Dinamika Hubungan Komunikasi Interpersonal dengan Keintiman

biasanya menginternalisasi hubungan dengan orangtua dan hal ini akan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain termasuk pasangannya.

E. Dinamika Hubungan Komunikasi Interpersonal dengan Keintiman

terhadap Pasangan pada Dewasa Awal dengan Orangtua Bercerai Keintiman menurut Erikson dalam Kroger, 2001 mengacu pada perasaan saling percaya, terbuka, dan saling berbagi dalam suatu hubungan Keintiman merupakan proses dimana seseorang mengkomunikasikan perasaan- perasaan dan informasi yang penting mengenai dirinya kepada orang lain melalui sebuah proses keterbukaan. Salah satu tugas perkembangan dewasa awal menurut Hurlock 1980 adalah membangun keintiman dengan lawan jenis. Keintiman tersebut dibangun agar dapat mempersiapkan diri untuk memilih pasangan hidup dan membangun rumah tangga. Namun beberapa penelitian menyatakan bahwa individu dengan orangtua bercerai memiliki masalah terhadap keintiman dengan lawan jenis. Terlepas dari berapa pun usia anak saat orangtua bercerai, dampak perceraian orangtua akan semakin tampak ketika individu pada masa dewasa awal mulai membangun hubungan romantis terhadap lawan jenisnya Franklin, dkk dalam Sager, 2009. Penelitian yang dilakukan oleh Bruce, Flora, dan Stacey 2004 menunujukkan bahwa individu yang berasal dari keluarga yang utuh memiliki tingkat keintiman yang lebih tinggi dengan pasangannya daripada individu yang berasal dari keluaraga bercerai. Hal tersebut dapat terjadi karena individu dengan orangtua bercerai memiliki tingkat ketakutan untuk membina hubungan intim yang lebih tinggi dibandingkan individu dari keluarga utuh atau orangtua tidak bercerai. Berdasarkan penelitian tersebut dapat dilihat bahwa ada perbedaan keintiman pada individu dengan orangtua bercerai dan tidak bercerai. Dimana individu dengan orangtua bercerai tidak dapat mengembangkan keintiman layaknya individu dewasa awal pada umumnya. Dampak perceraian orangtua terhadap dewasa awal pada akhirnya menimbulkan kecemasan, ketakutan, perasaan ragu-ragu untuk menikah atau tidak menikah, selektif dalam memilih pasangan, serta keengganan untuk memiliki hubungan dengan lawan jenis. Hal ini terjadi karena individu dengan orangtua bercerai tidak memiliki gambaran mengenai hubungan dengan lawan jenis, mengingat kondisi orangtua yang tidak hidup bersama. Dampak tersebut akhirnya menghambat dewasa awal untuk menyelesaikan tugas perkembangannya, yakni keintiman. Keintiman individu dengan orangtua bercerai terhadap pasangannya memiliki tingkat yang rendah dibandingkan individu dewasa awal lainnya, oleh karena itu dibutuhkan suatu tindakan untuk mengatasi hal tersebut, salah satunya adalah membangun komunikasi interpersonal yang efektif terhadap pasangan. Dalam membangun hubungan yang intim terhadap pasangan diperlukan adanya komunikasi interpersonal agar hubungan dapat terbina dengan baik. Komunikasi interpersonal merupakan bentuk komunikasi yang biasanya dilakukan antara dua individu secara tatap muka yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku lawan komunikasi dengan umpan balik secara langsung. Dalam komunikasi interpersonal terdapat proses transaksi pesan yang bersifat dua arah, dan perhatian masing-masing pihak tidak semata- mata tertuju pada pesan, melainkan juga pada perilaku lawan komunikasi. Komunikasi interpersonal penting dilakukan terhadap pasangan agar masing-masing pasangan dapat mengungkapkan pendapat dan pandangannya secara jelas sehingga pasangan dapat saling memahami. Tanpa adanya komunikasi interpersonal yang baik dan efektif antara pasangan dapat memicu terjadinya kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan munculnya sejumlah permasalahan bagi kedua belah pihak. Komunikasi dibutuhkan untuk menumbuhkan dan memelihara cinta, selain itu juga dibutuhkan untuk mengurangi prasangka, menyelesaikan masalah, mengungkapkan keinginan dan harapan sehingga dapat menimbulkan rasa pengertian dan kepuasan pada masing-masing individu Astuti, 2003. DeVito 1997 menambahkan bahwa komunikasi interpersonal yang baik dan efektif ditandai dengan adanya keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif, dan kesamaan antara kedua belah pihak. Komunikasi interpersonal dirasa penting dilakukan terhadap pasangan karena masing-masing pasangan dapat mengungkapkan pendapat dan pandangannya secara jelas sehingga pasangan dapat saling memahami. Jika komunikasi interpersonal tidak berjalan dengan baik maka sebuah hubungan yang sudah terjalin akan menjadi renggang bahkan dapat menyebabkan hubungan tersebut berakhir. Individu yang mengalami hambatan dalam berkomunikasi akan merasa sulit dan merasa cemas ketika harus melakukan komunikasi interpersonal, sehingga tidak mampu mencerminkan rasa kehangatan, keterbukaan, dan dukungan. Melalui komunikasi interpersonal individu yang sedang membangun hubungan berpacaran akan semakin mengenal dan akrab dengan pasangannya, oleh sebab itu tingkat keintiman yang dimiliki akan semakin meningkat. Komunikasi interpersonal ini mengambil peranan penting bagi individu untuk menyampaikan perasaan-perasaan yang dimilikinya, keinginan untuk berbagi harapan maupun gagasan, keterlibatan dalam aktivitas yang berarti bagi bersama, dan menghabiskan waktu bersama pasangan. Dengan demikian keintiman akan meningkat dengan sendirinya. Keintiman yang meningkat kemudian akan meminimalisir perasaan kecemasan, ragu-ragu, dan ketakutan individu dengan orangtua bercerai untuk menjalin hubungan yang serius dengan lawan jenisnya. Pada akhirnya komunikasi interpersonal yang efektif mampu memberikan pengaruh terhadap keintiman individu yang memiliki orangtua bercerai agar dapat membangun hubungan yang lebih baik dibandingkan apa yang telah dilakukan oleh orangtua mereka.

F. Skema Hubungan Komunikasi Interpersonal dengan Keintiman terhadap