2.3.2 Senyawa Metabolit Sekunder
Proses-proses kimia jenis lain terjadi hanya pada spesies tertentu sehingga memberikan produk yang berlainan, sesuai dengan spesiesnya. Reaksi yang demikian
nampaknya tidak merupakan proses yang terpenting bagi eksistensi dari suatu organisme, karena itu disebut proses metabolisme sekunder. Produk-produk
metabolisme sekunder, serupa dengan yang semula disebut sebagai produk alami oleh para ahli kimia organik Manitto, 1981.
Senyawa kimia bermolekul besar merupakan bagian utama dalam organ tanaman kering. Senyawa bermolekul besar ini berfungsi sebagai pembentuk struktur
tanaman selulosa, kitin, lignin dan pektin, sebagai cadangan makanan amilum, protein, lipoprotein atau untuk memenuhi fungsi metabolisme penting lainnya
protein dan enzim. Senyawa kimia dari tanaman yang berbeda-beda dapat disari dengan pelarut umum; berupa senyawa kimia tanaman dengan molekul kecil. Di
antara senyawa kimia tanaman bermolekul kecil ini terdapat sekelompok senyawa kimia yang banyak dijumpai dalam semua tanaman; dan kelompok senyawa kimia
yang khas untuk tanaman tertentu. Senyawa kimia molekul kecil dari kelompok yang disebut terakhir dengan penyebaran terbatas; selanjutnya kelompok ini disebut sebagai
metabolit sekunder. Berikut ini beberapa penggolongan metabolit sekunder ; minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, tanin, resin, glikosida, kumarin, terpenoid dan steroid
Midian, 2007.
Metabolit sekunder meskipun tidak sangat penting bagi eksistensi suatu individu, sering berperan pada kelangsungan hidup suatu spesies dalam perjuangan
menghadapi spesies-spesies lain. Misalnya: zat kimia untuk pertahanan, penarik seks dan feromon Manitto, 1981.
2.4 Senyawa Flavonoida
Universitas Sumatera Utara
Senyawa flavonoida adalah senyawa-senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari dua cincin benzena yang dihubungkan menjadi satu oleh
rantai linear yang terdiri dari tiga atom karbon. Kerangka ini dapat ditulis sebagai C
6
- C
3
-C
6
. Jadi senyawa flavonoida adalah senyawa 1,3 diarilpropana, senyawa isoflavonoida adalah senyawa 1,2 biarilpropana, sedang senyawa-senyawa
neoflavonoida adalah senyawa 1,1 diarilpropana Manitto, 1992.
Senyawa flavonoid diturunkan dari unit C
6
– C
3
fenilpropana yang bersumber dari asam sikimat via fenilalanin dan unit C
6
yang diturunkan dari jalur poliketida. Fragmen poliketida ini disusun dari tiga molekul malonil-KoA, yang
bergabung dengan unit C
6
– C
3
sebagai KoA tioester untuk membentuk unit awal triketida. Oleh karena itu, flavonoid yang berasal dari biosintesis gabungan terdiri atas
unit-unit yang diturunkan dari asam sikimat dan jalur poliketida.
Unit awal triketida mengalami siklisasi oleh enzim kalkon sintase untuk membentuk gugus kalkon pada flavonoid. Kemudian terjadi siklisasi untuk
menghasilkan cincin piranon yang mengandung inti flavanon, yang dapat memiliki ikatan C
2
– C
3
teroksidasi tak jenuh untuk menghasilkan gugus flavon, atau dihidroksilasi pada posisi C3 cincin piranon untuk menghasilkan gugus flavanol pada
flavonoid. Flavanol ini selanjutnya dioksidasi untuk menghasilkan antosianin, yang memberikan warna biru terang pada bunga dan anggur merah gelap Heinrich, 2005.
Adapun struktur dari flavonoida adalah struktur yang mempunyai dua cincin aromatik yang dihubungkan dengan tiga karbon yang membentuk suatu cincin yang
terdapat gugus eter C-O-C dan satu karbonil C=O yang dinotasikan cincin C. Kedua cincin aromatik ini dinotasikan cincin A dan B. Pada cincin A dan B ada
dijumpai atau terdapat substituent hidroksil OH atau metoksi, juga gugus gula yang bentuk C-glikosida atau O-glikosida. Tapi ada juga senyawa flavonoida tanpa adanya
gugus C=O yang disebut senyawa flavan Ikan, 1969.
Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau dengan mengecualikan alga. Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar,
kayu, kulit,tepung sari, nektar, bunga, buah dan biji. Hanya sedikit saja catatan yang
Universitas Sumatera Utara
melaporkan adanya flavonoid pada hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang- berang, ‘propopolis’ sekresi lebah dan didalam sayap kupu-kupu ; itupun dengan
anggapan bahwa flavonoid tersebut berasal dari tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut dan tidak dibiosintesis didalam tubuh mereka Markham, 1988.
Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonyugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak.
Akhirnya flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoida yang mana pun mungkin saja terdapat dalam satu
tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida. Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan berpembuluh, tetapi beberapa kelas lebih tersebar daripada yang
lainnya : flavon dan flavonol terdapat disemesta, sedangkan isoflavon dan biflavon hanya terdapat pada beberapa suku tumbuhan Harborne, 1996.
Struktur cincin flavonoid dan isoflavonoid berasal dari biosintesis campuran, cincin A yang berasal dari tiga unit asetat dari kepala ke ekor, sedangkan cincin b dan
tiga karbon dari cincin pusat yang berasal dari asam sinamat. Sebagai unit asetat terlebih dahulu dikonversikan ke malonyl CoA kedua asetat-malonat dan jalur asam
sikimat berkontribusi terhadap biosintesis flavonoid Vickery, 1981.
Dalam tubuh manusia, flavonoid dapat berguna untuk mengobati gangguan sirkulasi perifer, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan aquaresis. Banyak juga
obat-obat mengandung flavonoid yang dipasarkan di berbagai negara sebagai obat anti-inflamasi, antispasmodik, antialergi dan antivirus Catherine, 1998.
2.4.1 Struktur Dasar senyawa Flavonoida
Senyawa flavonoida adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon yang dapat atau tidak dapat
membentuk cincin ketiga. Struktur dasar flavonoida dapat digambarkan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
C C
C
A B
Gambar 2.1 Kerangka dasar senyawa flavonoida
Sastrohamidjojo, 1988
2.4.2 Kegunaan Flavonoida
Bagi tumbuhan untuk menarik serangga, yang membantu proses penyerbukan dan untuk menarik perhatian binatang yang membantu penyebaran biji. Bagi manusia
dalam dosis kecil, flavon bekerja sebagai stimulan pada jantung, hesperidin mempengaruhi pembuluh darah kapiler. Flavon terhidroksilasi bekerja sebagai
diuretik dan sebagai antioksidan pada lemak Midian,2007.
Senyawa flavonoid juga berperan dalam memberikan banyak warna lain di alam, terutama daun mahkota kuning dan jingga, bahkan flavonoid tidak berwarna
mengabsorb cahaya pada spektrum UV karena banyak memiliki gugus kromofor dan dapat dilihat oleh banyak serangga. Senyawa ini diduga memiliki manfaat ekologi
yang besar di alam berkat warnanya sebagai penarik serangga dan burung untuk membantu penyerbukan tanaman. Flavonoid tertentu juga mempengaruhi rasa
makanan secara signifikan; misalnya beberapa tanaman memiliki rasa pahit dan kesat seperti flavanon naringin, pada kulit grapefruit Citrus paradisi . Senyawa flavonoid
diduga sangat bermanfaat dalam makanan karena, berupa senyawa fenolik, senyawa ini yang bersifat antioksidan kuat. Banyak kondisi penyakit yang diketahui bertambah
parah oleh adanya radikal bebas seperti superoksida dan hidroksil. Dan flavonoid memiliki kemampuan untuk menghilangkan dan secara efektif ‘menyapu’ spesies
pengoksidasi yang merusak ini. Oleh karena itu, makanan yang kaya flavonoid dianggap penting untuk mengobati penyakit-penyakit, seperti kanker dan penyakit
jantung Heinrich, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Ada juga beberapa literatur melaporkan bahwa senyawa flavonoida ini mempunyai aktivitas sebagai antioksidan Nessa et all, 2004, sebagai inhibitor
aktivitas cyclcooxcigenase-2 Dae et all, 2002, sebagai anti mikroba Leo et all, 2004, sebagai sitotoksi Shi et all, 2001, memiliki aktivitas sebagai anti HIV
Meralgeman et all, 2001 , sebagai poliferation, sitotoksik dan apoptosis terhadap kanker colon Daniel et all, 1999.
2.4.3 Klasifikasi Senyawa Flavonoida
1. Flavonoida O-glikosida Flavonoida biasanya terdapat sebagai flavonoid O-glikosida; pada senyawa
tersebut satu gugus hidroksil flavonoid atau lebih terikat pada satu gula atau lebih dengan ikatan hemiasetal yang tak tahan asam. Pengaruh glikosilasi
menyebabkan flavonoid menjadi kurang reaktif dan lebih mudah larut dalam air cairan,misalnya 7-hidroksil pada flavon, isoflavon dan dihidroflavon.
2. Flavonoida C-glikosida Gula dapat juga terikat pada atom karbon flavonoid dan dalam hal ini gula
tersebut terikat langsung pada inti benzena dengan suatu ikatan karbon-karbon yang tahan asam. Glikosida yang demikian disebut C-glikosida. Sekarang gula
yang terikat pada atom C hanya ditemukan pada atom C nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoid. Misalnya galaktosa, ramnosa, xilosa dan arabinosa.
3. Flavonoida Sulfat Golongan flavonoid lain yang mudah larut dalam air yang mungkin ditemukan
hanya flavonoid sulfat. Senyawa ini mengandung satu ion sulfat atau lebih yang terikat padahidroksil fenol atau gula. Secara teknis senyawa ini
sebenarnya bisulfat karena terdapat sebagai garam. Banyak yang berupa glikosida bisulfat, bagian bisulfat terikat pada hidroksil fenol yang mana saja
yang masih bebas atau pada suatu gula. 4. Biflavonoida
Biflavonoid adalah flavonoid dimer walaupun prosianidin dimer biasanya tidak dimasukkan kedalam golongan ini. Flavonoid yang biasanya terlibat
ialah flavon dan flavanon yang secara biosintesis mempunyai biosintesis yang
Universitas Sumatera Utara
sederhana 5,7,4’ dan ikatan antar flavonoida berupa ikatan karbon-karbon atau ikatan eter. Monomer flavonoid yang digabungkan menjadi golongan
biflavonoid yang satu jenis atau berbeda dan letak ikatannya berbeda-beda. Banyak sifat fisika dan kimia biflavonoid menyerupai sifat monoflavonoid
pembentuknya misalnya spektrum UV-tampak, uji warna dan lain-lain. Biflavonoid jarang ditemukan sebagai glikosida dan penyebarannya terbatas,
terdapat terutama pada gimnospermae. 5. Aglikon Flavonoida
Sejumlah aglikon flavonoid mempunyai atom karbon asimetrik dan dengan demikian menunjukkan keaktifan optik. Yang termasuk dalam golongan
flavonoid ini ialah flavanon, dihidroflavonol , katekin, pterokarpan, rotenoid dan beberapa biflavonoid Markham, 1988.
Menurut Robinson 1995, flavonoida dapat dikelompokkan berdasarkan keragaman pada rantai C
3
yaitu flavonol, flavon, isoflavon, flavanon, dihidrofavonol, katekin, leukoantosianidin, antosianidin, khalkon dan auron Robinson, 1995.
1. Flavanon Struktur senyawa ini terdiri dari 2 cincin aromatik A dan B, cincin ini dihubungkan
dengan satu cincin siklis yang memiliki gugus eter dan keton dan pada atom C-2 dan C-3 tidak terdapat ikatan rangkap jenuh yang disebut dengan cincin C. Spektrum UV
dari flavanon pada metanol terletak pada panjang gelombang band I 300-303 nm dan band II 270-295 nm.
O
O
1 2
3 4
5 6
1 2
3 4
5 6
7 8
Flavanon
A B
C
Bhat, 2005
Universitas Sumatera Utara
Flavanon biasanya sebagai glikosida, terdapat dalam kayu, daun dan bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus Prunus dan buah
jeruk , dua glikosida yang paling lazim adalah naringin dan hesperetin, terdapat dalam buah anggur dan jeruk Sastrohamidjojo, 1996.
2. Flavon Struktur senyawa ini juga terdiri dari 2 cincin aromatik A dan B dan dihubungkan
dengan cincin C, strukturnya cincin C nya sama dengan flavanon kecuali pada atom C-2 dan C-3 terdapat ikatan rangkap yang disebut cincin tak jenuh. Senyawa flavon
ini mempunyai panjang gelombang λ
max
pada metanol dimana band I 304 nm dan band II 240-285 nm.
O
O
1 2
3 4
5 6
1 2
3 4
5 6
7 8
Flavon
A B
C
Bhat, 2005 Flavon merupakan senyawa yang paling tersebar luas dari semua pigmen
tumbuhan kuning, beberapa flavon secara ekonomi masih penting dan luteolin barangkali zat warna pertama yang dipakai di Eropa. Kuersetin adalah salah satu
senyawa yang paling umum pada tumbuhan berpembuluh, diikuti oleh kamferol Robinson, 1991.
Titik lebur senyawa ini 99-100 C tidak larut dalam air, larut dalam pelarut
organik. Dapat diisolasi dari Primula pulverulenta, P. japonica, P. imperialis, daun seribu Achillea millefolium, Ginje Thevetia peruviana, pada biji jagung Zea mays
dan pada rambut Midian, 2007.
Universitas Sumatera Utara
3. Flavonol Struktur senyawa ini mirip dengan struktur dari struktur flavon, kecuali dibedakan
dari cincin C pada atom C-3 adanya gugus hidroksil OH atau disebut juga Flavon-3- O-
l. Senyawa Flavonol ini mempunyai serapan UV pada metanol λ
max
pada band I 352 nm dan band II pada 240-285 nm.
O
O
1 2
3 4
5 6
1 2
3 4
5 6
7 8
OH
Flavonol
A C
B
Bhat, 2005 Flavonol lazim sebagi konstituen tanaman tinggi dan terdapat dalam berbagai
bentuk terhidroksilasi. Flavonol alami yang paling sederhana adalah galangin, 3, 5, 7- tri-hidroksiflavon, sedangkan yang paling rumit, hibissetin adalah 3, 5, 7, 8, 3’, 5’-
heptahidrosiflavon. Dua flavonol yang paling lazim yaitu kaempferol dan quersetin. Flavanon pada umumnya terdistribusi melalui famili tanaman tinggi, genus melicope
mengandung melisimpleksin dan ternatin. Dan genus Citrus mengandung nobiletin, tangeretin dan 3’, 4’, 5, 6, 7-pentametoksiflavon Sastrohamijdojo, 1996.
4. Dihidroflavanol Struktur dari senyawa ini mirip dengan struktur dari flavanon, kecuali pada cincin C
pada atom C-3 ada gugus hidroksil -OH. Senyawa ini memberikan absorbsi pada UV dengan λ
max
dalam metanol pada band I 300-320 nm band 270-295 nm. Senyawa ini disebut juga Flavanon 3-O-1 Bhat, 2005.
O
O
1 2
3 4
5 6
1 2
3 4
5 6
7 8
OH
Dihidroflavonol
A C
B
Universitas Sumatera Utara
5. Isoflavon Struktur senyawa ini sama dengan struktur flavon kecuali pada cincin B terikat pada
cincin C pada atom C-3. Ini mungkin terjadi proses migrasi dari gugus aril dan ini juga sebagai isomer dari senyawa Flavon. Senyawa ini menunjukkan serapan UV
λ
max
pada metanol dimana band I 300-340 nm dan band II 245-270 nm Bhat,2005.
O
O
1 2
3 4
5 6
1 2
3 4
5 6
7 8
Isoflavon
A C
B
Senyawa-senyawa isoflavon terutama terdapat dalam spesies-spesies dari famili Leguminosae, mereka tidak bewarna. Mereka semua menunjukkan daya
estrogenik lemah, karena terdapat bagian struktur stilbena fenolik. Ada dua senyawa isoflavonoid yaitu senyawa-senyawa rotenoid dan senyawa homoisoflavonoid. Gugus
hidroksil pada kedudukan 2’ pada struktur isoflavon menyebabkan organisme mampu untuk merubah struktur isoflavon menjadi lebih lanjut, misalnya senyawa-senyawa
pterokarpana seringkali dihasilkan sebgai fitoaleksin, yaitu senyawa anti fungi yang dihasilkan oleh tumbuhan akibat serangan virus atau zat-zat jamur Manitto, 1981.
Isoflavon menunjukkan aktivitas sebagai estrogeni, insektisida, beberapa diantaranya berguna untuk racun ikan Midian, 2007.
Universitas Sumatera Utara
6. Auron Senyawa ini terdiri dari cincin aromatik A dan B tetapi dihubungkan dengan satu
cincin yang mengandung gugus eter dan karbonil juga dengan satu ikatan rangkap. Senyawa ini memberikan serapan pada UV dengan λ
max
pada metanol dengan band I 370-430 nm dan band II 240-300 nm Bhat, 2005.
1 2
3 5
6 1
2 3
4 5
6 7
8
O
O C
H
Auron
A C
B
Auron berupa pigmen kuning emas terdapat dalam bunga tertentu dan bryofita. Dikenal hanya lima aglikon, tetapi pola hidroksilasi senyawa ini umumnya serupa
dengan pola pada flavonoid lain begitu pula bentuk yang dijumpai ialah bentuk glikosida dan eter metal. Dalam larutan basa senyawa ini menjadi merah ros
Robinson, 1991.
7. Kalkon Kalkon ini juga turunan dari senyawa fenolik dan ini adalah sebagai prekursor
metabolisme untuk senyawa f lavonoid. Struktur ini tidak terdiri dari sebuah cincin γ –
pyron dan terdapat cincin terbuka yang terdiri dari 3 atom karbon α, β karbonil tak jenuh yang menghubungkan cincin aromatik. Senyawa ini menunjukkan serapan UV
pada λ
max
dalam metanol pada band I 340-390 nm band II 220-270 nm Bhat, 2005.
O
1 2
3 4
5 6
1 2
3 4
5 6
Kalkon
A B
Universitas Sumatera Utara
Polihidroksi kalkon terdapat dalam sejumlah tanaman, namun terdistribusi dialam tidak lazim. Alasan pokok bahwa kalkon cepat mengalami isomerisasi menjadi
flavanon dalam satuan keseimbangan. Kalkon terdapat dalam tanaman terutama sebagai pigmen daun bunga bewarna kuning, dalam kebanyakan terdapat dalam
tanaman Heliantheaetribe, Coreopsidinae subtribe dan family Compositae Sastrohamidjojo, 1996.
8. Katekin Katekin adalah senyawa flavon-3-ol yang paling banyak terdapat dalam alam dan
mudah sekali didapatkan dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria gambir dan daun teh kering mengandung senyawa ini sekitar 30, 60 nya mengandung
epigalokatekin-3-galat, 15 adalah epikatekin 3-galat dan epikatekin. Dalam kebanyakan buah, hanya satu flavan-3-ol yang sering ditemukan Manitto, 1981.
O HO
OH OH
OH OHO
9. Leukoantosianidin Leukoantosianidin merupakan senyawa tanpa warna, terutama terdapat pada
tumbuhan berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya melaksidin, apiferol.
O
HO OH
OH
Leukoantosianidin
10. Antosianidin Antosianin ialah pigmen daun bunga merah samapi biru yang biasa, banyaknya
sampai 30 bobot kering dalam beberapa bunga. Antosianin terdapat juga dalam
Universitas Sumatera Utara
bagian lain tumbuhan tinggi dan diseluruh dunia tumbuhan kecuali fungi. Antosianin paku-pakuan dan lumut, khas berupa glukosida apigeninidin dan luteolinidin.
Stafnorubin adalah antosianin yang tidak biasa yang terdapat dalam dinding sel membran sphagnum dalam musim gugur Robinson, 1991.
O
OH
Antosianin
Menurut Harborne 1996, dikenal sekitar sepuluh kelas flavonoida dimana semua flavonoida, menurut strukturnya, merupakan turunan senyawa induk flavon dan
semuanya mempunyai sejumlah sifat yang sama yakni:
Tabel 2.1. Golongan-golongan flavonoida menurut Harborne
Golongan flavonoida Penyebaran
Ciri khas Antosianin
pigmen bunga merah marak,dan biru juga
dalam daun dan jaringan lain.
larut dalam air, λmaks 515-545 nm,
bergerak dengan BAA pada kertas.
Proantosianidin terutama
tan warna,
dalam daun tumbuhan berkayu.
menghasilkan antosianidin bila jaringan dipanaskan dalam HCl 2M
selama setengah jam. Flavonol
terutama ko-pigmen tanwarna dalam bunga
sianik dan asianik; tersebar luas dalam daun.
setelah hidrolisis, berupa bercak kuning murup pada kromatogram
Forestal bila disinari sinar UV;
Flavon seperti flavonol
maksimal spektrum pada 330 – 350
Universitas Sumatera Utara
setelah hidrolisis, berupa bercak coklat redup pada kromatogram Forestal;
Glikoflavon seperti flavonol
maksimal spektrum pada 330-350 nm. mengandung gula yang terikat melalui
ikatan C-C; bergerak dengan pengembang air, tidak seperti flavon
biasa. pada kromatogram BAA beupa bercak
redup dengan R
F
tinggi . dengan amonia berwarna merah,
maksimal spektrum 370-410 nm. Biflavonil
tanwarna; hampir seluruhnya terbatas pada
gimnospermae pada kromatogram BAA beupa bercak
redup dengan R
F
tinggi . dengan amonia berwarna merah,
Khalkon dan auron pigmen bunga kuning,
kadang-kadang terdapat juga dalam jaringan lain
maksimal spektrum 370-410 nm. berwarna merah kuat dengan MgHCl;
kadang – kadang sangat pahit . Flavanon
tanwarna; dalam daun dan buah terutama
dalam Citrus bergerak pada kertas dengan
pengembang air;
Isoflavon tanwarna; sering kali
dalam akar. tak ada uji warna yang khas.
Universitas Sumatera Utara
2.4.4 Sifat Kelarutan Senyawa Flavonoida
Aglikon flavonoida adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Tetapi bila didiamkan
dalam larutan basa dan disamping itu terdapat banyak oksigen maka akan banyak yang terurai. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu
gula, flavonoid merupakan senyawa polar maka pada umumnya flavonoida larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida,
dimetilformadida, air dan lain-lain. Adanya gula yang terikat pada flavonoida cenderung menyebabkan flavonoida lebih mudah larut dalam air. Dengan demikian
campuran pelarut diatas dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, flavon
serta flavanol yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform Markham, 1988.
2.5 Teknik Pemisahan