Destinasi Wisata Tourism Destination

3 Karakteristik daerah tujuan wisata, termasuk obyek dan daya tarik wisata. 4 Sifat perjalanan yang meliputi jarak, waktu, dan risiko perjalanan.

2.1.2. Destinasi Wisata Tourism Destination

1. Pengertian destinasi wisata Destinasi merupakan suatu tempat yang dikunjungi dengan waktu yang signifikan selama perjalanan seseorang dibandingkan dengan tempat lain yang dilalui selama perjalanan misalnya daerah transit. Suatu tempat pasti memiliki batas-batas tertentu, baik secara aktual maupun hukum. Menurut Ricardson dan Fluker 2004:48, destinasi wisata didefinisikan sebagai: “A significant place visited on a trip, with some form of actual or perceived boundary. The basic geographic unit for the production of tourism statistics ” Ricardson dan Fluker, 2004:48. Destinasi dapat dibagi menjadi destination area yang oleh WTO didefinisikan sebagai sebagai berikut: “part of destination. A homogenous tourism region or a group of local government administrative regions ” dalam Ricardson dan Fluker, 2004:48. Dalam mendiskusikan destinasi pariwisata, kita juga harus mempertimbangkan istilah region yang didefinisikan sebagai: a. Grouping of countries, usually in a common geographic area. b. An area within a country, usually a tourism destination area. Menurut Kusudianto Pitana Diarta 2009:126, destinsai wisata dapat digolongkan berdasarkan ciri-ciri destinasi tersebut, yaitu sebagai berikut: a. Destinasi sumber daya alam, seperti iklim, pantai, dan hutan. b. Destinasi sumber daya budaya, seperti tempat bersejarah, museum, teater, dan masyarakat lokal. c. Fasilitas rekreasi seperti taman hiburan. d. Event seperti pesta kesenian bali, pesta danau toba, pasar malam. e. Aktivitas spesifik, seperti kasino di genting Highland Malaysia, wisata belanja di Hongkong. f. Daya tarik psikologis, seperti petualangan, perjalanan romantis, keterpencilan. 2. Destinasi sebagai produk wisata Selama wisatawan berada di daerah tujuan wisata destinasi wisata, mereka memerlukan pelayanan akomodasi dan transportasi untuk menjelajahi destinasi tersebut, makan, toko souvenir, dan sesuatu yang akan dilakukan dan akan dilihatnya. Singkatnya, mereka akan mengonsumsi produk. Istilah produk mencakup segala sesuatu yang dibeli atau di konsumsi oleh seorang yang disebut pengunjung atau wisatawan. Menurut UN-WTO dalam Ricardson dan Fluker, 2004:49, produk pariwisata didefinisikan sebagai: “Any good or service purchased by, or consumed by, a person defined as a visitor ”. Sedangkan pelayanan service didefinisikan sebagai “any activity or benefit one party can offer to another that is essentially intangibke and does not result in the ownership of anything. Its production may or not be tied to a physical product ”. Wisatawan membeli produk yang diproduksi khusus untuk mereka seperti souvenir, tetapi kebanyakan bisnis perjalanan dan bisnis pariwisata lainnya menyediakan pelayanan services seperti paket, nasihat, transportasi, akomodasi, tur ke tempat tertentu, dan sebagainya. Sebagaimana terlihat dalam definisi diatas, pelayanan bersifat tak terlihat intangible dan didapat bukan berdasarkan kepemilikan atas sesuatu yang mungkin atau tidak mungkin berhubungan dengan suatu produk tertentu. Sebuah pelayanan services mempunyai empat karakteristik sebagai berikut Ricardson dan fluker, 2004:49: a. Intangibility Karakteristiknya tidak dapat dibaui, didengar, dilihat, dirasakan, dan dicicipi. Walaupun demikian dapat ditunjukkan konsepnya dan menjadi bahan pertimbangan sebelum kita membeli pelayanan pariwisata. Setelah menikmatinya, wisatawan dapat saja memperoleh berbagai memori, setumpuk foto dan sebagainya, tetapi begitu pengalaman tersebut selesai maka pada saat itu juga berakhir dari pelayanan wisata yang dibeli. b. Inseparability Sebuah pelayanan tidak dapat dipisahkan dari pihak yang menyediakannya. Jika penyedia layanan tidak ada maka pelayanan tidak akan bisa diberikan. Meski begitu pelayanan wisata dapat dijual oleh seseorang yang mewakili penyedia jasa layanan, seperti travel agents atau tour operator. c. Variability Sebuah produk layanan atau penyedia layanan pariwisata tidak dapat menstandarisasi output-nya. Bagaimanapun keras usaha sebuah maskapai penerbangan, mereka tidak dapat menjamin akan dapat memberikan khualitas pelayanan yang sama dalam setiap penerbangannya. d. Perishability Pelayanan bersifat tidak dapat simpan. Tempat tidur disebuah hotel yang tidak terjual selama seminggu atau tempat duduk dalam sebuah maskapai penerbangan tidak terjual berarti tidak ada pendapatan dan tidak dapat diapa-apakan lagi. Jika agregat dari aktivitas produktif dan pelayanan ditujukan untuk memnuhi kepuasan dan kebutuhan wisatawan maka akativitas dan pelayanan tersebut disebut sebagai “produk pariwisata total” total tourism product, merupakan kombinasi dari semua elemen pelayanan yang dikonsumsi wisatawan dari saat mereka meninggalkan rumah sampai kembali lagi. Total tourism product didefinisikan sebagai berikut: the combination of all the service elements which a tourist consumes from leaving home to returning ”, Ricardson dan Fluker dalam Pitana dan Diarta, 2009:129. Pada saat dijual, sebelum perjalanan dimulai, produk ini hanya berupa sebuah ide atau sebuah “harapan” yang ada dalam pikiran wisatawan. Sebagian besar dari bagian produk dikonsumsi di daerah atau destinasi apa yang oleh Middleton 1989, dalam Pitana dan Diarta 2009:130 dikenal sebagai: “a bundle of tangible and intangible components besed on activity at a destination. The package is perceived by the tourist as an experience, available at a price”.

2.1.3. Brand