melalui pengamatan dan penangkapan terhadap objek melalui rangsangan yang terdapat pada diri individu
25
. b.
Faktor eksternal Sebagai manusia yang bersosialisasi, tentu saja faktor dari luar
akan mempengaruhi proses terbentuknya sikap. Diantaranya: a
Sifat objek, sikap itu sendiri, bagus, atau jelek dan sebagainya b
Kewibawaan c
Sifat orang-orang yang mendukung sifat tersebut d
Media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan sikap e
Situasi pada saat sikap itu dibentuk Dalam buku „Perilaku Sikap: Pengantar Singkat tentang Psikologi’, ada
tiga faktor
26
yang sudah pasti mempengaruhi sikap seseorang, yakni: a.
Kebutuhan seseorang. Kebutuhan seseorang terhadap sesuatu mempengaruhi sikapnya terhadap objek yang ia butuhkan.
b. Informasi tentang subyek maupun obyek yang dimiliki. Jika seseorang
memiliki pengetahuan bahwa benda A merupakan benda yang amat berkualitas dan memiliki ketahanan yang baik, maka ia akan bersikap
positive terhadap benda A tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika
seseorang memiliki pengetahuan bahwa benda A merupakan benda yang benda imitasi dan memiliki ketahanan yang begitu buruk, maka
ia akan bersikap negative terhadap benda tersebut. Informasi dari luar
25
W.A. Gerungan, Psikologi Sosial Bandung: Eresco, 1988 h. 155
26
Frits Kluytmans, Perilaku Sikap: Pengantar Singkat tentang Psikologi Bandung: Reflika Aditama, 2006 h. 107
merupakan pengaruh yang penting terhadap gambaran seseorang mengenai objek tertentu.
c. Kelompok dimana ia tergabung. Seperti yang telah dibahas di atas,
kelompok merupakan faktor terbesar dimana seseorang dapat mempengaruhi sikapnya. Karena kelompok dapat menekankan sikap
yang dimilikinya terhadap seseorang yang tergabung dalam kelompok tersebut.
3. Interaksi Komponen-komponen Sikap
Menurut Oskamp
27
Ada dua komponen yang dipandang secara teoritikal yang terdapat dalam sikap, yakni pandangan komponen tiga
serangkai tri-componential viewpoint dan pandangan netiti berasingan separate entities viewpoint. Komponen-komponen sikap itu terdiri dari
komponen ABC, yakni Afektif, Behaviour dan Cognitif . a.
Afektif komponen emosional Komponen ini merupakan komponen yang termasuk ke dalam
perasaaan atau komponen emosional pada subyek suatu individu sendiri, yakni suatu rasa senang positif atau tidak senang negatif
terhadap suatu objek yang dilihatnya atau diketahuinya. b.
Behaviour tindakan
27
Kamil MD. Idris, Peranan Sikap dalam Gelagat Kepatuhan Zakat Pendapatan Gaji, ANALISIS 9 12 tahun 2002, Artikel Online University Utara Malaysia h. 176
Merupakan sebuah perilaku yang mengikuti perasaaan afektif dari seseorang, perilaku tersebut dapat berupa penghindaran atau
pendekatan terhadap objek. c.
Kognitif penilaian Komponen kognitif ini merupakan komponen keyakinan yang
dimiliki oleh seseorang terhadap objek tertentu
28
. Dengan komponen ini, maka seseorang dapat menyatakan bahwa ia suka maupun tidak
suka, perlu atau tidak, jelek atau buruk, positif baik atau negative buruk terhadap objek tersebut.
Contoh umum yang dapat menggambarkan ke tiga komponen di atas ialah: Andi menyukai affect hewan berbulu seperti hamster karena
menurutnya cognition hamster adalah hewan jinak yang lembut dan lucu, oleh karenanya Andi akan membeli behavior hamster dengan
harga mahal sekalipun.
4. Pengukuran sikap
Untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu, maka diperlukan sebuah pengukuran sikap. Pengukuran sikap ini dilakukan
secara tidak langsung dan penarikan kesimpulan diambil dari tanggapan- tanggapan individu terhadap objek yang dikaji, sehingga kita dapat
menyimpulkan sikap seperti apa yang dimiliki individu tersebut. Ada
28
David Kreckh dkk, Sikap Sosial [social Attitudes] Jakarta: pusat pembinaan dan pengembangan bahasa departemen P K, 1996 h. 07
beberapa metode dalam pengukuran sikap, salah satunya yakni skala sikap.
Skala sikap terdiri dari beberapa pertanyaan atau soal yang nantinya akan ditanggapi oleh individu
29
. Pola tanggapan dari individu tersebut nantinya dijadikan suatu cara untuk menyimpulkan sikapnya.
Sebagai salah satu contoh metode pengukuran sikap yang paling banyak digunakan pada skala sikap yakni skala sikap dari R. Likert
1932 dan skala sikap dari L. L. Thurstone 1934
30
. Ada beberapa cara yang sebenarnya dapat mengukur sikap
31
, diantaranya:
a. Pengukuran sikap secara langsung
Pengukuran sikap secara langsung berarti subyek atau individu yang kita teliti dimintai keterangan langsung mengenai sikapnya
terhadap sesuatu. Pengukuran sikap secara langsung ini terdiri dari dua macam, yakni:
1 Pengukuran sikap secara langsung tak berstruktur
Untuk mengukur sikap dengan metode ini cukup terbilang sederhana, karena peneliti tidak harus mempersiapkannya secara
mendalam untuk mengukur sikap tersebut secara mendalam. Tentunya hasil yang dicaaipun tidak setangguh dengan
29
David Kreckh dkk, 1996 h. 21
30
Sumadi Suryabrata, Pengukuran dalam Psikologi Kepribadian Jakarta: Rajawali Pers, 1987 h. 15
31
Bimo Walgito, Psikologi Sosial: Suatu Pengantar Yogyakarta: ANDI, 2009 h. 156
menggunakan cara pengkuran yang lainya cara ini lebih kepada pengetahuan sementara suatu sikap yang akan diteliti.
2 Pengukuran sikap secara langsung yang berstruktur
Cara pengukuran sikap jenis ini lebih cenderung menggunakan skala pengukuran,terdapat berbagai macam skala
pengukuran yang dapat digunakan, diantaranya sebagai berikut: a
Skala R. Likert Skala Li
kert ialah “skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang
mengenai gejala
atau fenomena
pendidikan”
32
. Ada dua jenis pertanyaan yang terdapat dalam skala likert, yakni bentuk pertanyaan positif untuk mengukur
sikap positif dan bentuk pertanyaan negatif untuk mengukur sikap negatif. Skala likert ini dikenal dengan summated rating,
hal ini disebabkan karena perhitungan nilai atau skor responden pada skala dilakukan dengan menjumlahkan jumlah
tanggapan yang diberikannya
33
. skala likert ini menggunakan pertanyaan dan menyediakan lima alternatif jawaban sebagai
berikut: - sangat setuju
- setuju
32
Djaali dan Pudji Muljono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan Jakarta: Grasindo, 2008 h. 28
33
W.Lawrence Neuman, Metode Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif
Jakarta: PT Indeks, 2013 h. 255