2.4 Indeks Pembangunan Manusia
Menurut UNDP 1990, pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia
a process of enlarging peoples’s choices. Definisi pembangunan manusia tersebut pada dasarnya mencakup
dimensi pembangunan yang sangat luas. Definisi ini lebih luas dari definisi pembangunan yang hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi. Dalam
konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami dari sisi manusianya, bukan hanya dari sisi pertumbuhan ekonominya.
Sebagaimana laporan
UNDP 1995,
dasar pemikiran
konsep pembangunan manusia meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian;
2. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi
penduduk, bukan hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Oleh karena itu, konsep pembangunan manusia harus berpusat pada penduduk secara
komprehensif dan bukan hanya pada aspek ekonomi semata; 3.
Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya meningkatkan kemampuankapasitas manusia, tetapi juga pada upaya-upaya
memanfaatkan kemampuankapasitas manusia tersebut secara optimal; 4.
Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu: produktifitas, pemerataan, kesinambungan dan pemberdayaan;
5. Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan pembangunan
dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya.
Konsep pembangunan manusia yang diprakarsai dan ditunjang oleh UNDP ini mengembangkan suatu indikator yang dapat menggambarkan perkembangan
pembangunan manusia secara terukur dan representatif, yang dinamakan Indeks Pembangunan Manusia IPM. IPM diperkenalkan pertama sekali pada tahun
1990. IPM mencakup tiga komponen yang dianggap mendasar bagi manusia dan secara operasional mudah dihitung untuk menghasilkan suatu ukuran yang
merefleksikan upaya pembangunan manusia. IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dihitung sebagai rata-rata dari 3 tiga
indeks yang menggambarkan kemampuan dasar manusia dalam memperluas pilihan-pilihan, yaitu UNDP, 1990:
1. Indeks Harapan Hidup Indeks Harapan Hidup menunjukkan jumlah tahun hidup yang diharapkan dapat
dinikmati penduduk suatu wilayah. Dengan memasukkan informasi mengenai angka kelahiran dan kematian per tahun variabel e
diharapkan akan mencerminkan rata-rata lama hidup sekaligus hidup sehat masyarakat.
2. Indeks Pendidikan Penghitungan Indeks Pendidikan IP mencakup dua indikator yaitu angka melek
huruf Lit dan rata-rata lama sekolah MYS. Populasi yang digunakan adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas. Kedua indikator pendidikan ini dimunculkan
dengan harapan dapat mencerminkan tingkat pengetahuan cerminan angka Lit. Untuk menghitung indeks pendidikan digunakan rumus BPS, 2008:
IP = 23 Indeks Lit + 13 Indeks MYS
3. Indeks Standar Hidup Layak Untuk mengukur dimensi standar hidup layak daya beli, UNDP 1990
mengunakan indikator yang dikenal dengan real per kapita GDP adjusted. Untuk perhitungan IPM sub nasional provinsi atau kabupatenkota, BPS 2008
menggunakan data rata-rata konsumsi 27 komoditi terpilih dari Survei Sosial Ekonomi Nasional SUSENAS yang dianggap paling dominan dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Ketiga komponen indeks pembangunan tersebut diformulasikan dalam
rumus umum sebagai berikut BPS, 2008 : IPM =13 X1 + X2 + X3
Di mana : X1 = Indeks Harapan Hidup
X2 = Indeks Pendidikan X3 = Indeks Standar Hidup Layak
Masing-masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung indeksnya sehingga bernilai antara 0 terburuk dan 1 terbaik. Untuk memudahkan dalam
analisa biasanya indeks ini dikalikan 100. Teknik penyusunan indeks tersebut pada dasarnya mengikuti rumus sebagai berikut BPS, 2008 :
∑
Di mana: Ii = Indeks komponen IPM ke i di mana i = 1,2,3
Xi = Nilai indikator komponen IPM ke i MaxXi = Nilai maksimum Xi
Min Xi = Nilai minimum Xi Tabel 2.3
Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM
Sumber : BPS, 2008 2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian Yusri 2010 dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Determinan Indeks Pembangunan Manusia di Propinsi Aceh” ditujukan untuk
menganalisis determinan Indeks Pembangunan Manusia IPM propinsi Aceh. Metode analisis yang dipergunakan adalah Metode Generalized Least Square
GLS dengan Random Effect Model REM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat variabel penelitian signifikan yang mempengaruhi Indeks
Pembangunan Manusia IPM Provinsi Aceh. Variabel tersebut adalah pengeluaran rumah tangga makanan, pengeluaran rumah tangga bukan makanan,
rasio penduduk miskin dan pengeluaran pemerintah bidang kesehatan. Sementara itu terdapat satu variabel penelitian yang tidak signifikan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia IPM di Provinsi Aceh yaitu pengeluaran pemerintah bidang pendidikan.
Indikator Komponen IPM Nilai Minimum Nilai Maksimum
Angka Harapan Hidup eo Angka Melek Huruf Lit
Rata-rata Lama Sekolah MYS Purchasing Power Parity PPP
25,0 360.000
85,0 100
15 737.720
Penelitian Noor Andi Fakhruddin Yusuf 2014 dalam skripsinya yang berjud
ul “Analisis Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Kota eks Keresidenan Surakarta” dengan tujuan untuk
menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah PAD, dana alokasi umum DAU, dana alokasi khusus DAK, dana bagi hasil DBH terhadap Belanja
Modal BM di Kabupaten kota eks Keresidenan Surakarta serta Menganalisis pengaruh Belanja Modal BM terhadap Indeks pembangunan manusia IPM.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode regresi linear panel data dengan menggunakan Fixed Effect Model dengan waktu penelitian tahun
2004 –2011. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari lima variabel yang telah
diuji dana alokasi umum DAU dan dana bagi hasil DBH mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap belanja modal BM, sedangkan pendapatan asli daerah
PAD dan dana alokasi khusus DAK tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal BM, selain itu belanja modal BM mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di kabupatenkota eks karesidenan surakarta.
Penelitian yang dilakukan Imam Sumardjoko 2013 dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Penerimaan Dana Otonomi Khusus Terhadap Indeks
Pembangunan Manusia Papua dan Papua Barat dengan Belanja Modal Sebagai Intervening” yang menganalisis pengaruh dana otonomi Khusus terhadap indeks
pembangunan manusia provinsi Papua dan Papua Barat dengan belanja modal sebagai intervening variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan
dana otonomi khusus berpengaruh signifikan terhadap indeks pembangunan
manusia provinsi Papua dan Papua Barat dengan belanja modal sebagai variabel intervening.
Penelitian yang dilakukan Fhino Andrea Christy dan Priyo Hari Adi 2009 dalam jurnal yang berjudul “Hubungan Antara Dana Alokasi Umum,
Belanj a Modal, dan Kualitas Pembangunan Manusia” dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh dana alokasi umum terhadap belanja modal dan kualitas pembangunan manusia yang diukur dengan indeks pembangunan manusia di 35
kabupaten di Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dana alokasi umum mepunyai pengaruh yang positif terhadap variabel belanja modal, dan
belanja modal juga berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia. Penelitian yang dilakukan oleh Yudi Satria Aprizay, Darwanis,
Muhammad Arfan 2014 dal am jurnal yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah, Dana Perimbangan, dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Terhadap Pengalokasian Belanja Modal Pada Kabupaten kota di Provinsi Aceh” dengan
tujuan untuk menguji pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran secara bersama-sama terhadap pengalokasian
belanja modal pada KabupatenKota di Provinsi Aceh. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
baik secara bersama maupun parsial Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Perimbangan, dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran berpengaruh terhadap
Belanja Modal.
2.6 Kerangka Konseptual