Perumusan Masalah Adapun permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Pengertian Sanksi dan Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil

B. Perumusan Masalah Adapun permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Pelaksanaan pemberian Sanksi bagi pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil di kantor Bupati Lhokseumawe Aceh Utara ? 2. Bagaimana Hukum Administrasi Negara melihat sanksi pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil di kantor Bupati Lhokseumawe Aceh Utara ? 3. Apakah manfaat dari adanya sanksi pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil di kantor Bupati Lhokseumawe Aceh Utara ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pemberian sanksi bagi pelanggaran disiplin Pegwai Negeri Sipil di kantor Bupati Lhokseumawe Aceh Utara 2. Untuk mengetahui pandangan Hukum Administrasi Negara melihat sanksi pelanggaran displin Pegawai Negeri Sipil di kantor Bupati Lhokseumawe Aceh Utara 3. Untuk mengetahui apakah manfaat yang di dapatkan didalam pemberian sanksi pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil di kantor Bupati Lhokseumawe Aceh Utara.

2. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan skripsi yang akan penulis lakukan adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis Universitas Sumatera Utara Guna mengembangkan kahsanah ilmu pengetahuan Hukum Administrasi Negara khususnya mengenai kajain Hukum Administrasi Negara tentang sanksi pelanggaran displin Pegawai Negeri Sipil pada kantor Bupati Lhokseumawe Aceh Utara 2. Secara praktis a. Agar masyarakat Kota Lhokseumawe mengetahui apa saja pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil dikantor Bupati Lhokseumawe sehingga masyarakat tidak dapat di bohongin dan di tipu dengan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. b. Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada Hukum Administrasi Negara terhadap pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil di kantor Bupati Lhokseumawe.

D. Keaslian Penulisan

Skripsi yang berjudul tentang “Kajian Hukum Administrasi Negara Tentang Sanksi Disipiln Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Bupati Lhokseumawe Aceh Utara” adalah karya dari penulis. Sehubungan dengan keaslian judul skripsi, Penulis telah melakukan pengecekan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara FH-USU untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara FH-USU. Ditinjau dari materi permasalahan yang ada dan materi penulisan skripsi ini, sejauh ini belumcpernah didapati dan dilihat kesamaan masalah seperti pada penulisan skripsi ini.Bila ternyata dikemudian haricditemukan Skripsi yang sama, penulis siap bertanggung jawab sepenuh ya untuk di berikan sanksi dengan atuan yang berlaku. Universitas Sumatera Utara E. Tinjauan Kepusatakaan 1. Sanksi Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil Di Kantor Bupati Lhokseumawe Aceh Utara Pemberian sanksi pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil di kantor Bupati Lhokseumawe merupakan pelaksanaan yang dilakukan oleh Dinas pemerintahan di kota Lhokseumawe untuk Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran-pelanggaran baik yang di sengaja maupun yang tidak disengaja sesuai dengan perbuatannya masing-masing .

2. Kajian Hukum Administrasi Negara Mengenai Sanksi Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Pelanggaran memiliki arti adalah suatu bentuk perbuatan pidana yang tidak seberat perbuatan kejahatan lain didalam perbuatan pidana tersebut . Yang dimana pelanggaran ini masih sangat jarang di mengerti oleh masyarakat yang tidak paham oleh Hukum di Indonesia ini, maka dari itu Hukum Administrasi. Negara yang mempelajari bagaimana menjadi Good Governance yaitu terselenggaranya sistem pemerintah yang baik, jujur, adil, dan tidak Melakukan pelanggaran pidana khususnya pelangaran terhadap Hukum Administrasi Negara. Maka dari itu kebijakan-kebijakan bentuk sanksi pelanggaran yang dapat dipahami masyarakat, ataupun bentuk pelanggaran yang masi tidak didapat oleh masyarakat, bagaimana membedakan perbuatan pidana dan sanksi pelanggaran, serta prosedur saksi yang didapat oleh para pajabat negara. Dengan adanya sanksi pelanggaran ini maka yang ditunjang adalah Hukum Administrasi Negara tersebut terhadap bagaimana kajian Hukum Administrasi Negara terhadap sanksi pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil Lhokseumawe Aceh Utara. Universitas Sumatera Utara Sejak diberlakukannya Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang pemerintahan Daerah, sebagian kewenangan pemerintahan dan pembagunan yang berada pada pemerintahan pusat di serahkan dan dialihkan menjadi kewenangan pemerintah daerah. Daerah diberi kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri atas praksa sendiri sesuai dengan potensi dan aspirasi masyarakat seperti Naggroe Aceh Darussalam NAD didalam aturan Undang-undang Qanun. Di antara kewenangan yang diserahkan kepada daerah tersebut adalah kewenangan untuk menyelenggarakan administrasi kepegawaian daerah. Maksud dan tujuan penyerahan kewenangan menyelenggarakan administrasi kepegawaian ini diharapkan agar daerah mampu menata sumber daya manusia sebagai pendukung pelaksanaan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan keuangan daerah, Administrasi Kepegawaian Daerah yang dianut oleh Undang-undang. Permasalahan lain yang muncul berupa pola pikir yang biasa dalam pemahaman otonomi daerah, kelembagaan daerah, kapasitas aparat pemerintahan daerah, dan hubungan eksekutif dengan legislatif. F. Metode Penelitiaan Dalam melakukan penulisan skripsi ini data merupakan dasar utama, agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penulisan yang digunakan, antara lain: 1. Jenis penelitian Digunakan metode penelitian Hukum Normatif yang bersifat deskriptif. Penelitian hukum Normatif adalah penelitian hukum yang mengelola dan mengunakan data-data sekunder, namun dalam metode penelitian tersebut kadang kala dilakukan dengan Universitas Sumatera Utara melakukan seurvei ke lapangan untuk mendapatkan informasi yang dapat mendukung teori yang ada. 2. Tehnik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara: a. Penelitiian kepustakaan library Research Dalam hal ini berusaha mengumpulkanvdata-data melalui sarana kepustakaan, yakni dengan mempelajari dan menganalisi secara sistematik buku-buku, peraturan-peraturan dan bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skipsi ini. b. Penelitian Lapangan Field Research Penulisan langsung mengadakan penelitian lapangan, yaitu dengan mengadakan penelitian ke Kantor Bipati Lhokseumawe dengan mengadakan wawancara, mengajukan sejumlah pertanyaan dan memperoleh data yang langsung berhubungan dengan judul skripsi. 1. Analisa Data Metode yang digunakan untuk menganlisis data adalah analisisa kuantitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya, di analisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas dan hasilnya tersebut di tuangkan dalam bentuk skripsi. Metode kualitatif dilakukan guna mendapatkan data yang bersifat analisis, yaitu data-data yang bersifat deskriptif analisis, yaitu data-data yang akan diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. G. Sistematika Penulisan Skripsi ini diuraikn dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab terbagi atas beberapa sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ino yang dapat digambarkan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara

BAB I: Pendahuluan, bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang Latar

Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian, Dan Sistematika Penulisan.

BAB II: Dalam bab ini berisikan tentang, Pengertian sanksi dan pelanggaran, Asas

sanksi dan, asas pelanggaran yang tidak hanya ditinjau dari Hukum Adminstrasi Negara namun juga dari Beberapa Hukum lainnya sesuai dengan aturaan dan perbuatannya masing-masing. BAB III: Pengertian dan dasar hukum sanksi bagi pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil dikantor Bupati Lhokseumawe Aceh Utara Tujuan dan fungsi dari sanksi bagi pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil dikantor Bupati Lhokseumawe Aceh Utara, Macam-macam sanksi pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil dikantor Bupati Lhokseumawe Aceh Utara, Instansi- instansi terkait dalam pemberian sanksi pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil dikantor Bupati Lhokseumawe Aceh Utara.

BAB IV: Manfaat Transparahsi dan Akuntabilitasi sanksi pelanggaran disiplin Pegawai

Negeri Sipil pada kontor Bupati Lhokseumawe Aceh Utara. Dalam Bab ini berisikan tentang, manfaat adanya Manfaat Transparahsi dan Akuntabilitasi sanksi pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil pada kontor Bupati Lhokseumawe Aceh Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB V: Kesimpulan Dan Saran

1. Kesimpulan 2. Saran DAFTAR PUSTAKA Universitas Sumatera Utara BAB II : KAJIAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TENTANG SANKSI PELANGGARAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI PADA KANTOR BUPATI LHOKSEUMAWE ACEH UTARA Bukti bahwa Hukum atau peraturan telah berfungsi baik dalam sebuah negara umumnya tercermin dari sikap, perilaku, tindakan bahkan keputusan politik dan atau putusan hukum dari penyelenggara negara penguasa yang senantiasa berpihak pada keadilan masyarakat banyak di negara Indonesia. Kabupaten Aceh Utara dan Kabupaten lainnya yang ada dalam Provinsi NAD disamping memiliki kewenangan yang luas berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1999 juga memiliki kewenangan pelaksanaan otonomi khusus berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2001 dan Qanun Provinsi NAD yang meliputi seluruh bidang Pemerintahan kecuali kewenangan bidang Politik Luar Negeri, Pertahanan Eksternal dan Moneter. Otonomi khusus menitikberatkan pada empat pondasi utama yaitu : a Pemberlakuan Syariat Islam b Bagi hasil sumberdaya alam. c Pemilihan langsung kepala daerah dan d Penerapan budayalokal ke dalam struktur pemerintahan daerah. Dengan kewenangan yang dimiliki Provinsi NAD dan khususnya Kabupaten AcehUtara melalui otonomi khusus memberikan harapan akan terwujudnya pemerintahan dan pembangunan dalam segala aspek kehidupan masyarakat yang selama ini tertinggal jauh.Namun demikian hal ini sangat tergantung pada upaya pemerintah daerah dalam menyikapi otonomi khusus itu dengan gerakan-gerakan pembaharuan yang salah satu di Universitas Sumatera Utara antaranya melalui reformasi administrasi yang meliputiaspek struktur, sikap dan perilaku aparatur yangselaras dengan semangat otonomi khusus gunameningkatkan efektivitas organisasi atau terciptanya administrasi yang sehat untuk mencapai tujuan pembangunan. Penegakan hukum adalah sesuatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum sekaligus keinginan para pencari keadilan menjadi kenyataan. Keinginan-keinginan hukum dalam konteks ni adalah pikiran-pikiran badan pembuat hukum Undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan. Perumusan pemikiran pembuatan hukum yang dituangkan dalam peraturan perundangan akan turut menentukan bagaimana penegakan hukum hukum itu dijalankan. Masalah penegakan hukum merupakan masalah yang tidak sederhana bukan saja disebabkan kompleksitas simstem hukum itu sendiri tapi juga disebabkan rumitnya jalinan hubungan antara sistem hukum dengan sistem politik, sistem sosial, sistem ekonomi dan sistem budaya masyarakat. Keberhasilan penegakan hukum ditentukan oleh faktor-faktor yang disebut Lawrance Friedman yaitu substansi hukum, struktur hukum dan kultur masyarakat. Penegakan hukum juga dipengaruhi dan kultur masyarakat. Penegakan hukum juga dipengaruhi faktor-faktor di luar hukum, oleh karena itu penegakan hukum tidak bekerja dalama ruang hampa dan kedap pengaruh, juga tidak mungkin steril tekanan luar melainkan selalu berinteraksi dengan lingkup sosial yang lebih besar dan lebih dahsyat. Sementara itu menurut Soerjono Soekanto, agar hukum dapat berfungsi baik maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang ada yaitu: 1 Hukum atau peraturan itu sendiri 2 Mentalitas petugas yang menegakkan hukum 3 Fasilitas yang yang diharapkan dalam mendukung pelaksanaan hukum 4 Kesadaran hukum, kepatuhan hukum dan perilakuan anggota masyarakat Universitas Sumatera Utara Dalam negara modern makin dirasakan, bahwa peranan dan campur tangan lansung oleh administrasi terhadap kehidupan masyarakat makin lama makin bertambah. Sejalan dengan itu, maka negara memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada pejabat administrasi negara. Untuk membatasi kekuasaan oleh pejabat administrasi negara ada beberapa cara, antara lain ditempuh dengan pengembangan Peradilan Administrasi Negara. Pengertian Peradilan Administrasi Negara dapat dibedakan: 1. Dalam Arti Luas: Peradilan Administrasi Administrasi Negara adalah peradilan yang menyangkut pejabat-pejabat dan instansi-instansi administrasi administrasi negara, baik yang bersifat “perkara-perkara pidana atau perdata” dan “perkara administrasi negara murni.” 2. Dalam Arti sempit; Peradilan Administrasi Negara adalah peradilan yang menyelesaikan “perkara-perkara administrasi dengan murni semata-mata. Suatu “perkara Administrasi Negara murni” adalah suatu perkara yang tidak mengandung pelanggaran hukum pidana atau perdata, melainkan suatu sengketa konflik yang berpangkal pada atau mengenal interprestasi daripada suatu pasal atau ketentuan undang-undang. Universitas Sumatera Utara

A. Pengertian Sanksi dan Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Subjek dari hukum kepegawaian adalah Pegawai Negeri Sipil. Kedudukan dan peran dari pegawai negeri sipil dalam setiap organisasi pemerintahan sangatlah menentukan, sebab PNS merupakan tulang punggung pemerintahan dalam Melaksanakan pembagunan nasional. Peran dari PNS seperti diistilahkan dalam dunia kemilitean yang berbunyi not the gun, the man behind the gun, yan artinya bukan senjata yang penting melaikan manusia yang menggunakan senjata itu. Kranenburg memberikan pengertian dari PNS, yaitu pejabat yang ditunjuk, jadi pengertian tersebut tidak tmasuk terhadap mereka yang memangku jabatan mewakili seperti anggota parlemen, presidan dan sebagainya. Pengertian yang bersifat stiplatif penetapan tentang makna yang diberikanoleh Undang-undang tentang PNS terdapat dalam Pasal 1 angka 1 dan pasal 3 ayat 1 Undang-undang No.43 Tahun 1999. Pengertian yang terdapat dalam pasal 1 angka 1 berkaitan dengan hubungan pegawai negeri dengan hukum administrasi, sedangkan dalam Pasal 3 ayat 1 berkaitan dengan hubungan pegawai negeri dengan pemerintah, atau mengenal kedudukan PNS. Pengertian stipulatif tersebut berbunyi: “Pegawai negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jenis pegawai Negeri Sipil menurut pasal 2 ayat 1 UU Nomor 43 Tahun 1999 Pegawai Negeri dibagi menjadi : 1. Pegawai Negeri Sipil; 2. Anggota tentara Nasional Indonesia, dan 3. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Universitas Sumatera Utara Pasal ini tidak menyebutkan apa yang dimaksud dengan pengertian masing-masing bagiannya, namun disini dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimksud dengan PNS adalah Pegawai Negeri bukan anggota Tentara Nasional Indonesia dan Anggota Kepolisian Republik Indonesia. Kedudukan Pegawai Negeri didasarkan pada Undang-Undang NO 43 Tahun 1999 pasal 3 ayat 1, yaitu Pegawai Negeri sebagaiman unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembagunan. Rumusan kedudukan pegawai negeri didasarkan pada pokok-pokok pikiran bahwa pemerintah tidak hanya menjalankan fungsi umum pemerintahan, tetapi juga harus mampu melaksanakan fungsi pembagunan atau dengan kata lain pemerintahan bukan hanya menyelenggarakan tertib pemerintahan, tetapi juga harus nmapu menggerakkan dan mempelancar pembagunan untuk kepentingan rakyat. Sanksi sudah ada sejak jaman kerja rodi yang ada di Indonesia yang disebut perburuhan biasa punale sanksi, yaitu dimana pekerjaan dilakukan oleh buruh biasa untuk dan dibawah pimpinan seseorang majikan dengan menerima upah, disana-sini sudah ada, tetapi tidak dapat meluasa. Sebab walaupun sampai 1839 oleh Gubernemen yang lalu disewakan berbagai bidang tanh kepada orang-orang swasta bukan Indonesia, diantara 1830 sampai 1870 adalah Gubernemen yang merupakan pengusaha yang terpenting dan Gubernemen ini menggunakan pekerjaan rodi 5 . Sanksi merupakan perlakuan tertentu yang sifatnya tidak menenakkan atau menimbulkan penderitaan, yang diberikan kepada pihak pelaku perilaku menyimpang 6 . 5 Imam Soepomo,1990,pengantar Hukum Perburuhan, hlm 22 6 Hhttp:www.eprints.undip.ac.id.artikel oleh M.Herry Iindrawan.Diakses pada tanggal 30 maret 2014, jam 21.00 WIB Universitas Sumatera Utara Sanksi semestinya diberikan sebanding dengan kualitas peyimpangan yang dilakukan. Pemberian hukuan tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Biasanya pemberian hukuman dilakukan oleh pihak-pihak yang berwenang. Dalam konteks kehidupan kantor biasanya pihak yang berwenang yaitu atasan, dalam konteks kehidupan sosial biasanya polisi dan pengadilan. Pemberian sanksi tidak boleh dilakukan sembarangan atau sesuka hati. Pada prinsipnya sanksi diberikan setimpal dengan kualitas kesalahan. Lembaga peradilan biasanya telah mengatur mekanisme pemberian hukuman. Fungsi dari sanksi ada beberapa, yaitu: 1. Menyadarkan pelakuan perilaku menyimpang sehingga tidak melakukan perilaku menyimpang lagi. 2. Memberikan contoh kepada pihak yang tidak melakukan perilaku menyimpang, bahwa bila mereka melakukan perilaku menyimpang akan mendapatkan sanksihukuman 7 . Menurut Drs.Sudarsono pelanggaran adalah perbuatan pidana yang tergolong tidak seberat kejahataan, hal ini diatur antar lain di dalam pasal 532 KUHPidana 8 . Pada tahun 2003, Pemerintah melalui kantor Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara MENPAN telah mengambil inisiatif untuk menjabarkan pokok-pokok etika dalam peraturan perundang dan diaplikasikan dalam lingkungan Pegawai Negeri Sipil 9 . Seleain dari penegasan sanksi dalam Peraturan pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, terdapat pula usaha pemerintah dengan nama KOPRI dalam rangka meningkatkan kualitas Pegawai Negeri Sipil. Pada umumnya pelanggaran yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil ini 7 Sri Hartini dkk,2008,Hukum Kepegawaian,sinar grafika,Jakarta, hlm 144 8 W.J.S. Poerwadarminta,1986,Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta: Balai pusataka 9 Op.cit Universitas Sumatera Utara merupakan perbuatan yang sering mengakibatkan masyarakat banyak. Sanksi itu terjadi karena adanya pelanggan yang di lakukan oleh beberapa pihak tertentu.

B. Prosedur Pemberian Dan Penjatuhan Sanksi Pelanggaran Displin Pegawai Negeri Sipil

Dokumen yang terkait

Penerapan Arsitektur Tradisional Aceh pada Museum Tsunami Aceh

105 437 127

Analisis Pengaruh Pelatihan Dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil Dengan Kompetensi Sebagai Variabel Intervening Pada Sekretariat Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan

5 119 152

Pembinaan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan

4 63 116

Tata Cara Penerimaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Menurut Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

0 35 77

Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

6 57 111

Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil Dalam Pelayanan Publik (Studi pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Aceh Tamiang)

9 136 135

Tinjauan Hukum Terhadap Mekanisme Pelaksanaan Pengawasan Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Kejaksaan Republik Indonesia (Study Kejati Sumatera Utara)

1 49 108

Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban Bencana Alam Tsunami Di Nanggroe Aceh Darussalam (Studi Kasus PT. TASPEN Cab. Nanggroe Aceh Darussalam)

1 27 100

Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Di Bidang Pelayanan Publik (Studi Pada Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan V Tahun 2008 Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang)

0 37 268

Pertanggung Jawaban Hukum Bagi Pegawai Negeri Sipil (Pns) Dalam Penyalahgunaan Wewenang Ditinjau Dari Prespektif Hukum Administrasi Negara

30 579 90