkan sebagai simbol masa lalu, sekarang dan masa depan karena teratai berkembang secara bertahap dari tunas bunga, bunga dan kulitbenih. 20,21

Dokumen yang terkait

Efektivitas Obat Kumur Ekstrak Daun Serai 3% (Cymbopogon Nardus (L.)Rendle) Dalam Menurunkan Akumulasi Plak Pada Mahasiswa Fkg Usu Angkatan 2014

3 88 78

Efektivitas Ekstrak Biji Kopi Robusta (Coffea Canephora) 1,5% Sebagai Obat Kumur Terhadap Akumulasi Plak Mahasiswa Fkg Usu Angkatan 2014

5 73 62

Efektifitas Ekstrak Biji Ketumbar 3% Sebagai Obat Kumur Terhadap Akumulasi Plak Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Usu Angkatan 2011

13 91 69

Pengaruh Obat Kumur Yang Mengandung Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya 5% Terhadap Akumulasi Plak Mahasiswa Angkatan 2009 FKG USU

5 55 68

Efektivitas Penggunaan Obat Kumur Ekstrak Biji Buah Pinang (Areca Catechu L.) 3% Terhadap Akumulasi Plak Pada Mahasiswa Fkg Usu Angkatan 2011

17 54 69

Efektivitas Penggunaan Obat Kumur Ekstrak Biji Buah Pinang (Areca Catechu L.) 3% Terhadap Akumulasi Plak Pada Mahasiswa Fkg Usu Angkatan 2011

0 1 4

EFEKTIVITAS OBAT KUMUR EKSTRAK DAUN SERAI 3 (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) DALAM MENURUNKAN AKUMULASI PLAK PADA MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2014

1 1 15

Efektivitas Ekstrak Daun Teratai (Nelumbo Nucifera) 2% Sebagai Obat Kumur Terhadap Akumulasi Plak Pada Mahasiswa Fkg Usu Angkatan 2011

0 2 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak dental 2.1.1 Definisi - Efektivitas Ekstrak Daun Teratai (Nelumbo Nucifera) 2% Sebagai Obat Kumur Terhadap Akumulasi Plak Pada Mahasiswa Fkg Usu Angkatan 2011

0 2 14

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN TERATAI (NELUMBO NUCIFERA) 2 SEBAGAI OBAT KUMUR TERHADAP AKUMULASI PLAK PADA MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2011

0 0 15