auditor dapat memperoleh pengalaman banyak dalam menangani berbagai masalah audit. Auditor junior sering juga
disebut dengan asisten auditor.
B. Teori Pendukung
a. Teori Atribusi
Teori atribusi berusaha untuk menjelaskan mengapa orang- orang berperilaku dengan cara tertentu Moorhead, 2013: 75.
Perilaku seseorang disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari kekuatan didalam diri
seseorang seperti sifat kepribadian, motivasi, atau kemampuan. Sedangkan faktor eksternal berasal dari kekuataan dalam
lingkungan seseorang seperti tugas yang sulit. b.
Penghentian Prematur atas Prosedur Audit Prosedur audit menurut Jusuf 2001:136 adalah tindakan-
tindakan yang dilakukan atau metode dan teknik yang dipergunakan auditor untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti
audit dimana prosedur audit diterapkan pada data akuntansi ataupun proses untuk mendapatkan dan mengevaluasi informasi.
Prosedur audit yang telah direncanakan harus dilaksanakan auditor agar tujuan audit dapat tercapai melalui pemberiaan opini. Menurut
Mulyadi 2002:86-88 terdapat sepuluh jenis prosedur audit : 1
Inspeksi; merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi fisik sesuatu.
2 Pengamatan
observation
; merupakan prosedur audit yang digunakan oleh auditor untuk melihat atau menyaksikan
pelaksanaan suatu kegiataan. 3
Permintaan keterangan
inquiry
; merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan,
sehingga bukti audit yang dihasilkan berupa bukti lisan dan bukti dokumenter.
4 Konfirmasi;
merupakan bentuk
penyelidikan yang
memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas.
5 Penelusuran
tracing
; auditor
melakukan penelusuran
informasi sejak mula-mula data tersebut direkam pertama kali dalam dokumen, dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan
data tersebut dalam proses akuntansi. 6
Pemeriksaan bukti pendukung
vouching
; merupakan prosedur audit yang meliputi inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang
mendukung dari suatu transaksi atau data keuangan untuk menentukan
kewajaran dan
kebenarannya, dan
membandingkan dokumen tersebut dengan catatatn akuntansi yang berkaitan. Prosedur audit ini berlawanan arah dengan
prosedur penelusuran.
Prosedur ini
bertujuan untuk
memperoleh bukti audit mengenai kebenaran perlakuan akuntansi terhadap transaksi yang terjadi
7 Penghitungan
counting
; prosedur ini meliputi perhitungan fisik terhadap sumber daya berwujud seperti kas atau sediaan
ditangan dan dan pertanggungjawaban semua formulir bernomor urut tercetak.
8
Scanning
; merupakan
review
secara tepat terhadap dokumen, catatan dan daftar untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak
tidak biasa yang memerlukan penyelidikan lebih mendalam. 9
Pelaksanaan ulang
reperforming
; merupakan pengulangan aktivitas yang dilaksanakan oleh klien.
10 Teknik audit berbantuan komputer
computer-assisted audit techniques
; teknik ini digunakan oleh auditor apabila catatan klien diselenggarakan dalam media elektronik dengan
menggunakan berbagai prosedur audit yang dijelaskan diatas. Selain menggunakan prosedur audit yang telah dijelaskan
diatas, auditor dapat menggunakan prosedur lainnya untuk mendapatkan bukti audit. Dalam penelitian ini serangkaian
prosedur yang digunakan adalah prosedur audit yang ditetapkan dalam Standar Profesi Akuntan Publik SPAP yang menurut
Heriningsih 2001 mudah untuk dilakukan praktik penghentian prematur. Prosedur tersebut adalah
1 Pemahaman bisnis dan industri klien PSA No.5 2001.
Pemahaman bisnis klien sangat penting dilakukan sebagai salah satu tahap awal dari proses audit suatu perusahaan. Dengan
memahami binis klien, maka auditor dapat mengidentifikasi dan memahami peristiwa, transaksi, dan praktik yang menurut
pertimbangan auditor berdampak pada kualitas audit yang dihasilkan
2 Pertimbangan pengendalian internal PSA No.69 2001.
Pemahaman tentang pengendalian internal sangat penting bagi auditor dalam merencanakn audit atas laporan keuangan.
pengendalian internal merupakan sesuatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain
entitas, yang di disain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: keandalan
pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, dan lingkup
pengujuan yang akan dilakukan. 3
Internal auditor klien PSA No.33 2001.
Review
kinerja internal auditor klien sangat penting bagi auditor untuk menentukan sifat, saat dan lingkup prosedur audit yang
harus dilaksanakan daam suatu audit atas laporan keuangan. Dengan me
review
kinerja auditor internal maka akan berpengaruh pada prosedur audit berikut ini : 1 prosedur yang
dilaksanakan oleh auditor pasa saat berusaha memahami PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengendalian intern klien, 2 prosedur yang dilaksanakan oleh auditor pada saat menetapkan risiko, 3 prosedur subtantif
yang dilaksanakan oleh auditor. 4
Informasi asersi manajemen PSA No.7 2001. Tujuan audit laporan keuangan yaitu untuk menyatakan
pendapat atas kewajaran laporan keuangan klien dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum. Karena kewajaran laopran keuangan sangat ditentukan oleh integritas berbagai asersi manajemen yang terkandung
dalam laporan keuangan, selain itu asersi manajemen juga penting untuk merancang pengujian subtantif test terhadap
kewajaran saldo-saldo dalam laporan keuangan, maka sangat penting bagi auditor untuk menggunakan asersi manajemen
dalam pengembangan tujuan audit dan dalam perancangan pengujian subtantif
5 Prosedur analitik PSA No.22 2001.
Prosedur analitik yaitu membandingkan laporan keuangan periode berjalan dengan periode yang lalu,
budget
dengan realisasinya serta analisa rasio misalnya: menghitung rasio
liquiditas, reabilitas dan aktivitas baik untuk tahun berjalan maupun tahun lalu, membandingkan dengan rasio industri.
Sehingga prosedur analitik dalam perencanaan audit penting untuk meningkatkan pemahaman auditor atas bisnis klien dan
mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko tertentu yang bersangkutan dengan audit
6 Konfirmasi PSA No.7 2001
Konfirmasi merupakan proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi langsung dari pihak ketika sebagai jawaban atas
permintaan informasi tentang unsur tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan. Proses konfirmasi sangat
penting bagi auditor untuk memperoleh bukti dari pihak ketiga mengenai asersi laporan keuangan yang dibuat oleh
manajemen. Bila prosedur ini tidak dilakukan maka kemungkinan untuk memperolah bukti audit yang memberikan
keyakinan dan keandalan lebih besar dan berasal dari sumber independen diluar entitas tidak diperoleh
7 Representasi manajemen PSA No.17 2001.
Yaitu merupakan surat yang dibuat oleh manajer tertentu dalam organisasi klien atas permintaan auditor, berisi fakta tertentu
mengenai posisi keuangan dan kegiatan perusahaan. Tujuan auditor meminta surat representasi manajemen adalah untuk
menyadarkan manajemen bahwa tanggung jawab atas kewajaran laporan keuangan terletak ditangan manajemen.
8 Pengujian pengendalian teknik berbantuan komputer PSA
No.59 2001. Pengujian ini diperlukan untuk memberikan opini pernyataan
terhadap sistem informasi akuntansi yang terkomputerisasi. Di sini auditor harus menilai apakah sumber daya yang telah
digunakan secara efisien dan ekonomis, semua aktiva telah dilindungi dengan baik, terjamin integritasnya serta terdapat
stuktur pengendalian
intern
yang memadai. Dengan kata lain auditor harus dapat menyatakan apakah sistem informasi yang
terkomputerisasi telah diselenggara dengan efektif dan efisien. 9
Sampling audit PSA No.26 2001. Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap
kurang dari seratus persen unsur dalam suatu akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa
karakteristik transaksi yang ada. Sampling audit digunakan untuk memperoleh pemahaman atas sifat operasi entitas atau,
memperjelas pemahaman atas pengendalian intern entitas, dan juga untuk mengetahui saldo2 akun dan transaksi yang
mungkin mengandung salah saji PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10 Perhitungan fisik PSA No.7 2001.
Prosedur ini diperlukan untuk meyakinkan auditor tentang efektifitas perhitungan fisik kas maupun sediaan dan mengukur
keandalan yang dapat diletakkan dalam representasi klien tentang kuantitas dan knlah fisik kas sediaan.
Penghentian prematur atas prosedur audit Menurut Shapeero et al. 2003 dalam penelitian Wahyudi dkk 2011 diartikan sebagai
suatu praktik ketika auditor mendokumentasikan prosedur audit secara
lengkap tanpa
benar-benar melakukannnya
atau mengabaikan tidak melakukan beberapa prosedur audit yang
diisyaratkan tetapi auditor dapat memberikan opini atas suatu laporan keuangan. Penghentian prematur atas prosedur audit
merupakan bentuk pengurangan kualitas audit, auditor gagal untuk melengkapi langkah program yang dilakukan secara sengaja
Indarto, 2011. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penghentian prematur atas prosedur audit adalah penyimpangan prilaku auditor
yang mengakibatkan pengurangan kualitas audit tetapi auditor tetap memberikan opini atas laporan yang diaudit nya. Tindakan
penghentian prematur atas prosedur audit tejadi karena faktor internal audior dan faktor eksternal auditor.
c. Tekanan Waktu
Tekanan waktu merupakan suatu keadaan dimana auditor mendapatkan tekanan dari kantor akuntan publik tempatnya
bekerja untuk menyelesaikan audit sesuai dengan waktu dan anggaran biaya yang telah ditentukan sebelumnya Wahyudi,
dkk.,2011. Tekanan waktu memiliki dua dimensi Heriningsih, 2001
yaitu tekanan anggaran waktu
time budget pressure
dan tekanan batas waktu
time deadline pressure
. Tekanan anggaran waktu merupakan keadaan dimana auditor dituntut untuk melakukan
efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun, atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat dan tekanan
batas waktu merupakan kondisi dimana auditor dituntut untuk menyelesaikan tugas audit tepat pada waktunya.
Tekanan waktu muncul karena berbagai faktor seperti persaingan
fee
antara Kantor Akuntan Publik, pertimbangan kemampuan laba, dan keterbatasan personil akuntan publik
Herrbach, 2005 dalam Wahyudi, dkk.,2006. Tekanan waktu yang diterima auditor dari KAP bertujuan untuk memaksa auditor
menyelesaikan tugas sesuai dengan anggaran waktu yang telah ditetapkan sehingga dapat mengurangi biaya audit. Tekanan waktu
merupakan suatu tekanan terhadap anggaran waktu yang telah disusun, sehingga dengan adanya tekanan ini akan mengakibatkan
berkurangnya efisiensi dan efektivitas audit, kualitas audit, kepuasaan kerja serta dapat meningkatkan tingkat stress seseorang
Kelly, 1991 dalam Heriningsih, 2002 d.
Risiko Audit Risiko Audit adalah risiko memberikan opini audit yang
tidak tepat atas laporan keuangan yang disalah sajikan secara material Tuanakota, 2014:89.
Risiko audit terdiri atas tiga komponen Jusup, 2001:218- 221 yaitu 1 Risiko bawaan, merupakan kerentanan suatu saldo
rekening atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur
struktur pengendalian intern yang terkait; 2 Risiko pengendalian, merupakan risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat
terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern satuan usaha; 3
Risiko deteksi, merupakan risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi.
Risiko audit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah risiko deteksi. Risiko ini menyatakan suatu ketidakpastian yang dihadapi
auditor dimana kemungkinan bahan bukti yang telah dikumpulkan oleh auditor tidak mampu untuk mendeteksi adanya salah saji yang
material Weningtyas dkk, 2006. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Risiko deteksi memiliki hubungan terbalik dengan jumlah bukti yang dibutuhkan auditor dalam memberikan opini atas
laporan keuangan. ketika auditor menetapkan semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima, maka semakin banyak
jumlah bukti yang dibutuhkan. Dengan demikian semakin rendah risiko deteksi, kemungkinan auditor untuk melakukan penghentian
prematur atas prosedur audit juga semakin rendah. e.
Materialitas Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau
salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau
pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan
terhadap informasi
tersebut, karena
adanya penghilangan
atau salah
saji itu
Mulyadi, 2002:158.
Pertimbangan auditor
mengenai materialitas
merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor
atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan.
Dalam merencakan suatu audit, auditor harus menilai materialitas pada dua tingkat Boynton, 2003:331, yaitu tingkat
laporan keuangan, karena pendapat auditor mengenai kewajaran meluas sampai laporan keuangan secara keseluruhan dan tingkat
saldo akun, karena auditor menguji saldo akun dalam memperoleh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kesimpulan keseluruhan atas kewajaran laporan keuangan. Materialitas laporan keuangan adalah salah saji agregat minimum
dalam laporan keuangan yang cukup penting untuk mencegah laporan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Materialitas saldo akun adalah salah saji minimum yang dapat muncul dalam suatu saldo akun
hingga dianggap mengandung salah saji material. Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan oleh auditor dihubungkan
dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif SA Seksi 312. Pertimbangan kuantitatif
merupakan pertimbangan yang berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah saldo tertentu dan pertimbangan kualitatif
merupakan pertimbangan yang berkaitan dengan penyebab salah saji Heriningsih, 2001 dalam Weningtyas, dkk., 2006.
Saat auditor menetapkan bahwa materialitas yang melekat pada suatu prosedur audit rendah, maka terdapat kecenderungan
bagi auditor untuk mengabaikan prosedur tersebut. Pengabaian ini dilakukan karena auditor beranggapan jika ditemukan salah saji
dari pelaksanaan suatu prosedur audit, nilainya tidaklah material sehingga tidak berpengaruh apapun pada opini audit. Pengabaian
seperti inilah yang menimbulkan praktik penghentian prematur atas prosedur audit Weningtyas dkk.,2006
C. Hasil Penelitian Terdahulu