Ruang Lingkup Perlindungan Hak Cipta
Keaslian suatu karya baik berupa karangan atau ciptaan merupakan suatu esensial dalam perlindungan hukum melalui hak cipta. Istilah hak cipta
sebenarnya berasal dari beberapa negara yang menganut common law, yakni copyright, sedangkan di Eropa, seperti Prancis dikenal
droit d’ aueteur dan di Jerman sebagai Urherberecht. Di Inggris, penggunaan istilah copyright
dikembangkan untuk melindungi penerbit bukan untuk melindungi si pencipta. Namun seiring dengan perkembangan hukum dan teknologi maka perlindungan
diberikan kepada pencipta serta cakupan hak cipta diperluas, tidak hanya mencakup bidang buku tetapi drama, musik, artistic work, dan fotografi.
26
Perkembangan pengaturan hukum hak cipta sejalan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat dewasa ini, bahkan perkembangan perdagangan
internasional, artinya bahwa konsep hak cipta telah sesuai dengan kepentingan masyarakat untuk mmelindungi hak-hak si pencipta berkenaan dengan ciptaannya,
bukan kepada penerbit lagi. Di sisi lain, demi kepentingan perdagangan, pengaturan hak cipta telah menjadi materi penting dalam TRIPs agreement yang
menyatu dalam GATTWTO. Selain itu konsep hak cipta berkembang menjadi keseimbangan antara kepemilikan pribadi natural justice dan kepentingan
masyarakatsosial. Konvensi Berne 1886 tentang International Convention the Protection of Literary and Artistic Work yang telah direvisi beberapa kali
merupakan basis perlindungan hak cipta secara International. Selanjutnya timbul gagasan untuk menciptakan hukum secara universal yang dikenal dengan
26
Endang Purwaningsih, 2005, Perkembangan Hukum Intelectual Property Rights Kajian Hukum terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual dan Kajian Komparatif Hukum
Paten, Katalog Dalam Terbitan KDT, Bogor, h.1.
Universal CopyrightConvention. Indonesia telah meratifikasi Konvensi Berne pada tahun 1977.
Konvensi Berne pada hakikatnya mensyaratkan negara anggotanya untuk melindungi karya-karya yang diantaranya sebagai berikut :
1. Karya tertulis, seperti halnya buku dan laporan
2. Musik
3. Karya drama dan Koreografi
4. Karya arsitektur
5. Karya sinematografi dan video
6. Karya adaptasi, seperti terjemahan dan aransemen musik
7. Koleksikumpulan seperti ensiklopedi
Demikian juga terdapat konvensi yang hanya mengatur satu aspek saja misalnya mengenai hal berikut :
1. Perjanjian mengenai perlindungan penyiaran televisi tahun 1960,
yakni European Agreement on the Protection Television Broadcast. 2.
Konvensi Roma mengenai bidang rekaman tahun 1961, yakni Convention for the Protection of Phonograms Against Unauthorized
Duplication of Their Phonograms. 3.
Konvensi Roma mengenai hak salinan neighbouring right tahun 1961 yakni International Convention Protection for Performers,
Producers of Phonograms and Broadecasting Organizations. 4.
Agreement for the Protection of Type Faces and Their Internasional Deposit Wina Tahun 1973
5. Agreement Relating to the Distribution of Progeamme Carryin
Signal Transmitted by Satellite di Brussel tahun 1974. Dengan selesainya Putaran Uruguay, Indonesia juga telah
meratifikasi TRIPs tahun 1997, yang mengatur perlindungan karya melalui hak cipta adalah sebagai berikut :
1. Semua karya yang dilindungi berdasar Konvensi Berne
2. Program komputer
3. Database
4. Pertunjukan baik langsung maupun rekaman
5. Rekaman suara
6. Siaran-siaran.
27
Seperti halnya jenis-jenis hak yang lainnya dalam lingkungan Hak Kekayaan Intelektual, Hak cipta dianggap sebagai hak kebendaan yang tidak
berwujud yang dapat dialihkan kepada orang lain, baik melalui pewarisan, hibah,
27
Ibid, h.3.
wasiat, maupun perjanjian yang terakhir ini dapat berlangsung dalam bentuk jual beli atau lisensi.
28
Benda menurut paham undang-undang yang dinamakan kebendaan ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak
milik Pasal 499 KUH Perdata. Sementara itu, kebendaan bergerak menurut sifatnya ialah kebendaan yang dapat berpindah atau dipindahkan. Sebaliknya
adalah benda tak bergerakbenda tetap. Hak cipta mengandung pengertian ide dan konsepsi hak milik
. Apabila dibandingkan dengan “hak milik” maka hak cipta hanya berlaku selama hidup si pencipta dan 70 tujuh puluh tahun sesudah ia
meninggal dunia Pasal 58 ayat 2. Hak cipta adalah hak khusus esklusif bagi pencipta, ia dilindungi dalam haknya terhadap siapa saja yang merupakan hak
absolut Pasal 4. Ancaman pidana dalam Pasal 112 pertanda adanya adanya absolut dalam hak cipta.
Hak Cipta dapat disimpulkan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : 1. Hak Cipta adalah Hak Khusus
Dari definisi hak cipta dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 disebutkan bahwa hak cipta adalah hak khusus diartikan sebagai hak
khusus karena hak cipta hanya diberikan kepada pencipta atau pemilik pemegang hak dan orang lain dilarang menggunakan kecuali
atas izin pencipta selaku pemilik hak, atau orang yang menerima hak dari pencipta tersebut pemegang hak dan bahwa orang lain tersebut
dikecualikan dari penggunaan hak tersebut.
2. Hak Cipta Berkaitan dengan Kepentingan Umum Seperti telah dijelaskan bahwa hak cipta merupakan hak khusus yang
istimewa. Tetapi ada batasan-batasan tertentu bahwa hak cipta juga harus memperhatikan kepentingan masyarakat yang juga turut
memanfaatkan ciptaan seseorang. Secara umum hak cipta atas suatu ciptaan tertentu yang dinilai penting demi kepentingan umum dibatasi
penggunaannya sehingga terdapat keseimbangan yang serasi antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat. Contoh seorang
mahasiswa boleh memfotokopi sebagaian halaman dari sebuah buku tanpa seizin pengarangnya selama perbuatan tersebut untuk kegiatan
28
Henry Soelistyo, 2011, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, Rajawali Pers, Jakarta, h.51.
belajarpendidikan yang
bersangkutan dan
tidak untuk
dikomersialkan. 3. Hak Cipta dapat Beralih Maupun Dialihkan
Seperti halnya bentuk-bentuk benda bergerak lainnya hak cipta dapat beralih atau dialihkan baik sebagian maupun keseluruhan. Pasal 16
UUHC Pengalihan dalam hak cipta ini dikenal dengan dua macam cara, yaitu :
a. Transferassignment : merupakan pengalihan hak cipta yang berupa pelepasan hak kepada pihakorang lain, misalnya karena
pewarisan, hibah, wasiat, dan perjanjian jual beli. b. License :merupakan pengalihan hak cipta dari suatu pihak kepada
pihak lain berupa pemberian izinpersetujuan untuk pemanfaatan hak cipta dalam jangka waktu tertentu, misalnya perjanjian lisensi.
4. Hak Cipta Dapat Dibagi atau Diperinci Berdasarkan praktik-praktik pelaksanaan hak cipta dan juga
normaprinciple of specification dalam hak cipta, maka hak cipta dibatasi oleh:
a. Waktu : misalnya lama produksi suatu barang ;
b. Jumlah : jumlah produksi barang pertahunnya ;
c. Geografis, contohnya sampul bertuliskan “for sale in Indonesia
Only ”.
29
Dalam hak cipta berisikan hak ekonomi economi right dan hak moral moral right. Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas
ciptaan serta produk Hak terkait. Sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan
apa pun. Walaupun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan. Dari pengertian tersebut jelas bahwa hak ekonomi dari hak cipta dapat beralih atau dialihkan
kepada orang lain oleh pencipta. Sedangkan hak moral tidak demikian, hak moral ini tetap mengikuti dan melekat pada diri pencipta walaupun hak ekonomi dari
hak cipta tersebut telah beralih atau dialihkan kepada orang lain. Dengan
29
Suyud Margono dan Angkasa Amir, 2002, Komersialisasi Aset Intelektual Aspek Hukum Bisnis, Gramedia, Jakarta, h.19.
demikian yang dapat beralih atau dialihkan itu hanyalah hak ekonomi saja dari hak cipta, sementara hak moralnya tidak dapat dipisahkan dari penciptanya.
30
Hak ekonomi dalam suatu karya cipta adalah berbagai bentuk hak yang dapat dieksploitasi secara ekonomi dan secara gambalang dapat dikatakan bahwa
hak ekonomi merupakan hak yang dapat dipisahkan dari penciptanya, sedangkan hak moral berbeda dengan hak ekonomi, yakni merupakan hak yang tidak dapat
dipisahkan dan terus melekat secara substansial kepada penciptanya. Hak moral ini tetap berlaku sekalipun hak ekonomi atas suatu karya cipta sudah dialihkan
oleh penciptanya kepada pihak lain. Sesuai dengan sifat manunggal hak cipta dengan penciptanya, dari segi
morality seseorang atau badan hukum tidak diperkenankan untuk melakukan perubahan terhadap sesuatu hasil karya cipta, baik itu mengenai judul, isi, hal
demikian dapat dilakukan apabila mendapat izin dari pencipta atau ahli warisnya jika meninggal dunia. Dengan demikian, pencipta atau ahli warisnya saja yang
mempunyai hak untuk mengadakan hak untuk mengadakan perubahan pada ciptaannya untuk disesuaikan dengan perkembangan. Namun jika pencipta tidak
dapat melaksanakan sendiri penyesuaian karya ciptanya dengan perkembangan, hal itu dapat dialihkan kepada pihak lain dengan izin penciptanya untuk
melaksanankan pengerjaannya. Dalam kaitannya dengan hak moral ini. Pasal 5 UUHC menyatakan :
1 Hak moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri Pencipta untuk :
a. Tetap mencatumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;
30
Rachmadi Usman, op.cit. h.112.
b. Menggunakan nama aliasnya atau samarannya; c. Mengubah Ciptannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;
d. Mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan e. Mempertahankan haknya dalam hal terjadi disortasi Ciptaan,
mutilasi Ciptaan,modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya.
2 Hak moral sebagaiman dimaksud ayat 1 tidak dapat dialihkan selama pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat
dialihkan dengan wasiat atau sebab lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan setelah Pencipta meniggal dunia.
3 Dalam hal terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral sebagaimana dimaksud pada ayat 2, penerima dapat melepaskan atau menolak
pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau penolakan pelaksanaan hak tersebut dinyatakan secara tertulis.
Dalam penjelasan pasal 5 yang dimaksud dengan “distorsi Ciptaan” adalah tindakan pemutarbalikan suatu fakta atau identitas Ciptaan. Yang dimaksud
dengan “mutilasi Ciptaan“ adalah proses atau tindakan menghilangkan sebagai Ciptaan.Yang dimaksud dengan “modifikasi Ciptaan” adalah pengubahan atas
Ciptaan. Pembatasan terhadap hak cipta berdasarkan Pasal 43 sampai Pasal 51 UU
Hak Cipta. Fungsi sosial hak cipta secara efektif akan lebih mudah dilaksanakan melalui mekanisme pelinsensian wajib, daripada mekanisme sebelumnya. Hal itu
tidak dilakukan sendiri oleh Negara melainkan untuk perseorangan. Dengan perlisensian wajib tersebut tidak memberi kesan bahwa Negara memberikan
kesempatan kepada warganya untuk melakukan kegiatan yang sebenarnya merupakan pelanggaran terhadap hak cipta.
Objek dalam hak cipta merupakan ciptaan yang dilindungi dalam hak cipta berdasarkan Pasal 40 UU Hak Cipta :
1 Ciptaan yang dilindungi meliputi ciptaan dalam bidang ilmu
pengetahuan, seni dan sastra terdiri atas :
a. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan dan semua
hasil karya tulis lainnya;
b. Cermah, kuliah, pidato dan ciptaan sejenis lainnya; c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan; d. Lagu dan atau music dengan atau tanpa teks;
e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan dan pantomim;
f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan , gambar,
ukiran kaligrafi, seni pahat, patungm atau kolase; g. Karya seni terapan
h. Karya arsitektur i.
Peta j.
Karya seni batik atau motif lain; k. Karya fotografi;
l. Potret
m. Karya sinemotografi n. Terjemahan, adapatasi aransemen, transformasi atau modifikasi
ekspresi budaya tradisional o. Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat
dibaca dengan program komputer maupun media lainnya; p. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli; r. Permainan video dan;
s. Program komputer.
Perlindungan hukum terhadap hak cipta ada beberapa pertimbangan digantinya Undang-Undang 19 Tahun 2002 menjadi Undang-undang Nomor 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang kini berlaku sebagai berikut : -
Indonesia memiliki keanekaragaman etnissuku bangsa dan budaya serta kekayaan di bidang seni dan sastra dengan pengembangan-
pengembangannya yang memerlukan perlindungan hak cipta terhadap kekayaan intelektual yang lahir keanekaragaman tersebut.
- Indonesia telah menjadi anggota berbagai konvensiperjanjian
Internasional di bidang hak kekayaan intelektual pada umumnya dan
hak cipta pada khususnya yang memerlukan sistem hukum nasionalnya.
- Perkembangan di dunia perdagangan, industri dan investasi telah
sedemikian pesat sehingga memerlukan peningkatan perlindungan bagi pencipta dan pemilik hak terkait dengan memperhatikan
kepentingan masyarakat luas. Perlindungan hukum terhadap hak cipta menurut UU Hak Cipta selain
bersifat administratif juga bersifat perdata dan pidana. Dimuatnya hak-hak pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengajukan gugatan perdata ke
pengadilan niaga dan apa yang dapat dimintakan dalam gugatan petitum merupakan wujud perlindungan hukum bagi pencipta atau pemegang hak cipta
dari pelanggaran-pelanggaran yang bersifat perdata terhadap hak cipta. Meskipun tanpa pengaturan secara khusus, gugatan semacam itu dapat diajukan ke
pengadilan negeri dengan menggunakan alasan Pasal 1365 BW. Namun karena kini telah ditentukan secara khusus maka sengketa perdata mengenai hak cipta
berdasarkan hukum hak cipta berdasarkan hukum hak cipta menjadi kewenangan pengadilan niaga semata.
31
Adapun hasil karya cipta yang tidak dilindungi oleh hak cipta berdasarkan Pasal 41 UU Hak Cipta :
Hasil karya yang tidak dilindungi hak cipta melindungi : a.
Hasil karya yang belum diwujudkan dalam bentuk nyata; b.
Setiap ide, prosedur, sistem, metode, konsep, prinsip, temuan atau data walaupun telah diungkapkan, dinyatakan , digambarkan,
dijelaskan atau digabungkan dalam sebuh ciptaan dan;
31
Adami Chazaawi, 2007, Tindak Pidana Hak Atas Kekayaan Intelektualitas, Bayumedia, Malang, h. 14.
c. Alat , benda atau produk yang diciptakan hanya untuk menyelesaikan
masalah teknis atau bentuknya hanya ditunjukkan untuk kebutuhan fungsional.
Pasal 42 UU HC 2014 : Tidak ada Hak Cipta atas hasil karya berupa :
a. Hasil rapat terbuka lembaga negara;
b. Peraturan perundang-undangan;
c. Pidato kenegaraan atau pidato penjabatan pemerintah;
d. Putusan pengadilan atau penetapan hakim, dan
e. Kitab suci atau symbol keagamaan
Dalam Pasal 43 UUHC dinyatakan : Perbuatan yang tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Ciptameliputi :
a. Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi dan atau Penggandaan
lambang negara dan lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli; b.
Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi dan atau Penggadaan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh atau atas nama Pemerintahan,
Kecuali dinyatakan dilindungi oleh peraturan perundang-undangan, pernyatan pada Ciptaan tersebut atau ketika terhadap Ciptaan tersebut
dilakukan
Pengumuman, Pendistribusian,
Komunikasi dan
penggadaan; c.
Pengambilan berita aktual, baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor berita, Lembaga Penyiaran dan surat kabar atau sumber sejenis
lainnya dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap ; atau
d. Pembuatan dan penyebarluasan konten Hak cipta melalui media
teknologi informasi dan komunikasi yang bersifat tidak komersial dan atau menguntungkan pencipta atau pihak terkait atau pencipta tersebut
menyatakan tidak keberatan atas pemabuatan dan penyebarluasan tersebut;
e. Penggandaan, Pengumuman, danatau Pendistribusian Potret presiden,
Wakil Presiden, mantan Wakil Presiden, Pahlawan Nasional, pimpinan lembaga Negara, Pimpinan kementrianlembaga pemerintah
non kementrian,dan atau kepala daerah dengan memperhatikan martabat dan kewajaran sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 44 1
Penggunaan, pengambilan, penggandaan, dan atau pengubah suatu ciptaan dan atau produk Hak Terkait secara keseluruhan atau
sebagian yang substansial tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta jika sumbernya disebutkan atau dicantumkan secara lengkap
untuk keperluan : a.
Pendidikan, penelitian penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan
merugikan kepentingan yang wajar dan Pencipta atau Pemegang Hak cipta;
b. Keamanan serta penyelenggaran, pemerintah, legislatif, dan
peradilan; c.
Ceramah yang hanya untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan atau;
d. Pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran
dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dan Pencipta.
2 Fasilitasi akses atau suatu Ciptaan atau peyandangan tuna netra,
Penyandang kerusakan penglihatan atau keterbatasan dalam membaca dan atas penggunaan huruf braile, bukan audio atau saran
lainnya, tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak cipta jika sumbernya disebutkan atau dicantumkan secara lengkap, kecuali
bersifat komersial.
3 Dalam hal Ciptaan berupa karya arsitektur pengubahan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak cipta jika dilakukan berdasarkan pertimbangan
pelaksanaan teknis.
Ketentuan lebih lanjut mengenai fasilitas akses terahadap Ciptaan bagi penyandang tuna netra, penyandang kerusakan penglihatan dan keterbatasan
dalam membaca dan menggunakan huruf Braille, buku audio atau saran lainnya sebagaimana buku audio, atau sarana lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat 2
diatur dengan Peraturan Pemerintah.