1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu komoditas utama dalam industri pakan dan dimanfaatkan sebesar 5.50 juta tontahun oleh industri pakan di Indonesia untuk
pakan ternak monogastrik. Jagung mempunyai β–caroten xantofie dan
karbohidrat atau pati sebesar 75 yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi utama, terutama dalam ransum unggas, serta jagung tidak mempunyai zat anti
nutrien. Berdasarkan data BPS dan Dirjen Tanaman Pangan 2007 produksi jagung di Indonesia sebesar 13 280 juta ton dengan luas areal panen sebesar 3 619
juta Ha dan produktivitas sebesar 3.67 tonha. Produksi yang tinggi tidak tahan terhadap penyimpanan yang dibutuhkan oleh pabrik pakan.
Penyimpanan pakan bertujuan untuk menjaga dan mempertahankan mutu komoditi yang disimpan dengan cara menghindari, mengurangi ataupun
menghilangkan berbagai faktor yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas komoditi. Batas maksimal total aflatoksin pada jagung adalah 50 ppb sebagai
bahan baku pakan unggas sedangkan kadar air penyimpanan maksimal 14 SNI 1998. Penyimpanan dengan kadar air yang tinggi akan menunjang pertumbuhan
kapang, khususnya Aspergillus flavus dan A. parasiticus, yang akan menghasilkan metabolit sekunder berupa aflatoksin yang dapat mempercepat proses kerusakan
bahan pakan Syarief et al. 2003. Jika masalah ini tidak segera ditangani akan menyebabkan penurunan kualitas fisik dan kimia jagung. Penurunan ini
menyebabkan kerugian yang besar bagi industri pakan dan petani karena jagung tidak dapat digunakan dengan baik dan nilai jualnya akan menurun, lebih jauh lagi
dapat mempengaruhi produktivitas ternak. Alternatif yang diterapkan untuk mempertahankan kualitas jagung pipilan,
khususnya total aflatoksin adalah melalui proses pengeringan dan fermentasi sebelum dilakukan penyimpanan. Untuk mendapatkan hasil fermentasi silase yang
berkualitas perlu ditambahkan bahan aditif untuk mempercepat proses ensilase, misalnya molases dan asam propionat. McDonald et al. 2002 menyatakan bahwa
bahan yang kaya karbohidrat seperti molases, berfungsi sebagai stimulan pada proses fermentasi, sumber energi untuk merangsang perkembangan bakteri asam
laktat yang mempercepat penurunan pH dan mengurangi tingkat ammonia. Pemberian asam propionat efektif terhadap kapang dan menghambat bakteri dan
khamir, dapat menurunkan peningkatan pH, menghambat respirasi biji, sebagai pengawet pada biji–bijian dan mengurangi kerusakkan sebagai akibat dari
manajemen silo Mills and Kung 2002; Kung et al. 2003. Kajian kualitas sifat fisik–kimia jagung pipilan pasca proses pengeringan dan fermentasi dengan
penambahan asam propionat dan molases selama penyimpanan belum pernah
dilaporkan, sehingga kajian tersebut di atas menjadi sangat penting.
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan