penyediaan bahan pokok, terutama pada tingkat konsumen. Peran Bulog tersebut dikembangkan lagi dengan ditambah mengendalikan harga
produsen melalui instrumen harga dasar untuk melindungi petani padi. Dalam perkembangan selanjutnya, Sebelum tahun 1998, tugas yang
diberikan kepada Bulog ditujukan untuk mengendalikan harga produsen dan menjaga stabilitas harga beras konsumen, serta menyediakan stok
beras antar waktu dan antar daerah untuk keperluan penyaluran rutin dan cadangan pemerintah untuk keperluan darurat atau keperluan lainnya.
Bobot pengendalian harga produsen dan harga konsumen seimbang.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
Deskripsi hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang data-
data serta perkembangan Impor Beras di Jawa Timur sehingga dapat
mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi terhadap perkembangan Impor Beras, Jumlah penduduk, Pendapatan Perkapita, Produksi Beras,
Harga Beras Lokal, dan Kurs Valas di Jawa Timur.
4.2.1. Perkembangan Impor Beras Perkembangan Impor Beras di Jawa Timur selama 15 tahun
1994-2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2 : Perkembangan Impor Beras di Jawa Timur Tahun 1994-2008
Tahun Impor Beras
Ton Perkembangan
1994 216.575 -
1995 330.676
52,68 1996
352.600 6,63
1997 224.420
- 36,35 1998
270.605 20,57
1999 381.199
40,86 2000
227.540 - 40,30
2001 201.387
- 11,49 2002
225.314 11,88
2003 87.420
- 61,20 2004
35.676 - 59,19
2005 20.865
- 41,51 2006
21.721 4,10
2007 20.591
- 5,20 2008
19.925 - 3,23
Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur diolah .
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa perkembangan Impor Beras di Jawa Timur selama 15 tahun 1994-2008 cenderung
mengalami fluktuasi. Penurunan tertinggi Impor Beras di Jawa Timur terjadi pada tahun
2003 sebesar -61,20 . Hal ini disebabkan karena salah satu program pemerintah untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia salah
satunya adalah dengan menerapkan panca usaha tani. Kenaikan tertinggi Impor Beras di Jawa Timur terjadi pada tahun
1995 sebesar 52,68 . Hal ini disebabkan karena penyerahan kebijakan perberasan ke mekanisme pasar akan mengancam petani domestik sebab
mereka belum siap berkompetisi dengan petani luar negeri yang
mempunyai luas lahan pertanian lebih luas serta didukung oleh teknologi yang lebih modern canggih dibandingkan dengan petani Indonesia yang
sebagian besar petani gurem dan cara bercocok tanam masih bersifat subsistem
.
4.2.2. Perkembangan Jumlah Penduduk
Perkembangan Jumlah Penduduk di Jawa Timur selama 15 tahun 1994-2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3 : Perkembangan Jumlah Penduduk di Jawa Timur Tahun 1994-2008
Tahun Jumlah Penduduk
Jiwa Perkembangan
1994 32.458.968 -
1995 32.655.151 0,60
1996 33.089.936 1,33
1997 33.257.524 0,50
1998 33.447.470 0,57
1999 33.654.521 0,61
2000 34.000.671 1,02
2001 35.633.395 4,80
2002 35.930.460 0,83
2003 36.199.078 0,74
2004 36.535.527 0,92
2005 36.925.527 1,06
2006 37.021.171 0,25
2007 37.157.215 0,36
2008 37.981.625 2,21
Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur diolah .
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa perkembangan Jumlah Penduduk di Jawa Timur selama 15 tahun 1994-2008 cenderung
mengalami fluktuasi.
Penurunan tertinggi Jumlah Penduduk di Jawa Timur terjadi pada tahun 2006 sebesar 0,25 . Hal ini disebabkan karena pemerintah
menerapkan program Keluarga Berencana KB supaya untuk membatasi angka kelahiran yang semakin meningkat tiap tahunnya.
Kenaikan tertinggi Jumlah Penduduk di Jawa Timur terjadi pada tahun 2001 sebesar 4,80 . Hal ini disebabkan karena adanya
transmigrasi besar-besaran yang dilakukan penduduk untuk menetap ke wilayah provinsi Jawa Timur karena memiliki potensi alam yang baik
serta strategis
4.2.3. Perkembangan Pendapatan Perkapita