2.2.5.1 Faktor intenal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu meliputi kondisi fisik dan kondisi
psikologis dari individu. a. Kondisi fisik individu
Faktor dari dalam individu yang turut mempengaruhi munculnya prokrastinasi akademik adalah keadaan fisik dan kondisi kesehatan individu,
misalnya fatigue. Menurul Millgram dalam Gufron, 2011: 164 seseorang yang mengalami fatigue akan memiliki kecendrungan yang lebih tinggi untuk
melakukan prokrastinasi dari pada individu yang tidak mengalami fatigue. Keadaan fisik individu disini artinya berkaitan dengan bagaimana keadaan
anggota tubuh individu yang bersangkutan. Apakah keadaanya utuh secara fisiologis maupun secara fungsional. Misalnya individu dengan tuna daksa dan
individu dengan gangguan pendengaran atau tuna rungu. Friend dalam Timpe 1999:341, juga menyebutkan bahwa Jenis kelamin juga memiliki andil sebagai
faktor penyebab prokrastinasi akademik pada individu. Seperti yang dijelaskan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmaini Dini 2010 bahwa subjek
berjenis kelamin laki-laki lebih tinggi derajat perilaku prokrastinasinya ketimbang subjek berjenis kelamin perempuan.
b. Kondisi psikis individu Menurut Millgram dkk. terdapat beberapa hal yang mempengaruhi
munculnya perilaku penundaan, antara lain:
1 Trait kepribadian individu Milgram menjelaskan bahwa trait kepribadian individu turut memengaruhi
munculnya perilaku penundaan, misalnya trait kemampuan sosial yang tercermin dalam self-regulationdan tingkat kecemasan dalam berhubungan
sosial. 2 Motivasi
Besarnya motivasi yang dimiliki seseorang juga akan mepengaruhi prokrastinasi secara negatif. Semakin tinggi motivasi intrinsik yang dimiliki
individu ketika menghadapi tugas, akan semakin rendah kecendrunganya untuk prokrastinasi akademik. Bimo Walgito 2004: 221 menjelaskan pada
umumnya motivasi memiliki sifat siklas melingkar, yaitu motivasi timbul, memicu perilaku tertuju pada tujuan goal, dan akhirnya setelah tujuan
tercapai, motivasi itu berhenti. Dalam buku Pengantar Psikologi Umum,Bimo Walgito 2004: 224-
235 menjelaskan beberapa jenis motivasi, antara lain motivasi fisiologis, motif sosial, motif kompetensi dan motif aktualisasi diri. Motif fisiologis
pada dasarnya berkar pada keadaan jasmani. Dorongan-dorongan yang muncul biasanya berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk kalangsungan
hidupnya sebagi mahluk hidup. Motif berikutnya adalah motif sosial. Motif sosial dapat dibedakan
kedalam 3 macam motif yaitu: 1 motivasi berprestasi, orang yang memiliki motivasi berprestasi ini biasanya akan meningkatkan performanceny,
sehingga dengan demikian akan terlihat kemampuan berprestasinya; 2 motif
berafiliasi, individu dengan motiv ini akan selalu mencari teman, dan juga mempertahankan hubungan yang telah dibina dengan orang lain; dan 3
motif berkuasa, individu dengan motif ini akan mengadakan kontrol, mengendalikan, atau memerintaj orang lain dalam kehidupan sosialnya.
Selanjutnya adalah motif kompetensi. Motif ini berkaitan dengan motif instrinsik, yaitu kebutuhan seseorang untuk kompetensi dan menentukan
sendiri dalam kaitan dengan lingkunganya. disebut intrinsik karena tujuanya adalah perasaan internal mengenai kompetensi dan self determinasi.
Sebaliknya motif eksrtinsik, yang ditujukan kepada tujuan yang terletak diluar individu. Motif kompetensi dan yang bersifat instrinsik merupakan
yang sangat penting karena merupakan motivator yang sangat kuat dari perilaku manusia yang dapat digunakan untuk membuat seseorang lebih
produktif. Yang terakhir adalah motif aktualisasi diri. motif aktualisasi diri
merupakan motif yang berkaitan dengan kebutuhan atau dorongan untuk mengaktualisasikan potensi yang ada pada diri individu. Kebutuhan
aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang tertinggi dalam hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow.
Sejalan dengan Millgram, Friend dalam Timpe 1999:341, juga menjelaskan bahwa prokrastinasi akademik dipengaruhi faktor-faktor yang
berkaitan dengan kondisi psikis individu sebagai berikut:
1 Tidak yakin diri tidak percaya diri Individu pelaku prokrastinasi biasanya cenderung tidak yakin terhadap
kemampuan dirinya sendiri. Prokrastinator cenderung menganggap dirinya tidak memiliki kapasitas yang baik untu menyelesaikan tugas-tugasnya.
Padahal pada kenyataanya individu yang bersangkutan mampu untuk menyelesaikan tugas tersebut dengan baik.
2 Toleransi frustasi yang rendah Prokrastinator cenderung tidak tahan dengan keadaan yang membuat dirinya
merasa terbebani. Maka untuk menghindari perasaan tidak menyenangkan tersebut prokrastinator lebih memilih untuk menghindari tugas-tugasnya
ketimbang menyelesaikanya. 3 Menuntut kesempurnaan perfectionism
Perfectionism turut menjadi salah satu faktor penyebab prokrastinasi. Individu pelaku prokrastinasi yang disebabkan oleh perilaku perfectionism
pada dirinya menuntut hasil kerja yang sempurna. Maka penundaan pengerjaan maupun penyelesaian tugas biasanya terjadi karena proses
persiapan yang dilakukan terlalu lama. 4 Pandangan fatalistik
Individu yang memiliki pandangan seperti ini memiliki kepercayaan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya adalah takdir dari tuhan.
Akibatnya individu memiliki pemikiran bahwa dia tidak dapat mengubah keadaan. Karena semua yang terjadi dalam hidupnya adalah sebuah
keniscayaan.
Selain Friend, Sapadin 1996: 12-16 juga menjelaskan beberapa faktor penyebab prokrastinasi yang berkaitan dengan kondisi fisik individu, yaitu:
1 Perfeksionis Perfectionism Seorang perfeksionis memiliki ketakutan berlebihan untuk mengerjakan suatu
hal yang dirasa akan memberikan hasil yang tidak sempurna. Akibatnya, seorang perfeksionis memiliki keinginan bahwa tugasnya harus dikerjakan
sebaik-baiknya sempurna. Ketika individu perfeksionis merasa bahwa tugas yang akan ia kerjakan akan memberikan hasil yang tidak sempurna maka ia
cenderung akan melakukan prokrastinasi. 2 Pemimpi Dreamer
Para pemimpi sangat ahli dalam mengembangkan ide-ide secara rinci, tetapi tidak bisa mengubah ide mereka secara garis besar menjadi kenyataan. Hal ini
terjadi lantaran seorang pemimpi menginginkan kehidupan yang gampang dan menyenangkan. Para pemimpi berfikir bahwa selalu akan ada sesuatu
yang menguntungkan bagi dirinya sehingga senantiasa menunggu dan akhirnya tugas-tugasnya banyak yang tertunda.
3 Penghawatir Worrier Seorang penghawatir akan selalu berfikir bahwa tugas yang akan dikerjakan
tidak berjalan dengan baik dan akan gagal. Individu merasa tidak akan dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Penghawatir selalu memiliki kekhawatiran
akan gagal sehingga memilih untuk menunda menyelesaikan tugas.
4 Penentang Defender Seorang penentang tidak suka diperintah atau dinasehati orang lain. Individu
sering dianggap penunda karena melakukan tindakan yang berlawanan dengan kebiasaan pada umumnya.
5 Pembuat Onar Crisis Maker Para pembuat onar menumpuk semua hal disaat terakhir. Bagi seorang crisis
maker, prokrastinasi adalah bentuk dari petualangan. Tetapi seorang crisis maker yang melaukan prokrastinasi lebih sering menjadi pecundang
ketimbang menjadi pemenang dalam petualanganya. Karena biasanya seorang crisis maker justru lari pada menit-menit terakhir.
6 Penyibuk Over-doer Seorang penyibuk cenderung untuk selalu mengatakan “ya” pada semua tugas
yang diberikan kepadanya. Padahal seorang penyibuk yang biasanya memiliki tipe berfikir memaksa ini cenderung kurang mampu mengatur
waktu, sumberdaya yang ada, dan konflik yang muncul. Akibatnya seorang penyibuk sering menunda tugas-tugas yang harus diselesaikanya.
Ahli lain yang juga menjelaskan mengenai faktor penyebab prokrastinasi yang berkaitan dengan kondisi psikis individu adalah Bernard. Bernard dalam
Catrunada dan puspitawati, 2008: 6-9 menjelaskan hal-hal menyebabkan prokrastinasi antara lain:
1 Kecemasan Anxiety Kecemasan yang tinggi yang berinteraksi dengna tugas-tugas yang
diharapkan dapat diselesaikan menyebabkan seseorang cenderung menunda tugas tersebut.
2 Pencelaan Terhadap Diri Sendiri Self-Depreciation Pencelaan terhadap diri sendiri termanifestasi kedalam penghargaan yang
rendah terhadap dirinya sendiri, selalu menyalahkan dirinya sendiri ketika terjadi kesalahan, dan rasa tidak percaya diri untuk mendapat masa depan
yang cerah menyebabkan seseorang cenderung melakukan prokrastinasi. 3 Rendahnya toleransi terhadap ketidak nyamanan Low Discomfort Tolerance
Kesulitan pada tugas yang dikerjakan membuat seseorang mengalami kesulitan untuk mentoleransi rasa frustsi dan kecamasan, sehingga mereka
menggalihkna diri sendiri kepada tugas-tugas yang dapat mengurangi ketidak nyamanan dalam diri mereka.
4 Pencari kesenangan Pleasure-Seeking Seorang yang mencari kenyamanan cenderung tidak mau melepaskan situasi
yang membuat dia merasa nyaman. Jika individu memiliki kecenderungan tinggi dalam mencari situasi yang nyaman, maka individu tersebut memiliki
hasrat yangkuat untuk bersenang-senang dan memiliki kontrol impulsif yang rendah.
5 Tidak teraturnya waktu Time Disorganization Lemahnya pengaturan waktu disebabkan sulitnya individu memutuskan
pekerjaan apa yang penting dan kurang penting untuk dikerjakan hari ini.
Semua pekerjaan terlihat sangat penting sehingga muncul kesulitan untuk menentukan apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu.
6 Pendekatan yang lemah terhadap tugas Poor Task Aproach Seseorang merasa siap untuk bekerja, kemungkinan dia akan meletakkan
kembali pekerjaan tersebut karena tidak tahu darimana harus memulai sehingga cenderung menjadi tertahan oleh ketidaktahuan tentang bagaimana
harus memulai dan menyelesaikan pekerjaan tersebut. 7 Kurangnya pernyataan yang tegas Lack of Assertion
Kurangny apernyataan yang tegas disebabkan seseorang mengalami kesulitan untuk berkata “tidak” terhadap permintaan yang ditujukan kepadanya ketika
banyak hal yang harus dikerjakan karena telah dijadwalkan terlebih dahulu. Hal ini bisa terjadi karena mereka kurang memberikan rasa hormat atas
semua komitmen dan tanggung jawab yang dimiliki. 8 Permusuhan terhadap orang lain Hostility With Others
Kemarahan yang terus menerus bisa menimbulkan dendam dan sikap bermusuhan sehingga bisa menuju sikap menolak atau menentang apapun
yang dikatakan oleh orang tersebut. 9 Stres dan kelelahan Stress and Fatigue
Stres adalah hasil dari sejumlah intensitas tuntutan negatif dalam hidup yang digabung dengan gaya hidup dan kemampuan mengatasi masalah pada diri
sendri. Semakin banyak tuntutan dan semakin lemah sikap sesesorang dalam memecahka masalah, dan gaya hidup yang kurang baik, semakin tinggi stres
seseorang.
Sedangkan Steele 2007 menjelaskan faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi psikis individu yang dapat menyebabkan individu melakukan
prokastinasi adalah: 1 Ketidaksukaan terhadap tugas
Individu cenderung untuk menghindari tugas yang dirasa sulit, tidak menyenangkan, dan membosankan untuk waktu selama yang dimungkinkan.
2 Depresi atau masalah mood Rendahnya semangat atau motivasi terhadap tugas, atau hanya merasa tidak
mood dengan tugas yang dibelikan, atau meningkatnya tekanan yang disebakan oleh tugas menyebabkna individu menghindari tugas dan akhirnya
melakukan prokrastinasi. 3 Pemberontakan
Prokrastinasi bisa jadi sebagai respon terhadap situasi ketika individu mendapatkan tugas yang dirasa tidak wajar, tidak berguna, atau dirasa sangat
berat untuk diselesaikan dalam satu waktu tertentu yang sudah ditentukan. Menunda untuk memulai mengerjakan tugas karena kebencian terhadap
tugasnya, atau terhadap orang yang memberikan tugas tersebut. 4 Takut gagal
Perasaan takut akan kegagalan; lebih suka bila orang lain melihat dan menilai kekurangan karyanya, lebih dari kemampuanya.
5 Masalah menejemen waktu Masalah dalam menejemen waktu dan kesalahan dalam memperkirakan
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas menjadikan individu melakukan prokrastinasi.
6 Faktor lingkungan Faktor lingkungan seperti misalnya tempat belajar memiliki memiliki
pengaruh yang kuat terhadap motivasi untuk memuli tugas. 7 Menikmati bekerja dibawah tekanan
Menyukai bekerja dibawah tekanan mendekati waktu akhir penyelesaian tugas yang telah ditentukan.
8 Selalu menuruti keinginan hati mengerjakan hal lain yang lebih menyenangkan
Individu yang selalu mengikuti keinginan hatinya ini sering kali dengan mudahnya berpindah-pindah dari satu tugas ke tugas yang lain dalam rangka
mengejar kesenangan sesaat yang diberikan, dan masalah adalah urusan belakangan.
2.2.5.2 Faktor eksternal