KESIMPULAN Migrasi Orang-Orang Madura Ke Jawa Timur Tahun 1870-1930.

merupakan bukit-bukit yang lebih rendah, lebih kasar, dan lebih bulat daripada bukit-bukit di Jawa dan letaknya pun lebih bergabung. Pantai utara yang berada di perpanjangan pegunungan bagian utara Jawa, di mana Kabupaten Rembang dan Kabupaten Bojonegoro itu terletak, terdiri dari punggung kapur yang rendah dan terpotong secara teratur oleh lembah-lembah sungai. Deretan bukit yang terletak di tengah-tengah dan di selatan pulau, membentuk kaki-kaki gunung dari pegunungan Kendeng yang terletak lebih ke selatan. Dari punggung pantai utara dan tanah yang berbukit di bagian tengah, di sana-sini memisahkan punggung-punggung bukit pendek kearah tenggara. Bukit- bukit disebelah timur dan disebelah tenggara Madura dilanjutkan dalam bentuk pulau-pulau dan karang-karang di laut. Pada umumnya bukit-bukit di pedalaman itu lebih tinggi daripada bukit-bukit disepanjang pantai. Bukit-bukit di bagian timur jelas lebih tinggi letaknya di atas permukaan laut dari pada di bagian barat Madura. Puncak tertinggi di bagian timur Madura adalah Gunung Gadu 341 m, Gunung Merangan 398 m, dan Gunung Tembuku 471 m. Sebagian besar Madura terdiri dari formasi-formasi batu sudut tersier, yang di beberapa tempat di sepanjang pantai terendap dengan jalur-jalur alluvial. Langsung disebelah selatan bukit-bukit kapur yang rusak karena cuaca di pedalaman terdapat tanah liat bercampur kapur yang disela oleh tanah yang mengandung gips. Pulau ini tidak memiliki banyak hutan. Kurang lebih enam persen dari tanahnya merupakan daerah hutan. Pada waktu pembuatan topografi yang pertama pada tahun 1873 di Madura, luas hutannya masih berkisar tiga belas persen. Seharusnya sebagian besar pulau itu pada zaman dahulu merupakan daerah hutan. Pertambahan penduduk yang besar awal abad ke-19 telah membuat areal hutan itu menjadi sangat berkurang, semakin banyak lahan hutan yang terus menerus dibuka, walaupun kenyataannya penghidupan para penghuni pulau itu sebagian besar tergantung pada hutan. Disamping bahan makanan untuk mereka sendiri dan ternak, kayu sebagai alat bangunan untuk perumahan, perahu dan peralatan, serta kayu bakar untuk menanak makanan diambil dari hutan-hutan itu. Juga pengolahan barang-barang untuk diekspor seperti ikan pindang, gula siwalan, dan arang menggunakan kayu dalam jumlah yang besar. Tabel 1 Persediaan Bahan Makanan Rakyat Rata-Rata 1 TahunJiwa dalam kg di Madura 1919-1940 Bahan Tahun makanan 1919 1920 1925 1930 1935 1940 Beras Jagung Ketela Ubi Kacang tanah Kedelai 102 29 71 25 3,7 4,3 86 44 160 42 4,9 3,7 86 40 142 25 2,6 4,2 89 45 116 26 3, 4,9 85 42 132 30 2,3 4,9 87 37 159 32 2,7 5,9 Sumber: Soedigdo Hardjosudarmo, Kebijaksanaan Transmigrasi: Dalam Rangka Pembangunan Masyarakat Desa di Indonesia, Jakarta: Bharatara, 1965, hlm. 84. Keadaan fisik Pulau Madura kurang menguntungkan untuk usaha pertanian. Sebagian besar tanahnya terdiri dari tanah kapur, yang terbentuk pada jaman pleistosen, yang umumnya kurang subur untuk pertanian. Disamping itu 18,20 atau kira-kira 99,650 hektar, merupakan tanah gundul dalam keadaan fisis tehnis kritis dan hydrologis kritis. Curah hujan rata-rata di Madura hanya