10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Fisika
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pemahaman seorang pendidik terhadap pengertian
pembelajaran akan sangat mempengaruhi cara pendidik itu mengajar. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi pendidik dan peserta didik yang saling bertukar informasi. Kamus Besar Bahasa Indonesia
mendefinisikan kata pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan
pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Menurut Ahmad Susanto 2013:19, kata atau istilah pembelajaran dan penggunaannya masih tergolong baru, yang mulai populer semenjak lahirnya
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Menurut undang-undang ini, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
11 Menurut pengertian ini, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan peserta didik.
Muhammad Thobroni Arif Mustofa 2011:19 berpendapat pembelajaran membutuhkan sebuah proses pengingatan informasi yang kemudian disimpan
dalam memori dan organisasi kognitif. Menurut Paul Suparno 2007:2, unsur yang terpenting dalam pembelajaran
yang baik adalah 1 peserta didik yang belajar, 2 pendidik yang mengajar, 3 bahan pelajaran, dan 4 hubungan antara pendidik dan peserta didik. Dalam
belajar Fisika yang terpenting adalah peserta didik yang aktif belajar Fisika. Menurut Mundilarto 2012:3, Fisika bersama-sama dengan Biologi,
Kimia, serta Astronomi tercakup dalam kelompok ilmu-ilmu alam natural sciences atau secara singkat disebut science. Dalam bahasa Indonesia istilah
science ini diterjemahkan menjadi sains atau ilmu pengetahuan alam IPA. Menurut Jacobson dan Bergman Ahmad Susanto, 2013: 170, IPA
memiliki karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya, meliputi: a. IPA adalah kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori.
b. Proses Ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mengamati fenomena alam, termasuk penerapannya.
c. Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam mengungkap rahasia alam.
12
d. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau beberapa saja.
e. Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan bersifat objektif. Menurut uraian hakikat IPA diatas, dapat dipahami bahwa pembelajaran
sains merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah peserta didik terhadap konsep-konsep
IPA. Menurut Supriyadi dalam skripsi Satria Yudha Prawira 2014:8, munculnya konsep sains selalu didahului dengan masalah yang disertai dengan
rasa ingin tahu atau kemauan untuk menyelesaikan masalah. Adanya masalah yang selalu ingin dijawab secara pengalaman atau secara teoritis masih
berwujud hipotesis. Untuk mendapat jawaban yang jelas dilakukan eksperimen agar dapat dianalisis untuk mendapatkan jawaban yang tetap yang berwujud
teori, hukum, prinsip, konsep, atau dimungkinkan juga muncul masalah baru. Menurut Wosparik Mundilarto, 2012: 3,
“Fisika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam IPA yang pada dasarnya bertujuan
untuk mempelajari dan memberi pemahaman baik secara kualitatif maupun kuantitatif tentang berbagai gejala atau proses alam dan sifat zat
serta penerapannya. Pembelajaran sains termasuk fisika, lebih menekankan
pada pemberian
pengalaman langsung
untuk mengembangkan kompetansi, agar peserta didik mampu menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara alamiah. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendasar tentang alam
sekitar”.
Menurut Supriyono Koes H 2003:3 salah satu kunci untuk pembelajaran fisika adalah pembelajaran harus melibatkan peserta didik secara aktif untuk
13 berinteraksi dengan objek konkret. Disamping itu, pembelajaran dengan
pengembangan pengalaman langsung dari kondisi nyata akan menghasilkan pengetahuan yang mudah diingat dan bertahan lama. Dengan demikian,
diharapkan pembelajaran fisika akan lebih bermakna. Menurut Supriyono Koes H 2003:11, untuk memahami fisika sebagai cara berpikir dan bekerja yang
setara dengan kumpulan pengetahuan, diperlukan pembelajaran fisika yang menekankan proses berpikir dan aktivitas-aktivitas fisikawan.
Dalam pembelajaran fisika, hendaknya membawa peserta didik untuk dapat melakukan olah pikir minds on sekaligus olah tangan hands on. Oleh karena
itu, proses belajar mengajar yang tepat untuk tujuan ini bukanlah proses pembelajaran konvensional yang hanya dapat mengembangkan olah pikir
peserta didik minds on, melainkan proses pembelajaran mengenai kegiatan praktik Zuhdan Kun Prasetyo, dkk, 2004:1.27.
Dalam pembelajaran fisika dan sains kegiatan praktik memiliki peranan penting. Menurut Head Zuhdan Kun Prasetyo, dkk, 2004:1.28, menyatakan
dalam pembelajaran fisika dan sains terdapat 3 hal yang mendukung pentingnya kegiatan praktik yaitu 1 memotivasi peserta didik dalam belajar; 2
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan sejumlah keterampilan; 3 meningkatkan kualitas belajar peserta didik.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan pembelajaran fisika adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar yang lebih menekankan pada pemberian
14
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi, agar peserta didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah.
2. Penilaian Tugas Unjuk Kerja Performance Task Assessment